Krisis, Sepiring Nasi Ampera Tetap Rp8.000

Meski ekonomi sulit, warung Ampera ”Bukandiya” milik Afriani (31) di Jalan M Hatta, tetap bertahan dengan harga Rp8.000.
PADANG, METRO–Di tengah kondisi krisis ekonomi bangsa yang terjadi, dimana terjadi kenaikan harga barang di pasaran yang berimbas pada lemahnya daya beli masyarakat, ternyata masih ada ditemukan usaha yang tetap mempertahankan harganya dagangannya. Seperti halnya pedagang nasi Apera. Meski untung sedikit bagi mereka  yang penting adalah pelanggan tetap bertahan
Warung Ampera ”Bukandiya” milik Afriani (31) adalah salah satu usaha yang masih mempertahankan harga lama ditenga krisis ekonomi global ini. Dimana dia berani memberikan harga satu bungkus nasi tetap Rp 8000, lengkap dengan lauk pauknya.
Warung yang terletak di Jalan M.Hatta menuju kampus Unand tersebut, ramai dikunjungi mahasiswa. Bukan hanya karena murah, namun memang rasa masakan yang sangat khas.
”Indak ado rugi do kalau manggaleh iko. Asal lai rami urang balanjo pasti rami, kalau di lapau nasi urang dapek labo banyak, nan awak ma ambiak saketek, saketek tapi boneh,” ungkapnya kepada POSMETRO, Senin (28/9).
Padahal di warung nasi lainnya, normalnya saat ini nasi bungkus sudah mencapai harga Rp14 ribu bahkan lebih. Namun bagi Afriani berbeda. Dia tetap mempertahankan harga lama demi menjaga pelanggannya agar tidak lari ke tempat lain.
”Ini merupakan ciri khas ampera. Kita ingin para pembeli memakan makanan seperti di rumah mereka sendiri. Bukan seperti di warung nasi, bahkan jika makan disini disediakan teh es goyang satuteko,”ungkapnya.
Untuk menyiasati harga bahan makanan, Afriani selalu berbelanja ke Pasar raya di sore hari. Sehingga para pedagang menjual dagangannya dengan harga rendah. Untuk lauk yang ditawarkan mulai dari ayam, ikan kolam, ikan kering dan campur tempe tahu.
Meskipun berjualan dengan harga bawah, Afriani mengaku mendapatkan omset yang cukup besar. ”Alhamdulillah lai rami urang babalanjo kasiko, setiap bulan bisa beromset puluhan juta. Indak ado gai rugi do,” ucapnya.
Hal senada juga diungkapkan oleh Zulfahmi, owner ”Ampera Piaman” yang terletak di depan Kampus FK Unand Jati ini juga menawarkan harga serupa.
”Kita sudah berjualan selama dua belas tahun, selama ini tidak ada mengalami kerugian. Namun ketika harga bahan naik, selalu kita akali agar harga jual tetap sama,” ungkapnya.
Menurutnya berjualan makanan ini sebenarnya tidak terlalu terkena imbas dari kenaikan dollar. Bahkan pendapatannya perbulan juga mencapai puluhan juta rupiah. ”Alhamdulillah lai rami urang nan balanjo kasiko. Jadi indak taraso ekonomi tu sedang sulit,” tutupnya. (o)

Exit mobile version