Babinsa Ikut Geliatkan Ekonomi Lima Puluh Kota

kotoran Puyuh— Bhabinsa Koramil 02 Pangkalan Kodim 0306 Lima Puluh Kota, Serda Masrizal, saat mengangkut kotoran Puyuh dikandangnya Jorong Taratak, Nagari Sarilamak, Kabupaten Lima Puluh Kota.

Kicauan Burung di pagi hari masih terdengar memecah kesunyian di Jorong Taratak, Nagari Sarilamak, Kecamatan Harau, Kabupaten Lima Puluh Kota, ketika Serda Masrizal sudah memulai aktivitas membersihkan kotoran ternak Burung Puyuh di kandang miliknya.

Kegiatan ini hampir rutin dilakukan Serda Masrizal setiap pagi hari sebelum berangkat menjalankan tugas sebagai Babinsa di Koramil 02 Pangkalan, Kodim 0306/50 Kota, Korem 032 Wirabraja. Disiplin mem­­bagi waktu, menjadi kun­ci keberhasilannya me­ngem­bangkan usaha peternakan burung Puyuh petelur.

Serda Masrizal terbilang jatuh bangun sejak 2017 silam dalam membangun usaha peternakan burung Puyuh petelur sebelum sesukses saat ini. Dengan populasi sebanyak 10.000 ekor, Serda Masrizal sudah bisa mempekerjakan 7 orang masyarakat sekitar. Puncaknya sebelum pandemi covid-19, po­pulasi burung Puyuh petelur miliknya sempat mencapai 24.000 ekor.

Karena covid-19 tahun 2020-2021, usaha peternakan burung Puyuh petelur milik Serda Masrizal sempat terhenti. Dampak pandemi covid-19 terhadap usaha peternakan sangat dirasakan para peternak unggas saat itu, termasuk burung Puyuh. Disebabkan kesulitan terhadap lalu lintas distribusi pakan dan pembatasan pergerakan masyarakat, Serda Masrizal, terpaksa harus menutup sementara usaha peternakannya.

Namun, pria kelahiran Sarilamak 20 Desember 1981 silam itu tak berputus asa. Sebagai Aparatur Ne­gara yang sudah diterpa dengan semangat pantang menyerah, baginya kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda. Keyakinan itu akhirnya membuat Suami dari Asniwati, STr.­Keb, ini kembali bangkit.

Bermodal kandang dan perlengkapan penunjang lainnya yang sudah ada sejak sebelum covid-19, Serda Masrizal tinggal menyediakan anakan Burung Puyuh. Dengan jumlah kandang besar ketika itu baru Dua unit dengan masing-masing kapasitas bisa memuat 4 baris kandang kecil dan setiap baris bisa memuat 5000 populasi, maka satu kandang besar bisa menampung sebanyak 20.000 populasi. Kini kandang besar milik Serda Masrizal sudah bertambah menjadi Tiga unit.

Berangkat dari keterbatasan modal, Serda Mas­­rizal kembali memulai  usaha peternakan Burung Puyuh petelur pasca pandemi covid-19 dengan 10.000 ekor. Seiring berjalan waktu, populasi Burung Puyuh milik Serda Masrizal, terus bertambah banyak, hingga mencapai 20.000 ekor. Karena masa produktif Burung Puyuh petelur 7-9 bulan, maka sebagian populasi Burung Puyuh di kandang Serda Masrizal sudah tidak pro­duktif dan harus dijual untuk diganti dengan yang baru.

Tinggal 10.000 ekor lagi saat ini yang masih produktif bertelur dengan persentase telur sehari 80-90 persen. Sehingga dengan jumlah 10.000 ekor sehari dapat menghasilkan telur 9000 butir. Artinya, 1000 ekor Burung Puyuh dalam sehari tidak bertelur. Dan satu butir telur Puyuh saat ini dijual seharga Rp 320-350 rupiah. Dalam sehari, Serda Masrizal bisa mendapatkan keuntungan lebih kurang 200 ribu rupiah.

“Awalnya saya beternak Burung Puyuh petelur dengan modal kecil dan pas-pasan. Modal untuk populasi 2000 ekor termasuk untuk membangun kan­dang pada tahun 2017 itu sekitar 15 jutaan. Alhamdulillah, beberapa ta­hun kemudian berkem­bang sampai populasi burung Puyuh saya mencapai 24 ribu ekor. Tapi karena pandemi covid-19, sempat terhenti. Dan yang seka­rang ini baru saya mulai kembali pasca pandemi covid, alhamdulillah mulai berkembang,” cerita Serda Masrizal dengan ramah di sela-sela membersihkan kotoran burung Puyuh di kandang miliknya.

Menurut bapak Empat orang anak, Bagas Adiwitya Baraja (SMP al kautsar), Catrin Aqila Zalni (kelas 5 SD Pangkalan), Humairah Aqila Zalni, dan  Nada Aqila Zalni, di tengah keberhasilannya beternak burung Puyuh petelur bukan tanpa ada hambatan dan tantangan.

Namun, dirinya menjadikan setiap tantangan yang ada, sebagai peluang. “Di awal awal saya beternak Burung Puyuh itu, hasil belajar dari teman, orang-orang yang saya kenal. Kuncinya kita harus terus belajar, pada siapa saja. Kemudian kesungguhan, jika itu sudah ada maka bisa jadi tantangan itu jadi peluang. Mulai dari beternak Puyuh yang sehat dengan menggunakan bahan herbal dari tanaman seperti Kunyit dan Jahe untuk meningkatkan imun serta anti biotik,” ucap Serda Masrizal.

Kini bahkan hasil telur Burung Puyuh Serda Masrizal, ikut menyuplay ketersediaan telur puyuh di Lima Puluh Kota dan pro­vinsi tetangga seperti Riau, Sumut, Jambi dan Bengkulu. Selain itu, masyarakat se­kitar juga kecipratan dampak usaha peternakan Burung Puyuh petelur milik Serda Masrizal, dimana hasil kotoran burung Puyuh dijadikan untuk pupuk kandang tanaman Padi dan palawija bagi masyarakat sekitar.

Tidak saja itu, Serda Masrizal sudah menginspirasi banyak masyarakat dan pemuda terutama sekitar Nagari Sarilamak, Kecamatan Harau untuk ikut berusaha beternak Burung Puyuh Petelur. Dan saat ini sudah ada di Nagari Sarilamak, Enam orang masya­rakat yang berusaha di sektor peternakan burung Puyuh seperti Serda Masrizal.

Pria tamatan SD Inpres Sarilamak, SMP 3 Tarantang dan STM Kosgoro Bonai Payolansek, Payakumbuh angkatan 2000, tidak pelit untuk berbagi ilmu pengetahuan bagaimana cara beternak burung Pu­yuh baik bagi pemula maupun sesama peternak. Bahkan kini dengan kecanggihan teknologi informasi, para peternak khusus burung Puyuh sudah bersatu dalam satu grup WhatsApp.

“Ada grub WA kita para peternak. Disitu kita berbagi terkait kendala dan cara beternak yang sehat. Disana juga kita menyampaikan kalau ada burung Puyuh kita yang akan dijual karena sudah kir atau tidak produktif lagi, semua ada pasarnya dan ada jalannya. Jadi yang penting ada kemauan, pasti ada jalan,” ucap Serda Masrizal mensuport generasi muda untuk tidak malas-malasan.

Dirinya yang sudah ber­dinas selama 20 tahun dan pertama berdinas di­tem­patkan di Batalyon 131 Braja Sakti bagian Proposal dari tahun 2002-2012, kemudian menjadi Babinsa Koramil 02 Pangkalan, Ko­dim 0306/50 Kota, di Nagari Pangkalan dengan 11 Jorong dan 12.600 KK, su­dah menjadi kebiasaan sehari-harinya menjadi pengayom bagi masyarakat dalam menciptakan ketentraman dan kenyamanan. Bahkan, tidak sedikit ma­syarakat yang dibinanya di Nagari Pangkalan dalam berbagai usaha, juga jadi modal baginya untuk sukses da­lam peternakan Burung Puyuh.

Dan sektor peternakan burung Puyuh di Kabupaten Lima Puluh Kota saat ini sudah banyak digeluti ma­syarakat setempat. Disam­ping memang menjanjikan secara ekonomi, beternak Burung Puyuh petelur tidak harus dengan modal besar seperti Ayam petelur. Disamping itu, pemeliharaannya juga tidak terlalu rumit dan sulit.

Jelas saja, sektor peternakan unggas baik itu Burung Puyuh, Ayam petelur dan Itik di Kabupaten Lima Puluh Kota yang terdiri dari 13 Kecamatan dan 79 Nagari, menjadi penggerak dan ikut menggeliatkan ekonomi masyarakat. Terbukti dengan banyaknya masyarakat yang terlibat sebagai pekerja di sektor peternakan dari pelosok-pelosok desa. Kemudian juga menjadi penyuplai telur untuk daerah tetangga bahkan sampai ke-Provinsi Riau.  (ramadalius) 

Exit mobile version