PADANG, METRO – Gejolak persaingan bisnis menumbangkan toko retail berlabel Minang Mart. Beberapa gerai Minang Mart seperti di Jalan Adinegoro, Batang Kabung Ganting, Koto Tangah, Kota Padang mulai menutup tokonya dan tidak beroperasi lagi.
Hal itu mendapat sorotan anggota DPRD Sumbar yang juga Ketua Fraksi PDI Perjuangan, PKB, dan PBB, Albert Hendra Lukman. Albert menilai, tutupnya sejumlah gerai Minang Mart di Kota Padang lebih disebabkan oleh manajemen bisnis Minang Mart yang sejak awal terbilang kacau.
”Dari awal saya sudah bisa melihat bahwa manjemen ini kacau. Karena menurut saya manajemen kacau mengapa? Karena jika ingin menjadi Alfamart dan Indomart itu harus punya warehouse (gudang, red). Sementara Minang Mart ini tidak ada gudang. Kalau tidak ada gudang bagaimana mau bersaing,” kata Albert, Rabu (9/1) saat dihubungi Posmetro.
Selain itu, jika ingin sejajar seperti Alfarmat dan Indomart, kata Albert, Minang Mart harus didukung juga dengan pendanaan. Jika tidak ada pendanaan yang sangat kuat maka mustahil akan bersaing. Menurutnya, secara ilmu ekonomi Alfarmart dan Indomart harganya lebih mahal namun hal itu dikonpensasi dengan kenyamanan masyarakat.
”Kebetulan saya salah satu pelaku usaha dalam memasukan barang-barang ke retail Minang Mart ini. Jadi sekarang Minang Mart yang tidak ada suntikan modal atau siapa back up-nya dan manajemenya sudah tidak mungkin mendapat pendanaan maka wajar menjadi keteteran seperti sekarang,” sebut Albert.
Albert menambahkan, kondisi ini diperburuk oleh pemilihan pengelola Minang Mart yang tidak kapabel di bidangnya di mana dikelola oleh BUMD yang tidak memiliki track record di bidang ritel. Kondisi itu merugikan masyarakat yang pada awalnya dijanjikan dengan bentuk investasi namun kenyataannya tidak sesuai dengan rencana awal.
”Di sini titik rancunya kalau orentasinya kepada ekonomi, ini yang tidak cocok dilakukan oleh pemerintah daerah. Dari awal saya sudah menyarankan kalau bisa pemerintah provinsi jangan berdagang lah, tugas mereka adalah melayani masyarakat. Serahkan saja lah ke pihak swasta,” ujar Albert.
Lebih lanjut, Albert menyebutkan, Minang Mart sendiri pada awalnya bertujuan memotong rantai distribusi menjadi lebih pendek. Dengan demikian, margin keuntungan pedagang lebih besar dan konsumen bisa membeli lebih murah. Namun pada realisasinya banyak masyarakat yang mengeluhkan.
”Dari dulu kan minang mart ini memposisikan diri sebagai sesuatu market yang akan memberikan harga murah dan sebagainya, tetapi dalam rantai mendistribusi barang dan penyimpan barang mereka tidak mempersiapkan diri sehingga biaya tersebut bisa dipotong dan efisiensikan,” tambah Albert.
Terakhir, Albert berharap ke depan hal-hal serupa tidak terjadi lagi. Sebab, ide Minang Mart pertama kali dicetuskan oleh Pemprov dan nyatanya tidak berjalan sesuai rencana. Pemprov Sumbar harus belajar dari semua itu. Sebab, meskipun tak memakai dana APBD, ide lahirnya Minang Mart hari ini telah menuai kerugian yang tak sedikit.
”Dari awal, saya sudah mengkritisi konsep minang mart ini. Sebab, pemerintah daerah akan masuk pada bidang usaha yang sama yang sudah dijalankan juga oleh masyarakat. Namun saat dipertanyakan, paka Gubernur bilang minang mart adalah business to business. Ya sudah makanya kami biarkan,” pungkas Albert.
Sementara, Direktur PT Retail Modern Minang (RMM), Syaiful Bakhri menyatakan, bahwa penutupan beberapa gerai Minang Mart di Sumbar bukanlah sesuatu yang layak digembar-gemborkan. Menurutnya, penutupan tersebut adalah hal yang wajar dalam dunia bisnis.
”Kita analogikan seperti sebuah pohon. Pohon itu, kalau ingin tumbuh dengan subur dan produktif, maka dia akan merontokkan beberapa helai daunnya yang tidak produktif. Begitu juga halnya dengan bisnis. Masalah tutup dan buka, untung dan rugi, itu hal biasa dalam bisnis,” ujar Syaiful.
Lebih lanjut, Syaiful mengatakan, tutupnya beberapa gerai Minang Mart bisa saja disebabkan berbagai macam hal, misalnya karena tidak produktif, tidak satu visi antara pengelola dengan pemilik gerai, pemilihan lokasi yang tidak strategis, dan lain sebagainya.
Kendati demikian, Syaiful berani menjamin bahwa hal itu sama sekali tidak mengganggu prospek pertumbuhan Minang Mart di Sumbar. Bahkan, pada 2019 ia memperkirakan tren pertumbuhan Minang Mart akan semakin membaik.
”Buktinya, baru-baru ini kami telah membuka dua gerai baru. Tanggal 21 Desember lalu kami membuka gerai express baru berkonsep Container Pimkopal Lamtamal II di Pasar Gaung, Teluk Bayur. Kemudian tanggal 4 Januari kemarin kami juga membuka gerai baru lagi di Painan,” ucapnya. (mil)














