Hasil Produk Olahan Sampah Terkendala Pemasaran

diskusi masalah sampah— Wali Kota Metro Provinsi Lampung, Wahdi bersama Direktur Harian Padang Ekspres, Nazir Fahmi, Penggiat Lingkungan Jambak Sea Turtle Camp, Pati Hariyose dan narasumber lainnya, saat diskusi terkait masalah sampah yang digelar oleh Coca Cola Europacific Partners di salah satu kafe di Padang, Minggu (7/8).

PADANG, METRO–Sampah menjadi permasalahan lingkungan yang harus menjadi perhatian. Pasalnya, dampak dari sampah ini cukup besar terhadap keberlangsungan hidup manusia.

Permasalahan sampah ini sebenarnya bisa diatasi, jika masyarakat berprilaku peduli terhadap sam­pah. Prilaku peduli ini bisa diwujudkan salah satunya dengan mengolah sampah menjadi nilai eko­nomi.

Wali Kota Metro Pro­vinsi Lampung, Wahdi me­nga­takan, bicara sampah bicara tentang keberlanjutan da­lam menyiapkan sum­ber daya manusia (SDM) dan lingkungan.

Hal inilah yang menjadi tujuan dari Sustainable  Development  Goals (SDGs). Yakni, pembangu­nan yang menjaga peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat secara kesinambungan, menjaga keberlanjutan kehidupan sosial masyarakat yang inklusif dan terlaksananya tata kelola yang menjaga peningkatan kualitas kehidupan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Pria yang juga berprofesi sebagai dokter kandungan ini mengatakan, manusia itu sebenarnya penghasil sampah. Metabolisme dalam tubuh manusia saja bisa menghasilkan sampah feses dan urine.

“Karena itu, untuk mengatasi permasalahan sampah ini harus dimulai dari diri sendiri. Bicara tentang ekonomi sirkular menjelaskan sampah bisa bernilai ekonomi,” ujar Wahdi saat diskusi dengan insane pers yang digelar oleh Coca Cola Europacific Partners di salah satu kafe di Kota Padang, Minggu (7/8).

Mahdi menambahkan, manusia dalam ijitihadnya bertanggungjawab untuk mengurus dunia. Karena itu manusia harus menjaganya.

“Merubah persepsi ma­nusia tentang sampah itu penting sekali. Terutama tentang perilaku. Semuanya harus dimulai dari sen­diri,” tegasnya lagi.

Pemko Metro menurutnya, telah berupaya mengajak secara bersama untuk mengelola sampah. Termasuk mengajak Coca-cola untuk terlibat dalam mengatasi sampah ini.

“Upaya ini disebut sir­kular ekonomi. Yakni agar sampah bisa bernilai eko­nomi. Kita bahkan ada ari­san sedot tinja yang dimulai dari ASN kita. Pola-pola ini harusnya dipakai dalam diri sendiri,” harapnya.

Direktur Harian Padang Ekspres, Nazir Fahmi mengatakan, sudah saatnya mulai sekarang sampah harus memiliki nilai ekonomis. Karena itu perlu disegerakan juga adanya pe­nga­wasan dan penindakan yang dilakukan Pemko Pa­dang.

“Kalau tidak disegerakan sekarang pengawasan dan penindakannya di Kota Padang akan berbahaya. Satu hari saja di Kota Pa­dang bisa hasilkan ratusan ton sampah. Bahkan di Sumbar 2.000 sungai dan anak sungainya sudah tercemar akibat sampah. Seperti di Pantai Tiku, setelah hujan sungai dan pantai Tiku penuh dengan sampah plastik,” ungkap Nazir Fahmi.

Nazir Fahmi menilai, untuk mengatasi permasa­lahan sampah di kota ini harus sampai pada tataran penindakan. Media menurutnya harus berperan agar berita yang dihasilkan dan dimuat di media mampu mendapat respon dari wali kota berupa penindakan.

Termasuk juga masa­lah plastik yang telah menjadi masalah nasional. Me­lalui publikasi media selama ini, bahkan nantinya akan ada kebijakan secara nasional untuk mengurangi produksi dan mengolah sampah plastik ini.

“Intinya, media harus jadi tangan orang kedua dan ketiga untuk ikut terlibat mengatasi masalah sampah ini, agar sampah bisa menjadi nilai eko­nomi,” ajaknya.

Penggiat Lingkungan Jambak Sea Turtle Camp, Pati Hariyose mengatakan, sungai yang tercemar sam­­pah dikuatirkan ber­dam­­pak nelayan yang melaut tidak dapat ikan lagi, tapi justru yang didapat sampah.

“Kita ingin sampah dari laut yang dibawa ke daratan diolah. Sampah plastik ti­dak menakutkan tapi yang menakutkan ketidakpedulian terhadap sampah. Media sangat berperan penting mengubah prilaku orang terhadap sampah,” ungkapnya.

Pria yang akrab dipanggil Yose ini bahkan mengungkapkan, di negara maju sudah beberapa ta­hun lalu sudah menerapkan ekonomi sirkular. Bahkan di negara-negara ter­sebut sekarang justru ke­kurangan sampah untuk di­olah.

Sementara di Kota Pa­dang atau Sumbar, kendala dari usaha daur ulang yang dilakukan sejumlah kelompok masyarakat atau komunitas selama ini menyangkut masalah finansial.

“Selama ini wadahnya sudah ada. Bahkan ada or­ga­­nisasi bank sampah yang cukup banyak. Setelah dipilah dan dipilih diolah mau dikemanakan hasil produk olahan sampah ini. Tidak ada yang menampung produknya,” ungkapnya.

Masalah lainnya selama ini, masyarakat dalam mengolah sampah baru sanggup melakukannya secara manual. Yose berharap pihak terkait dalam masalah sampah ini dapat menghadirkan tekhnologi pengolahan sampah.

“Per kecamatan harus ada satu unit pengolahan sampah. Unit pengolahan sampah ini misalnya bisa mengolah sampah plastik menjadi produk paving block. Ini salah satu cara untuk mengatasi sampah di Kota Padang,” ungkapnya.

Emma dari Komunitas Daur Olah Produktif Kota Padang, Emma mengatakan, sampah itu sebenarnya harta karun yang terpendam. “Karena itu sampah ini harus menjadi tanggungjawab bersama. Karena kita yang menghasilkan,” ungkapnya.

Emma mengungkapkan, komunitas yang dipimpinnya bukanlah bank sampah. Tetapi Komunitas Daur Olah Produktif Kota Padang ini memiliki program membentuk kelompok untuk mendaur sampah. “Kelompok ini memilah-milah sampah untuk didaur ulang,” ungkapnya.

Meskipun sudah menjalankan aktivitas mendaur ulang sampah, namun diakui Emma, kendala selama ini memang pemasaran yang sulit. Sampah kayu yang dilaut bisa kita olah jadi kerajinan bernilai tinggi. Kantong kresek di­buat untuk kerajinan dompet tikar dan lainnya. Tapi kami terkendala pemasaran yang sulit,” ungkapnya.

Sementara, dr Yossi, dari Politeknik Negeri Pa­dang, mengatakan, dengan sampah bisa mendaur ulang menjadi sesuatu menjadi bernilai bisnis. Pihaknya menurut Yossi selalu memotivasi UMKM di Kota Padang dan Sumbar dengan melatih mereka untuk mengolah sampah menjadi bernilai ekonomi.

Namun, perlu juga diingat, kalau ada perusahaan yang memiliki chord bisnis dan limbah, maka perusahaan itu wajib mengolah limbahnya kembali.(fan)

Exit mobile version