Oleh: Ferawati S.Pt, MP (Dosen Peternakan Universitas Andalas Kampus II Payakumbuh)
Tanaman Cabai (Capsicum annuum) merupakan komoditas hortikultura yang banyak dibudidayakan di Nagari Ampalu, Kecamatan Lareh Sago Halaban, Kabupaten Lima Puluh Kota. Keuntungan yang cukup besar dari hasil bertani cabai menjadi alasan mengapa petani memilih komoditas ini. Namun ada kalanya ketika harga murah atau hasil panen tidak maksimal, maka tidak sedikit kerugian yang petani alami.
Jumlah hasil tanaman cabai dipengaruhi oleh banyak faktor di antaraÂnya jenis bibit, pemupukan, pemeliharaan tanaman serta kondisi cuaca. Beberapa tahun belakangan telah dilakukan berbagai upaya dalam pengolahan pupuk berbasis kefir dalam memaksimalkan hasil panen tanaman cabai di Nagari Ampalu. Berbagai jenis pupuk digunakan dalam pemeliharaan tanaman cabai hingga panen. Salah satu pupuk yang sangat dibutuhkan dalam pertanian cabai adalah pupuk dasar.
Pupuk dasar yang digunakan petani saat ini adaÂlah limbah kotoran (feses) dari peternakan ayam ras petelur dan ternak sapi. Feses ini biasanya dilakukan pengomposan menggunakan mikroorganisme yang dijual secara komersial. Harga dari efektif mikroorganisme yang dijual komersial tersebut lumaÂyan menguras kantong petani kecil.
Di sisi lain, ada potensi dalam membiakkan mikroorganisme berbahan limbah rumah tangga seperti air kelapa, air cucian beras, buah-buahan busuk, sayuran yang telah rusak deÂngan menggunakan whey kefir sebagai starter mikrobanya. Whey kefir merupakan cairan bening hasil samping dari fermentasi susu menjadi kefir menggunakan grain kefir. Whey kefir mengandung bakteri dan yeast non patogen yang kaya manfaat.
Fermentasi limbah rumah tangga dengan whey kefir tersebut akan menghasilkan efektif mikroorganisme berbasis kefir atau disebut juga dengan MOL (Mikroorganisme LoÂkal). Produk ini dapat digunakan sebagai starter dalam pembuatan pupuk organik cair maupun padat serta berfungsi sebagai pestisida nabati bagi tanaman.
Pembuatan pupuk organik dari kotoran ternak dilakukan dengan menggunakan 5% starter efektif mikroorganisme berbasis kefir. Teknik penggunaan efektif mikroorganisme berbasis kefir ini adalah dengan penyemprotan paÂda media kotoran ternak dengan merata.
Fermentasi atau peÂmeraman dilakukan selama minimal 21 hari. Homogenisasi dilakukan pada media fermentasi setiap 5 hari sekali. Setelah 21 hari pupuk organik kotoran ternak dapat digunakan deÂngan diangin-anginkan terlebih dahulu. Hasil inilah yang digunakan petani cabai sebagai pupuk dasar tanaman mereka.
Ferawati bersama Tim Pengabdian kepada MaÂsyarakat (PKM) dari Fakultas Peternakan Universitas Andalas telah melakukan penerapan pupuk ini pada tanaman cabai milik petani di Nagari Ampalu. Pupuk organika sebagai pupuk dasar digunakan sebanyak 20-30 ton/ha dan diberikan seminggu sebelum periode penanaman cabai.
Hingga saat ini petani masih menggunakan mikroorganisme berbasis kefir sebagai starter pengolahan pupuk organik kotoran ternak, starter pembuatan pupuk organik cair dan sebagai pestisida nabati. Program pembinaan ini akan dilakukan secara berkelanjutan untuk kejayaan petani kecil di Nagari Ampalu kedepannya. (***)















