Bersaing di Pasar Global, Mind Set dan Culture Set Pelaku UMKM Harus Berubah

Gubernur Sumbar, Irwan Prayitno saat jadi pembicara pada Webinar Ekonomi Kreatif Indonesia dan UMKM yang Siap Ekspor sebagai Penggerak Ekonomi, Khusus Provinsi Sumbar.

PADANG, METRO
Pengembangan usaha produk UMKM di Provinsi Sumbar hanya dapat terwujud dengan memberikan sentuhan dari pemerintah daerah dan stakeholder. Gubernur Sumbar, Irwan Prayitno mengatakan, sentuhan yang dimaksud, berupa bantuan modal usaha dan pelatihan untuk dapat meningkatkan kualitas prouk UMKM.

“Pelaku UMKM perlu sentuhan untuk mengembangan produknya. Bank Nagari melalui KUR diperkencang memberikan modal dan peluang bagi UMKM untuk naik kelas,” ungkap Irwan Prayitno saat jadi pembicara pada Webinar Ekonomi Kreatif Indonesia dan UMKM yang Siap Ekspor sebagai Penggerak Ekonomi, Khusus Provinsi Sumbar, Jumat (12/2).

Melalui webinar yang dilaksanakan oleh HR Academy itu, Irwan Prayitno mengungkapkan, kendala pelaku UMKM dalam mendapatkan akses modal, karena saat ini bank-bank masih tetap mensyaratkan adanya jaminan, bagi pelaku UMKM yang ingin mendapatkan pinjaman modal.

“Dengan adanya syarat jaminan dari bank ini, maka berdampak akhirnya UMKM tidak bisa mengembangkan usahanya. Padahal usaha UMKM tersebut cukup layak. Buktinya, tiap hari pelaku UMKM ini jualan menjalankan usahanya dan mampu menafkahi keluarganya,” ungkap Irwan Prayitno.

Dengan usaha yang layak tapi kurang modal, sementara bank masih meminta syarat jaminan jika memberikan pinjaman modal. Akhirnya, pelaku UMKM meminjam modal kepada rentenir. “Untuk meminjam rentenir saja, bahkan pelaku UMKM masih tetap bisa bertahan usahanya,” ungkap Irwan Prayitno.

Pemprov Sumbar melalui APBD Provinsi Sumbar, sudah menitip dana untuk Bank Nagari. Dana tersebut untuk pinjaman modal kepada pelaku UMKM melalui KUR. Apa yang telah dilakukan Pemprov sumbar melalui Bank Nagari ini perlu dibackup. Karena Bank Nagari selama ini salah satu bank penyalur KUR paling banyak.

Selain sentuhan modal, untuk naik kelas dan bisa bersaing secara global, pelaku UMKM juga butuh sentuhan dalam meningkatkan kualitas produk dan pemanfaatan mesin-mesin tekhnologi, untuk membuat kemasan yang menarik dan dapat membuat produk tahan lama.

Irwan Prayitno mengungkapkan, produk UMKM di Sumbar cukup banyak. Seperti produk tenun Minang. Di mana produk UMKM ini cukup bagus dan berpeluang bisa menjadi produk yang mendunia. Juga ada produk kuliner rendang yang juga sudah mendunia. Produk rendang ini juga bisa diproduksi oleh UMKM dan perlu juga dikembangkan untuk dapat menjangkau pasar global.

Termasuk juga songket, produk makanan lainnya yang menjadi oleh-oleh dan kerajinan souvenir-souvenir di daerah-daerah. “Harapan kita, produk UMKM yang dihasilkan bisa mendatangkan keuntungan bagi masyarakat. Butuh dukungan permodalan, dan sentuhan peningkatan kualitas produk dan mesin-mesin tekhnologi,” ungkapnya.

Namun, dari sentuhan yang ada tersebut, yang paling utama menurut Irwan Prayitno, adalah merubah mindset (cara berpikir) dan culture set (budaya berpikir) pelaku UMKM. Di mana, UMKM saat ini dalam menjalankan usahanya, masih ada yang berpikir hanya untuk makan dan memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Mindset dan culture set ini harus dirubah. Mereka harus punya keinginan maju dan berkembang. Untuk merubah mindset dan culture set tersebut melalui pelatihan. Termasuk juga bantuan modal dan peningkatan kualitas produk melalui packaging. Irwan Prayitno mengungkapkan, upaya perubahan mindset dan culture set dapat dilihat dari keberhasilan Sumbar mengekspor manggis ke Guangzhou, Negara Tiongkok.

Irwan Prayitno mengungkapkan, manggis dari Sumbar berhasil diekspor ke Tiongkok, berkat pelatihan dan pembinaan yang dilakukan Pemprov Sumbar sejak empat tahun lalu. Di mana pada empat tahun lalu, Pemprov Sumbar memberikan bibit manggis yang banyak kepada petani.

“Ketika sudah mulai panen satu tahun lalu, kita bantu pemasarannya. Sekarang sudah berton-ton Manggis kita kirim ke Guangzhou, melalui Garuda. Ini tentu menghidupkan petani UMKM. Awalnya pasar lokal sekarang internasional,” ungkapnya.

Chairman Indonesian Diaspora Network Global (IDN-Global), Dino Pati Jalal, mengatakan, terkait UMKM, Diaspora bisa menjadi agent untuk memsarkan produk UMKM ke luar negeri. Masalahnya sekarang, konektivitas pelaku UMKM saat ini sangat lemah.

Dampak lemahnya konektivitas, pelaku UMKM dalam memasarkan produknya ke luar negeri, tidak mengerti dengan standar internasional yang berlaku. Di mana, kualitas tidak terjamin dan tidak konsisten. Pengiriman barang produk juga tidak tepat waktu. Untuk dapat bersaing di pasar global, pelaku UMKM harus bisa mengikuti proses seleksi pasar internasional yang cukup ketat.(fan)

Exit mobile version