RAWANG, METRO–Tidak hanya Covid-19, sejumlah penyakit berbahaya juga mengintai dan terjadi di beberapa daerah di Kota Padang karena sejumlah faktor. Salah satunya, Demam Berdarah Dengue (DBD). Oleh karena itu, kewaspadaan dan perhatian masyarakat sangat penting dalam pencegahan peningkatan kasus tersebut.
Tahun 2022, baru tiga bulan berjalan, penyakit DBD di Puskesmas Rawang, Kecamatan Padang Selatan telah mecatat ada 7 kasus pasien yang menderita penyakit DBD tersebut
Kepala Puskesmas Rawang, dr. Fiona mengatakan pihak Puskesmas terus berupaya melakukan edukasi kepada masyarakat tentang hidup bersih dan melakukan pemeriksaan jentik-jentik di rumah warga.
“Dibanding tahun 2021 lalu, kenaikan kasus DBD cukup signifikan. Tahun lalu dari Januari sampai Desember hanya 11 kasus. Tapi, di awal tahun ini saja sudah ada 7 pasien DBD,” papar dr Fiona, Minggu (6/3).
Upaya agar kasus DBD berkurang, petugas Puskesmas juga melakukan fogging rumah ke rumah dan penyuluhan. Diutamakan pelaksanaannya pada rumah yang terkonfirmasi positif DBD.
Oleh karena itu, ia meminta apabila ada lingkungan yang memungkinkan tergenang air jernih untuk bisa dibersihkan sebab wilayah itu menjadi tempat yang cocok untuk berkembang kemudian menjadikan populasi nyamuk yang banyak. “Tentunya jika ada orang sakit maka akan lebih mudah untuk terjadi penularan melalui perantara nyamuk ini,” ulasnya.
Ia juga mengajak masyarakat, untuk mengkonsumsi makanan bergizi bersih dan tambah sayuran, buah buahan. Pola makan harus teratur. Jika ada gejala yang terasa, segera bawa ke Puskesmas. Jangan dibiarkan berhari-hari.
Terpisah, Kadinkes Padang, Srikurnia Yati meminta kepada warga untuk tetap menggencarkan 3 M di rumahnya dan goro lingkungan tingkatkan. Jangan sampai korban banyak menimpa baru bersih-bersih.
“Lingkungan rumah mesti bersih. Begitu juga kamar mandi,” paparnya.
Dijelaskan, tidak berbeda dengan pencegahan Covid-19, sikap mawas diri lewat berbagai upaya pencegahan penyakit juga perlu dilakukan saat musim hujan, begitu juga dalam menekan penyebaran virus demam berdarah, seperti dengan membawa payung hingga rutin fogging.
Salah satu langkah pencegahan penularan DBD, menurut Kadinkes, adalah pemberantasan sarang nyamuk di lingkungan sekitar lewat 3M Plus, yaitu Menguras dan membersihkan tempat penampungan air secara rutin, Menutup rapat-rapat tempat penampungan air, dan Mendaur ulang atau memanfaatkan barang-barang yang dapat menampung air hujan.
Kemudian, usaha pencegahan gigitan dan perkembangbiakan nyamuk bisa dilakukan dengan langkah-langkah menjaga kebersihan lingkungan lainnya, seperti memelihara ikan pemakan jentik nyamuk, menanam tanaman pengusir nyamuk, memasang kawat kasa di lubang ventilasi, larvasidasi di tempat yang sulit dikuras.
Sementara itu, ciri-ciri gejala DBD tidak langsung muncul. Seseorang baru merasakan gejala pada 4 hingga 10 hari setelah digigit nyamuk bervirus dengue. Gejala paling umum yaitu demam tinggi hingga 40 derajat celcius.
Bintik-bintik merah yang muncul di permukaan kulit merupakan tanda terjadinya pendarahan pada kulit akibat penurunan trombosit. DBD bisa berkembang menjadi kondisi berat dan merupakan kegawatan, yang disebut dengan dengue shock, atau DSS (dengue shock syndrome).
Perlu diwaspadi apabila muncul gejalanya berupa muntah, nyeri perut, perubahan suhu tubuh dari demam menjadi dingin atau hipotermia, dan melambatnya denyut jantung, hal ini dapat menyebabkan kematian ketika penderitanya mengalami syok karena perdarahan.
Di sisi lain, sampai saat ini belum ada obat spesifik untuk melawan atau menyembuhkan DBD. Pemberian obat hanya ditujukan untuk mengurangi gejalanya, misalnya demam, nyerinya, serta mencegah komplikasi. Selain itu, penderita DBD dianjurkan untuk banyak istirahat dan cukup minum agar tidak mengalami dehidrasi. (ade)