DHARMASRAYA, METRO–Bupati Dharmasraya, Sutan Riska Tuanku Kerajaan membuka dan melepas acara Tim Ekspedisi Sungai Batanghari yang merupakan rangkaian keÂgiatan KenÂduri Swarnabhumi. Even yang diprakarsai DiÂrekÂtorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Kemenristekdikti ini digelar di Pulau Punjung, sebagai titik awal ekspedisi, tepatnya di Jembatan Sungai Dareh (12/7). Kagiatan ini turut dihadiri sejumlah pejabat tinggi Kemenristekdikti, yakni DiÂrekÂtur Perlindungan Kebudayaan, Irini Dewi WanÂti, Direktur Perfilman, Musik dan Media Baru, Ahmad Mahendra, dan Direktur Pembinaan Tenaga dan LemÂbaga Kebudayaan, YuÂdi Wahyudi. Selain itu nampak hadir Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi SumaÂtera Barat, Syaifullah, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jambi, Arif Budiman, Kepala BPCB ProÂvinsi Sumatera Barat, Teguh Hidayat, Kepala BPÂCB ProÂvinsi Jambi, Agus Widyanmoko, Forkopimda, Sekda, Asisten dan undaÂngan lainnya.
Dalam sambutannya, Sutan Riska, mengucapkan terima kasih kepada Direktur dari Direktorat JendeÂral Kebudayaan dan rombongan yang telah berÂkenan datang mengunjuÂngi Kabupaten Dharmasraya. Sutan Riska menjelaskan bahwa kabupaten Dharmasraya merupakan Kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Sijunjung yang dibentuk melalui UU Nomor 38 tahun 2003. Dharmasraya yang berpenduÂduk lebih kurang 228.591 jiwa memiliki penduduk yang multi etnis. Ada Minang, Sunda, Jawa dan Batak dengan berbagai keragaman corak budaÂyanya. “Dari aspek geÂoÂgrafis Kabupaten DharÂmasÂÂraya dilalui oleh SuÂngai Batanghari yang meÂrupakan sungai terpanjang di Pulau Sumatera. Sungai Batanghari sudah menjadi urat nadi bagi masyarakat Dharmasraya dari masa lalu sampai saat ini. Di suÂngai inilah terjadi hubungan ekonomi, hubungan perdagangan dan menjadi jalur transportasi utama dengan berbagai daerah. Bukti-bukti peningalan maÂsa lalu tersebut dapat kita lihat di sepanjang aliran sungai Batanghari mulai dari hulu sampai muaraÂnya,” sebut Bupati Sutan Riska yang juga Ketua Kata Ketua Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (APKASI).
Sepanjang hilir Sungai Batanghari, lanjut Sutan Riska pernah berdiri Kerajaan Melayu Dharmasraya yang memiliki kekuasaan sampai ke wilayah Asia Tenggara. Dan memiliki kaitan erat dengan sejarah besar nusantara yang samÂpai saat ini masih diwarisi empat kerajaan di Dharmasraya, yaitu Kerajaan Koto Besar, Kerajaan Siguntur, Kerajaan Pulau Punjung dan Kerajaan PaÂdang Laweh. “Bukti lain dari peninggalan Kerajaan Dharmasraya tersebut maÂsih bisa dilihat sampai saat ini, seperti Candi PaÂdang Roco, Candi Pulau SaÂwah, Candi Awang Maombiak dan Situs Rambahan Bukik Berhala, “
Dengan adanya UU NoÂmor 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya dan UU nomor 5 tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan memÂÂÂÂberikan paying hukum bagi kita dalam upaya menÂjaga dan melestarikan wariÂsan kebudayaan daeÂrah. “Pemerintah KabupaÂten Dharmasraya sangat berÂkoÂmitmen untuk melestarikan kebudayaan daeÂrah yang ada sebagaimana visi daerah kita mandiri maju dan berbudaya. Saya sangat mendukung kegiatan ekspedisi Sungai Batanghari yang digagas Kementerian Pendidikan KeÂbudaÂyaan Riset dan TekÂnologi melalui Direktorat Jenderal Kebudayaan yang mengangkat tema “MeÂnyusur Sungai Merekat Ketersambungan Warisan Budaya Indonesia” kegiatan ini juga merupakan salah satu rangkaian kegiatan dari acara Kenduri Swarnabhumi taÂhun 2022,” terang Bupati.
Bupati berharap kegiatan yang diikuti 50 orang peserta terdiri dari mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi ternama Indonesia, peneliti dan komunitas yang menyusuri Sungai Batanghari untuk pendaÂtaan, inventarisasi, pemeÂtaan ekosistem. Serta pemantauan dan evaluasi perlindungan cagar budaya dan objek pemajuan kebudayaan bisa memberikan manfaat bagi geÂnerasi muda berupa transfer pengetahuan. Dan selanjutnya diharapkan juga bisa memberikan masukan terhadap perumusan kebijakan dalam upaya pelestarian warisan budaya.
Selain itu, Sutan Riska meminta para peserta meÂngiÂkuti kegiatan dengan baik, serta bisa melakukan langsung proses ekskavasi (penggalian yang dilakukan di tempat yang meÂngandung benda purbakala-red) dan menyaksikan penampilan ekspresi budaya oleh maÂsyaÂrakat. Serta berdiskusi langsung dengan komunitas dan masyarakat nagari atau desa di masing-masing daearah yang disinggahi. “Berberapa peninggalan masa lalu yang berada di sehiliran Sungai Batanghari sudah saya tetapkan sebagai cagar budaya, dan mohon kiranya Ibu DiÂrekÂtur Pelindungan KebudaÂyaan berkenan untuk memÂÂÂproses dan mempertimbangkan cagar budaya tersebut untuk dijadikan Cagar Budaya Nasional. Dan saya berharap dengan adanya kegiatan Ekspedisi Sungai Batanghari ini memÂberikan kontribusi yang positif terhadap pelestarian warisan kebudaÂyaan di Kabupaten Dharmasraya. Dan daerah seÂpanjang aliran SuÂngai Batanghari,” ungkap Sutan Riska.
Direktur Perlindungan Kebudayaan, Irini Dewi Wanti, mengungkapkan ekspedisi ini kita upayakan untuk transfer ilmu pengetahuan kepada generasi muda dan kepada masyaÂrakat, pentingnya menjaga peninggalan sejarah. “Kebudayaan itu bukan hanya peninggalan benda benda bersejarah saÂja, namun bagaimana menjaga dan pengetahuan maÂsyaÂrakatnya, ini kita lakukan dalam ekspedisi ini bersama para mahasiswa dari berbagai daerah, ada AÂceh, MaÂkasÂsar Jambi dan Sumbar. Para peneliti, dan ini dituliskan yang akan menjadi catata catatan bagi para peneliti, “ ungÂkapnya.
Ia menyebutkan kegiatan ini akan berlanjut hingga 22 Juli 2022 sampai ke Kabupaten Tanjung JaÂbung Timur Provinsi Jambi. “Terakhir akan berkumpul di Cagar Budaya Nasional Muaro Jambi, “ pungÂkasÂnya
Sementara itu, melalui Siaran Persnya, Direktur Perfilman Musik dan Media, Ditjen Kebudayaan, Ahmad Mahendra mengatakan, Kenduri Swarnabhumi, Kemendikbudristek berÂsama masyarakat dan pemerintah daerah berupaya untuk menggerakkan kesadaran harmoni sungai dan peradaban yang semakin penting untuk dirawat dengan kearifan berbasis budaya.
Dijelaskan, Kegiatan Ekspedisi Sungai Batanghari berlangsung pada 11 s.d. 22 Juli 2022. Peserta dilepas oleh Direktur Ahmad Mahendra bersama Bupati Dharmasraya di titik awal Ekspedisi Sungai Batanghari, tepatnya di Jembatan Sungai Dareh, Kecamatan Pulau Punjung, Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat. Ekspedisi Sungai Batanghari ini akan diisi deÂngan berbagai aktivitas praktek ekskavasi, penamÂpilan ekspresi budaya oleh masÂyaÂrakat yang disinggahi, dan diskusi budaya. Hasil ekÂspedisi ini nantinya akan menjadi topik pembahasan Seminar NasioÂnal pada 21 Juli 2022 mendatang yang mengusung teÂma “Batanghari: Dulu, Kini, dan Nanti” yang juga menjadi bagian kegiatan Kenduri Swarnabhumi.
Direktur Pelindungan Kebudayaan, Ditjen Kebudayaan, KemendikbuÂdrisÂtek, Irini Dewi Wanti meÂnerangkan, Ekspedisi SuÂngai Batanghari merupakan salah satu upaya pelibatan dan transfer pengetahuan kepada generasi muda untuk melihat lebih jauh potensi berbagai tinggalan objek yang diduga cagar budaya dengan meÂlakukan pendataan, inventarisasi, pemetaan ekosistem, serta pemantauan dan evaluasi pelindungan cagar budaya sebagai objek pemajuan kebudayaan.  “Kita harus memandang lingkungan tempat kebeÂradaan warisan budaya beserta masyarakat pendukungnya sebagai satu kesatuan ekosistem yang hidup dan saling mempeÂngaruhi serta memberi damÂpak manfaat untuk jangka panjang,” jelasnya.
Kenduri Swarnabhumi merupakan rangkaian kegiatan yang bertujuan menghubungkan kembali maÂsyaraÂkat dengan peradaban sungai. Kenduri Swarnabhumi diselenggarakan pada Mei-September 2022 oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kemendikbudristek bekerja sama dengan berÂbagai pemerintah daerah (pemda) terkait. Seperti pemÂÂda Kabupaten DharmaÂsraya, Provinsi Sumatera BaÂrat; Kabupaten Bungo, Kabupaten Kerinci, Kota Sungai Penuh.
Terpisah, Kepala BPCB Provinsi Sumatera Barat, Teguh HidayatHidayat usai menyisir Sungai Batanghari bersama tim Ekspedisi meÂngaku terkesan dengan kondisi sungai Batanghari yang sampai saat ini masih menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat seÂtempat. “ Kita membuktikan sendiri bahwa di sepanjang sungai Batanghari masih ada aktifitas perekonomian masyaÂrakat deÂngan memancing, menjadikan tempek (perahu mesin) sebagai alat transportasi, hingga Ponton sebagai kapal peÂnyeÂbarangan mini, “ ungÂkapnya Usai meÂnyuÂsuri sungai Batanghari ini, lanjutnya kita singgah di beberapa situs peninggalan sejarah. (gus)
















