Meski hanya berstatus kota kecil yang terletak di sisi barat pulau Sumatera, Pariaman merupakan daerah yang wajib untuk dikunjungi bagi pecinta wisata bahari. Berlokasi sekitar 55 kilometer dari kota Padang dengan waktu tempuh perjalanan satu jam, suguhan wisata pantai, pulau hingga bahari telah menanti di kota berjuluk Tabuik itu.
Salah satu yang ramai dikunjungi pelancong adalah Pantai Gandoriah yang terletak di Kecamatan Pariaman Tengah. Memiliki pasir pantai bersih dan halus, objek wisata ini ramai dikunjungi pengunjung saat akhir pekan dan hari libur.
Selain pemandangan yang eksotis, di sepanjang Pantai Gandoriah juga ditumbuhi pohon pinus sehingga menjadikan kawasan objek wisata tersebut menjadi rindang dan terlindung dari teriknya panas matahari.
Selain itu di kawasan tersebut pemerintah daerah setiap tahun juga rutin menjadikannya sebagai lokasi utama perhelatan Pesta Budaya Tabuik yang puncaknya jatuh pada 10 Muharram. Ribuan bahkan ratusan ribu wisatawan domestik hingga mancanegara biasanya ikut serta menikmati pesta Hoyak Tabuik yang dipusatkan di Pantai Gandoriah tersebut.
Keberadaan Pantai Gandoriah semakin menarik karena didukung keberadaan stasiun kereta api yang berada tidak jauh dari kawasan tersebut yang menghubungkan langsung Kota Padang dan Kota Pariaman.
Selain didukung keindahan alam yang eksotis dan jalur transportasi yang memadai, di lokasi kawasan Pantai Gandoriah tersebut pemerintah daerah bekerja sama dengan TNI Angkatan Laut juga telah mendirikan sebuah tugu atau monumen Angkatan Laut Republik Indonesia.
Tugu tersebut dibangun untuk mengenang sejarah perjuangan bangsa Indonesia yang pernah menjadi pusat Angkatan Laut Republik Indonesia pada 1948.
Tujuannya agar semakin menarik para pengunjung untuk betah berlama-lama dan menikmati berbagai sajian alam sekaligus berwisata edukasi.
Selain Pantai Gandoriah, Kota Pariaman juga memiliki objek wisata unggulan lainnya yaitu Pulau Angso Duo yang terletak di kawasan perairan kota itu.
Untuk menuju kawasan Pulau Angso Duo tersebut pengunjung bisa menggunakan jasa kapal wisata yang bersandar di Muaro Pariaman dengan biaya Rp40 ribu pulang pergi. Estimasi waktu untuk mencapai objek wisata tersebut diperkirakan 15 hingga 20 menit menggunakan kapal.
Sesampainya di Pulau Angso Duo tersebut pengunjung tidak perlu lagi harus membuka sepatu atau sandal karena telah tersedia Dermaga Terapung yang dibangun pemerintah pusat dan daerah beberapa tahun lalu.
Pulau Angso Duo merupakan salah satu ikon kebanggaan kota tersebut karena mampu menarik ribuan hingga ratusan ribu pengunjung setiap tahunnya. Salah satu yang menarik dari objek wisata ini yaitu wisata religius ke makam “Katik Sangko” salah satu tokoh penyebar Agama Islam di daerah itu bersama Syekh Burhanuddin.
Uniknya, makam Katik Sangko tersebut tidak sama dengan kuburan pada umumnya. Tempat peristirahatan terakhir tokoh agama tersebut memiliki panjang yang diperkirakan mencapai enam hingga tujuh meter. Bahkan masyarakat setempat mempercayai panjang kuburan tersebut dapat berubah-ubah pada waktu tertentu.
Kemudian wisata religius tersebut juga didukung oleh sejumlah sarana dan prasarana pendukung seperti Surau Katik Sangko yang terbuat dari kayu pilihan dan telah mengalami renovasi beberapa kali.
Selain memiliki wisata religius, Pulau Angso Duo ini juga didukung oleh wisata bahari atau wisata bawah laut yang indah karena memiliki area menyelam yang cukup menjanjikan.
Khusus untuk para pecinta alam bawah laut, lokasi atau spot snorkeling paling menjanjikan berada di sekitar Pulau Kasiak karena kawasan tersebut merupakan salah satu pulau yang dijadikan pemerintah daerah sebagai pusat penangkaran penyu sehingga terumbu karang masih terjaga.
Belum lagi sajian kulinernya, sate pariaman, sala lauk, lontong gulai tunjang, nasi sek, gulai kepala ikan adalah hidangan wajib yang sayang dilewatkan jika berkunjung ke Pariaman.
Sate Pariaman memiliki kekhasan sendiri dengan kuah berwarna merah dengan rasa gurih dan pedas.
Sala lauk merupakan camilan khas yang berbentuk bulat sebesar bola pingpong terbuat dari adonan tepung beras dan ikan yang kemudian di goreng hingga berwarna kuning kecoklatan.
Lontong gulai tunjang merupak ketupat yang disajikan dengan gulai kikil plus kuah santan yang benar-benar tajam dan menendang rasanya.
Sedangkan nasi sek adalah santapan khas pinggir pantai. Nasi dibungkus dengan daun pisang disajikan dengan beragam lauk mulai dari ikan, udang dan lainnya.
Selanjutnya gulai kepala ikan adalah menu wajib karena cita rasa kuah berwarna kuning dengan bumbu khas akan menghasilkan rasa sempurna dari kepala ikan yang lembut.
Pemerintah daerah saat ini juga sedang memfokuskan mengembangan kawasan Pulau Ujuang dengan pembangunan sejumlah infrastruktur. Pembangunan di Pulau Ujuang masih sedang berjalan, sehingga belum bisa dibuka untuk umum.
Meskipun memiliki sejumlah objek wisata unggulan hal tersebut belum mampu membuat wisatawan untuk menginap dalam kurun waktu cukup lama di daerah itu. Hal tersebut memang dikarenakan belum adanya hotel atau penginapan berbintang, sehingga cukup mempengaruhi minat wisatawan.
Dengan segala keindahan alam yang ditawarkan, Pariaman layak menjadi salah satu kota yang menarik untuk dikunjungi apalagi bagi yang hendak menikmati sensasi wisata bahari. (z)
Komentar