46,5 Persen Siswa SD Kelas 4 Kurang Mampu Membaca

PERSOALAN lancar membaca pada akhir tingkat Sekolah Dasar (SD) ternyata masih jadi pekerjaan rumah yang berat di dunia pendidikan Indonesia. Pasalnya, ditemukan fakta, hampir setengah dari siswa SD di kelas 4 kurang mampu membaca.
Indah Pratiwi selaku Peneliti Puslitjak Balitbang Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) memaparkan, sekitar 46,83 persen siswa kelas empat SD kurang mampu membaca. Data tersebut didukung dengan penelitian world bank, yang menyatakan, 55 persen lulusan sekolah menengah pertama (SMP) masih buta huruf fungsional.
Hal ini cukup disayangkan. Karena harusnya, urusan kemahiran membaca ini selesai ketika berada di kelas awal.
“Kalau dasarnya saja belum selesai, bagaimana mereka belajar di jenjang selanjutnya,” ujarnya dalam diskusi temu Inovasi di Jakarta, baru-baru ini.
Sehingga, ketidakmampuannya membaca ini tentu mempersulit siswa untuk belajar. Tak jarang akhirnya membuat anak enggan sekolah. Bahkan, tidak mau meneruskan ke jenjang pendidikan berikutnya.
Tapi, ketidakmampuan membaca pada siswa SD bukan semata-mata salah sang anak. Setelah ditelisik, ungkap Indah, ada sejumlah penyebab yang ditemukan. Diantaranya, akses buku yang tidak ada. Kemudian, kurikulum dari pusat yang tidak mendukung proses pembelajaran membaca di kelas tingkat awal.
“Semua bukunya full teks. Anak masuk SD dianggap sudah mahir membaca,” ungkapnya.
Padahal, banyak dari mereka yang tidak mengenyam pendidikan TK atau PAUD sebelumnya.
Atau sebaliknya. Ketika berada di TK/PAUD tak ada sama sekali pelajaran untuk pengenalan huruf.
Situasi ini diperburuk oleh kemampuan guru di daerah-daerah 3T. Tak jarang dari guru tak tahu apa yang harus diajarkan ketika menghadapi kondisi seperti itu. Karena, banyak dari mereka yang ternyata bukan lulusan Fakultas Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD). Pelatihan pun sangat jarang didapatkan.
Tapi menariknya, siswa-siswa tersebut berhasil naik kelas. Bahkan sampai kelas empat SD.
Melihat kondisi ini, Indah mendorong adanya penyesuaian kurikulum. Bahan ajar siswa kelas 1 harus diperbanyak dengan gambar dan warna. Sehingga membuat mereka tertarik. Dengan begitu, mereka yang sebelumnya tak bisa membaca mau belajar.
Kemudian, lanjut dia, kegiatan belajar mengajar untuk kemahiran membaca wajib diselesaikan di semester awal. “Setelah itu baru pindah ke lainnya. Dasarnya diselesaikan dulu,” pungkasnya. (jpnn)

Exit mobile version