Corona Virus Disease 2019 atau Covid-19 adalah penyakit menular yang menyebabkan penderita mengalami demam, batuk kering, dan kesulitan bernafas. Covid-19 dilaporkan masuk di Indonesia pada Maret 2020. Mudahnya pemaparan dan penyebaran Covid-19 membuat pemerintah terpaksa mengambil kebijakan untuk melakukan pembatasan aktivitas sosial.
Pembatasan aktivitas sosial akibat Covid-19 yang mewabah di Indonesia, memiliki dampak diberbagai lini kehidupan.Salah satu bidang yang terdampak, pendidikan. Dunia pendidikan kemudian menyesuaikan diri untuk beradaptasi menghadapi dampak yang ditimbulkan oleh wabah pandemic.
Sekolah-sekolah mengambil kebijakan untuk melakukan pembelajaran secara Dalam Jaringan (Daring). Pembelajaran Daring yang dilakukan dinilai tidak mampu memenuhi tuntutan kurikulum sehingga membuat tujuan pendidikan tidak tercapai.
Beberapa faktor yang mungkin menyebabkan tidak terpenuhinya tujuan pendidikan adalah ketidaksiapan kita menghadapi pembelajaran Daring. Pembelajaran Daring menuntut pelaku pendidikan, guru dan siswa untuk menguasai teknologi. Pembelajaran Daring membutuhkan sarana internet, sementara belum semua daerah tersentuh oleh internet.
Di SMAN 1 Timpeh, Kabupaten Dharmasraya,misalnya. Jika mati lampu, maka signal juga otomatis menghilang. Jaringan sering terganggu. Hal ini menghambat pembelajaran. Akibatnya terjadi loss learning (hilangnya keterampilan dan pengetahuan akademik).
Akibat dari loss learning terlihat dari rendahnya kualitas pengetahuan dan keterampilan siswa. Kenyataan ini menjadi luka mendalam bagi dunia pendidikan, walau pemerintah dan sekolah berupaya meminimalisir dampak dari pembelajaran Daring ini. Beragam upaya dilakukan untuk mengatasi kendala, termasuk beberapa pelatihan kompetensi guru dalam penggunaan IT dalam pembelajaran.
Sekarang sekolah sudah dibuka secara normal. Pembelajaran Daring sudah ditinggalkan, tapi dampak akibat Covid-19 masih terasa hingga saat ini. Loss learning selama Covid-19 membuat guru, sekolah dan pemerintah berputar otak memikirkan strategi untuk mengobati luka didunia pendidikan. Kehadiran kebijakan kurikulum baru yakni Kurikulum Merdeka (Kumer) dinilai mampu mengobati luka loss learning akibat Covid-19 karena akibat pembelajaran Daring di rumah, pengetahuan dan keterampilan siswa yang masuk ke sekolah saat ini sangat beragam.
Kurikulum Merdeka adalah kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler yang beragam. Kontennya akan lebih optimal jika siswa mendalami konsep dan menguatkan kompetensi. Guru memiliki keleluasaan untuk memilih berbagai perangkat ajar sehingga pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan belajar dan minat peserta didik.
Pada Kurikulum Merdeka terdapat Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) merupakan upaya untuk membentuk peserta didik yang memiliki karakter sesuai dengan nilai-nilai pancasila.
Kurikulum merdeka menghadirkan pelajaran sesuai dengan keadaan dan kebutuhan masing-masing siswa. Pada Kumer, pembelajaran dilaksanakan secara berdiferensiasi sehingga tidak memukul rata pelajaran kepada siswa. Pembelajaran berdiferensiasi memiliki peluang bagi siswa untuk bisa mengenyam pembelajaran sesuai dengan pengetahuan awalnya. Siswa dibimbing dengan beragam metode dan model pembelajaran.
Saat ini, di SMAN 1 Timpeh sudah tahun kedua menerapkan Kumer, dan sekolah kami merupakan dua sekolah penggerak pertama di Dharmasraya, sejak tahun 2022. Kami percaya bahwa sinergitas antara guru, sekolah dan pemerintah untuk mengobati luka loss learning ini bisa membuahkan hasil yang baik. Majulah pendidikan Indonesia, demi anak bangsa yang sukses dan bahagia.(***)
*Guru Matematika SMAN 1 Timpeh Dharmasraya