Bentuk Keberlanjutan Pembangunan oleh 3 Gubernur, Nama Masjid Raya Syekh Ahmad Khatib Al Minangkabawi Sumbar Diresmikan

PEMBUKAAN selubung relief nama Masjid Raya Syekh Ahmad Khatib Minangkabawi Sumatera Barat oleh Ketua MUI Sumbar, Gusrizal Gazahar, Penggagas Masjid Raya Sumbar, Gamawan Fauzi, Mantan Gubernur Sumbar Irwan Prayitno, Gubernur Sumbar, Mahyeldi Ansharullah dan Perwakilan Keluarga Syekh Ahmad Khatib Al Minangkabawi Prof Dr H M Fida Bahjat.

Gubernur Sumatera Barat (Sumbar) meresmi­kan nama Masjid Raya Syekh Ahmad Khatib Al Minangkabawi Sumbar untuk dijadikan nama Mas­jid Raya Sumbar, Minggu (7/7).

Peresmian nama di­tandai penandatanganan prasasti oleh, Ketua Ma­jelis Ulama Indonesia (MUI) Sumbar, Gusrizal Gazahar, Penggagas Pem­bangunan Masjid Raya Sumbar, Gamawan Fauzi, Gubernur Sumbar periode 2010-2021 Irwan Prayitno, Gubernur Sumbar, Mah­yeldi Ansharullah dan Perwakilan Keluarga Syekh Ahmad Khatib Al Minangkabawi, Fatimah Fouad Alkhateeb.

Peresmian nama mas­jid dengan desain arsi­tektur terbaik dunia oleh Abdullatif Al Fozan Award for Mosque Architecture itu, dilanjutkan dengan pembukaan selubung relief dengan nama Masjid Raya Syekh Ahmad Khatib Minangkabawi Sumatera Barat. Pada kesempatan itu juga diluncurkan buku tentang Syekh Ahmad Kha­­­tib Al Minangkabawi karya Hasril Chaniago, serta penyerahan ban­tuan untuk korban bencana.

Hadir pada peresmian nama Masjid Raya Syekh Ahmad Khatib Al Minang­kabawi Sumbar pagi itu, Keluarga Besar Cucu dan Cicit Syekh Ahmad Khatib Al Minangkabawi, Mantan Gubernur Sumbar periode 2005–2009 Gamawan Fau­zi, Mantan Gubernur Sum­bar periode 2010-2021 Ir­wan Prayitno, Sekdaprov Sumbar, Hansastri, For­kopimda, Ketua MUI Sum­bar, Gusrizal Gazahar, Ketua  LKAAM Sumbar, Bundo Kanduang, Bupati dan Wali Kota, Rektor Perguruan Tinggi, ormas dan lainnya.

Perwakilan Keluarga Syekh Ahmad Khatib Al Minangkabawi, Prof Dr H Muhammad Fida Bahjat mengucapkan terima­ka­sih dan penghargaan ke­pada Gubernur Sumbar dan Mantan Gubernur ser­ta segenap pimpinan Pemprov Sumbar dan lem­baga ormas serta ula­ma di Sumbar yang telah meresmikan nama masjid ini. “Saya gembira dan suka cita atas sambutan yang hangat dan meriah ini. Ini menunjukkan ke­muliaan sangat tinggi ter­hadap tamu dan akhlak yang sangat mulia. Mu­dah-mudahan jadi contoh bagi Umat Islam di selu­ruh dunia,” ucapnya.

Fida Bahjat mengung­kapkan, dirinya telah me­ngenal Bangsa Indonesia sejak lama dan tokoh pen­ting dari Indonesia di Mek­kah dan negara di dunia. Tokoh-tokoh ulama dari negeri ini telah menunjuk­kan kedalaman ilmu dan akhlak mereka. Masjid di Sumbar menurutnya, me­miliki fungsi yang efektif dan peranan mendidik masyarakat. Masjid sejak dulunya pusat penyeba­ran ilmu pengetahuan, pembinaan masyarakat, pengerahan tentara Islam saat terjadi invasi.

“Masjid juga menjadi titik tolak pengentasan kemiskinan di Sumbar. Program pembangunan, pendidikan dan entrepreneurship penting untuk entaskan kemiskinan. Ini dicontohkan Nabi Muham­mad dalam melaksana­kan  perdagangan untuk kemajuan umat,” tam­bahnya.

Ketua MUI Sumbar, Gusrizal Gazahar menga­takan Syekh Ahmad Kha­tib Al Minangkabawi, to­koh ulama yang pemiki­rannya membawa peru­bahan pergerakan di Sum­bar, melalui pemi­kiran murid-muridnya. Ini saham yang tidak boleh dilupakan.

Gusrizal menambah­kan, ide pemberian nama masjid yang dibangun di atas lahan 7,5 hektar ini bukan hanya saat ini. Dua tahun sempat tertunda. Gubernur Sumbar, Gama­wan Fauzi yang mengga­gas ide ini sejak 2006 me­ngamanahkan kepada MUI Sumbar. Lalu, MUI Sumbar melakukan muza­karah. Sudah dari awal MUI Sumbar bicarakan nama untuk masjid ini. Ada usulan nama yang diguna­kan Buya Hamka, Syekh Sulaiman Arasulli, Syekh Parabek, Syekh M Jamil Jambek dan lainnya. Na­mun, jika dikaji semuanya seluruhnya murid Syekh Ahmad Khatib Al Mi­nang­kabawi. Bahkan, Pen­diri Organisasi Terbesar Nah­datul Ulama (NU) Hasyim Asy’ari, dan Mu­ham­ma­diyah Ah­mad Dah­lan ter­nya­ta berguru kepada Syekh Ah­mad Khatib Al Mi­nangkabawi.

Dalam perjala­nan­nya pada perte­muan kedua, di ma­na Ketua MUI Sum­bar Syamsul Bahri Khatib m­e­lakukan seminar tahun 2012. Selain ulama juga diundang Tokoh Sumbar, berbicara tentang siapa nama untuk Masjid Raya Sumbar ini. Karena Masjid Raya Sumbar baru se­batas tipologi masjid.

Dalam seminar itu juga berlabuh pa­da kesimpulan de­ngan nama Masjid Raya Syekh Ahmad Khatib Al Minang­kabawi Sumbar. Jadi, tidak ada keraguan MUI Sumbar mem­berikan nama yang tepat untuk Masjid Raya Sumbar de­ngan nama Tokoh Mi­nang yang pernah men­jadi Imam Besar Masjidil Ha­ram itu.

Apa yang dilakukan Gubernur Sumbar seka­rang, Mahyeldi Ansharul­lah yang telah meres­mikan nama masjid ini, menurutnya telah me­nunt­askan kerja yang ter­bengkalai.

Gusrizal juga menja­wab polemik pendapat yang melarang mengu­bah nama Masjid Raya Sum­bar, tetapi cukup bangun saja masjid lain dengan nama Syekh Ahmad Khatib Al Minang­kabawi. Menurutnya, pen­dapat tersebut bagi yang tidak memahami makna dari proses cukup panjang ini.  “Pemberian nama ini misi yang harus ditun­taskan dan tidak boleh berhenti. Masjid dibangun tidak sebatas gedung tapi mem­bawa misi gerakan pembaharuan yang dica­nangkan oleh Syekh Ah­mad Khatib Al Minang­kabawi,” tegasnya.

Gusrizal juga me­nyam­­paikan pesan ke­pada seluruh gubernur dan gubernur berikutnya. “Kita tidak hanya memba­ngun masjid saja tapi pe­ra­daban Sumbar sesuai Adat Basandi Syarak-Sya­rak Basandi Kitabullah (ABS-SBK),” tegasnya.

Mantan Gubernur Sum­bar, Irwan Prayitno memberikan apresiasi kepada Gubernur Sumbar saat ini, Mahyeldi An­sharullah yang telah me­lengkapi nama masjid yang kurang selama ini.  Tidak dipungkirinya, sela­ma menjadi Gubernur Sum­bar, dirinya melak­sanakan amanah Guber­nur Sumbar sebelumnya Gamawan Fauzi, mene­ruskan proyek yang ter­tuang dalam RPJMD.

“Alhamdulilah semua program perencanaan di masa Pak Gamawan saya tuntaskan selama 10 ta­hun. Mulai dari pemba­ngunan jalan Sicincin-Malalak, Fly Over Kelok Sembilan, pembangunan irigasi dan jalan-jalan di Sumbar. Semua di­tun­tas­kan dan se­moga ber­man­faat untuk ma­sya­rakat,” harapnya.

Diakui Irwan Pra­yitno, pembangunan Masjid Raya Sumbar yang diga­gas sejak tahun 2006 ini mem­buat dirinya kewa­lahan, karena banyak anggaran yang di­siapkan, mencapai Rp100 miliar. Bahkan jika ditotal lebih dari Rp500 miliar lebih. Semuanya berhasil ditun­taskan. “Program ung­gulan yang saya canang­kan ter­pinggirkan demi me­nuntaskan Masjid Ra­ya ini. Kebaikan yang kita lakukan ti­dak sia-sia,” ung­­kap­nya.

Mantan Gubernur Sumbar Gamawan Fauzi mengatakan, ide pem­bangunan Mas­jid Raya ini kare­na terbatas­nya mas­jid di Kota Padang yang berada di jalur uta­ma. “Coba cer­mati jalan di Kota Padang, dari Alang Laweh sampai DPRD ha­nya ada satu masjid. Kita mengaku ABS-SBK tapi cerminan­nya, masjid ha­nya ada satu di Padang Laweh. Harus ada di Sum­bar yang melambangkan ABS-SBK. Tidak tidak ha­nya Jam Gadang. Perlu diciptakan sesuatu yang baru yang jadi landmark-nya Sum­bar,” ucapnya.

Ide lain pembangunan masjid ini untuk gairahkan kehidupan beragama di Sumbar meningkatkan keimanan. Masjid ini diba­ngun di atas lahan bekas sekolah pertanian. “Kita butuh lokasi yang besar yang ada di pusat kota. Ini ditempatkan se­bagai tem­pat masjid,” terangnya.

Untuk pembangunan masjid ini, diawali dengan menggelar lomba pen­carian desain terbaik in­ter­nasional. “Ada ratusan desain arsitektur yang masuk. Saya minta beri­kan lima terbaik. Salah satu yang masuk yang telah dibangun saat ini. Lalu saya menetapkan­nya,” terangnya.

Gamawan mengata­kan, masjid yang telah berdiri saat ini belum final. Dirinya hanya meletakkan dasarnya, Mantan Gu­bernur Sumbar Irwan Pra­yitno melaksanakan pem­bangunannya  dan Gu­bernur Sumbar Mahyeldi meresmikan.

“Inilah bentuk ke­ber­lanjutan atau sustainable pembangunan. Butuh ker­ja sama yang baik bukan berdiri sendiri, agar pem­bangunan berkelanjutan. Saya tidak mengklaim, karena saya hanya ide. Tapi pembangunan dilak­sa­n­akan gubernur beri­kutnya. Saya berpesan kepada Gubernur Mah­yeldi agar sediakan APBD setiap tahun untuk me­lengkapi masjid ini, untuk membangun Islamic Centre,” pesannya.

Gubernur Sumbar, Mah­yeldi Ansharullah me­­­ngatakan apa yang telah dibangun oleh gu­ber­nur pendahulunya akan disempurnakan. Da­lam upaya membangun Sumbar, dirinya siap ber­kontribusi menjadikan Sumbar terdepan dan mem­berikan sumbangan yang besar dan terbaik untuk NKRI.

Masjid ini digagas Man­­tan Gubernur Sumbar Gamawan Fauzi dan ditun­t­askan Mantan Gubernur Irwan Prayitno. Hari ini diresmikan nama masjid ini. “Mudah-mudahan de­ngan kita resmikan nama ini betul-betul mengha­dirkan motivasi dan se­mangat bagi kita dan ge­ne­rasi di masa menda­tang, untuk mewariskan tradisi keilmuan keula­maan dan tradisi kecer­dasan yang dituangkan dalam Tungku Tigo Saja­rangan, Tali Tigo Sapilin,” harapnya.

Syekh Ahmad Khatib Al Minangkabawi di sam­ping sebagai imam di Mas­jidil Haram, dari tulisan yang ada juga seorang mufti Arab Saudi untuk Kerajaan Utsmaniyah di Turki. Artinya keberadaan­nya di Turki bukan sem­barangan. “Pendahulu kita, ulama terdahulu bu­kan hanya jadi tokoh nu­santara tapi internasional. Ulama-ulama pendiri or­mas besar juga berguru kepada Syekh Ahmad Kha­­tib Al Minangkabawi. Sumbar sebagai pejuang, bukan hanya tatanan na­sional tapi internasional,” terangnya.

Mahyeldi mengharap­kan ketokohan dan ke­berhasilan pendahulu de­ngan dikukuhkannya men­jadi nama masjid, menjadi semangat dan inspirasi generasi muda untuk beri­kan yang terbaik untuk Sumbar, nasional dan du­nia.

Momen Turunkan Kemiskinan Ekstrem

Mahyeldi mengata­kan, momen peresmian nama masjid hari ini juga dicanangkan Pem­be­ran­tasan Kemiskinan Ektrem di Sumbar. “Kita telah targetkan di tahun 2024 ini angka kemiskinan eks­trem di Sumbar menjadi nol persen. Melalui upaya dan sinergi bersama, ang­­­ka kemiskinan ekstrim turun dari 0,77 persen menjadi 0,41 persen (BPS, Maret 2023), ini pe­nu­runan yang tertinggi ke­tiga di Sumatera,” te­rangnya.

Angka Gini Rasio Sumbar sebesar 0,28 per­sen juga terendah ketiga di Indonesia yang berarti ketimpangan pendapatan tidak begitu signifikan. Begitu juga angka Indeks Pembangunan Manusia di Sumbar (IPM) juga me­ngalami kenaikkan dari 73,26 persen menjadi 75,46 persen di tahun 2023, po­sisi tujuh secara Nasio­nal. (AD.ADPSB)

 

Exit mobile version