Enam orang legenda lagu Minang, menerima Anugerah Musik Daerah Sumatera Barat (Sumbar), 2023. Anugerah diserahkan Ketua DPRD Sumbar Supardi, didampingi Kepala Dinas (Kadis) Kebudayaan Syaifullah, di Payakumbuh, Rabu (31/5) malam.
Keenam sosok inspiratif tersebut, ditetapkan berdasarkan hasil Tim Pengamat Penerima Anugerah Musik Daerah Provinsi Sumbar, tahun 2023. Tim pengamat terdiri dari Ediwar S.Sn, M.Hum, PH.d, seorang akademisi. Firdaus Abie, jurnalis senior. Dwi Hernita, produser musik.
Kata Firdaus Abie, yang sehari-hari Direktur Posmetro Padang, saat mengumumkan keenam penerima anugerah tersebut, tim pengamat bekerja sejak di-SK-kan Gubernur Sumbar. Banyak sudut yang disigi.
Keenam sosok tersebut, Yan Juneid. Beliau seorang seniman multitalenta. Selain penyanyi dan pencipta lagu papan atas, beliau juga penabuh drum terbaik di Sumatera, dimasanya. Jasa terbesarnya mempopulerkan lagu tradisi Kota Padang, Gamad. Mulanya Gamad hanya dipandang sebagai musik kampungan, tetapi terus beranjak menjadi lagu gedongan. Pentolan grup band Limestone ini mulanya berkiprah di Jakarta, namun fokus berkarya di Padang.
Asben, musisi yang idealis pada pendirian bermusiknya. Beliau konsisten mengangkat ekspresi dendang tradisi Darek pada lagu-lagunya. Menciptakan lebih 1.000 lagu yang sebahagian besar dinyanyikannya sendiri. Beliau mengubah kiblat musik dari Jakarta ke Minangkabau.
Tiar Ramon. Teknik olah vokalnya terbaik. Beliau seniman paling berjasa mengangkat martabat dan popularitas lagu tradisi Indang, sehingga lagu tersebut tak hanya disenangi orang Pariaman, tetapi juga oleh etnik Minang lainnya dan non Minang.
Dr Ir Agusli Taher MS, populer dengan sebutan Agus Taher. Beliau tokoh utama kebangkitan industri musik Minang kedua, ditandai dengan hadirnya album Kasiak 7 Muaro serta terpilihnya lagu ciptaannya nan Tido Manahan Hati, menerima anugerah HDX, tahun 1995.
Z St Janiak, seorang pelaku, pembinan, pengembang dan pelestari musik tradisi Tambua Tasa, di Kab Agam. Beliau aktif menggeluti Tambua Tasa sejak 1985. Beliau mewarisi hampir 100 buah lagu Tambua Tasa. Sejak 2001 sampai sekarang, hampir dua pertiga lingkar Danau Maninjau smapai Lubuak Basuak, membina grup Tambua Tasa. Ada 50 grup yang dibinanya, dan satu-satunya orang yang aktif membuat alat Tambua Tasa di Kab Agam.
Andoeska. Diusia belia sudah memulai debutnya di Jakarta. Lagu-lagunya dinyanyikan Erni Johan, Lily Syarif, Betharia Sonata dan Hetty Koes Endang. Hebatnya B. Andoeska yang sudah bisa membaca not saat Sekolah Rakyat justru berkembang menjadi spesialis pencipta lagu-lagu Mars atau Hymne berbagai daerah.