43 Pandeka Silek Dilewakan Gala Adat
SEBANYAK 43 pandeka silek (pendekar silat) yang berasal dari beberapa sasaran-sasaran pencak silat (perguruan) Kototangah, dilewakan gelar adat sebagai pandeka di Balai Adat Nagari Kototangah, Sabtu (8/12) malam. Pengangkatan gelar pandeka itu dipimpin Kerapatan Adat Nagari (KAN) Kototangah.
Ketua Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) Kototangah Endrizal mengatakan dengan dilewakan gelar adat sebagai pandeka ini, tentunya memberikan semangat dan motivasi kepada para pandeka untuk terus membentuk para pesilat-pesilat muda ahat menjadi pesilat berprsetasi dan di ajang Nasional maupun Intenasional.
“Target kita menjadikan pesilat Kototangah menjadi pesilat terbaik. Artinya, silat Kototangah akan selalu terdepan, dan kita akan menunggu para pesilat juara dunia lahir dari Kototangah ini, Insya Allah,” kata Endrizal yang juga dilewakan gelar adat Pandeka Silek Katik Jamil, dari Perguruan Silat Camar Putih.
Endrizal mengharapakn para pandeka silek yang dilewakan itu diharapkan dapat mengembangkan dunia persilatan di kecamatan tersebut, terutama silat prestasi sehingga bibit-bibit atlet silat semakin banyak. Apalagi pada Porprov ke XV di Padangpariaman para pesilat Kototangah merasih prestasi.
“IPSI Kototangah sedang bersemengat mengiatkan silat dalam bentuk prestasi. Porporv bulan lalu pesilat Kototangah dapat 2 emas, 1 perak, dan 3 perunggu. Dengan adanya pelewakan gelar adat ini, tentunya akan semakin menggairahkan silat di Kototangah,” ungkap Endrizal.
Endrizal menyampaikan, pelewaan gelar pendekar tersebut juga didukung oleh DPRD Kota Padang. Hal ini ditunjukkan dengan dialokasikannya dana pokok pikiran (pokir) sehingga kegiayan ini dapat terselenggara dengan baik.
“Berkat dorongan dari anggota dewan Delma Putra, anggaran Rp50 juta dialokasinya untuk kegiatan ini sehingga kita bisa mengangkat acara ini,” sebut Endrizal, yang juga menjabat sebagai Kepala Dinas Perdagangan Kota Padang.
Ketua KAN Kototangah Ahlidir Dt Mudo, mengatakan pelewaan pandeka merupakan alek nagari Kototangah yang menurut kepatutan sudah dapat diberikan gelar. Pandeka perlu menjaga harga diri, tidak sombong, tidak angkuh, dan berbudi pekerti baik.
“Pandeka harus shalat, karena ilmu yang dimiliki itu harus dikuatkan dengan ilmu agama, bermunajat kepada Allah. Kalatu tidak, tidak mantap ilmu itu. Jadi salah satunya adalah melalui salat,” ucap Ahlidir.
Dilanjutkan Ahlidir, total pandeka di Kototangah 61 orang. Setelah itu diharapkan pada tahun-tahun berikutnya pandeka-pandeka akan terus bertambah. Ia meminta IPSI Kototangan membina sasaran silat tang ada di sana.
“Harapan kami, IPSI Kototangah memantau keadaan sasaran-sasaran (perguruan) silat. Dengan demikain ikut mendukung sehingga dari sasaran itu akan dilahirkan pesilat tradisional dijadikan pesilat laga,” sebutnya.
Anggota DPRD Kota Padang, Delma Putra, mengatakan pelewaan gelar pendekar merupakan tradisi, khususnya di Kototangah. Sebab itu ia memperjuangkan dan menganggarkan melalui dana pokok pikirian (pokir) Rp50 juta pada 2018 untuk IPSI Kototangah. Dengan perhatian serius kepada pesilat Kototangah, tentunya diharapkan juara dunia silat lahir dari sini.
“Saya juga siap mengawal anggaran agar para pesilat bisa meraih prestasi sebagai juara dunia. Makanya, saya minta IPSI Kototangah bagaimana melatih, membuka cabang silat yang betul-betul tekun, supaya pesilat di Kototangah khususnya dapat bersainh ditingkat kabupaten:kota, provinsi dan dunia,” kata Delma, yang juga dilewakan gelar adat Pandeka Silek Katik Sulaiman.(rgr)