Nongkrong jadi Budaya Generasi Millenial

NONGKRONG , sudah menjadi suatu tempat alternatif untuk berkumpul, bercerita serta bergurau satu sama lain sesama teman sebayanya generasi milleneal. Nongkrong pada zaman sekarang banyak diminati kaum millenial serta sangat familiar di telinga anak-anak muda. Nongkrong sudah sebagai kebutuhan yang merupakan ajang berinteraksi diri dengan lingkungan sekitarnya.

Berbagai tempat yang bisa dikunjungi sebagai lokasi nongkrong seperti cafe, kedai dan tempat-tempat sentral untuk berkumpul. Untuk mengisi hari-hari berintegrasi sesama kaum millenial nongkrong menjadi sasaran empuk dan terkadang juga tempat rileks berjumpa teman- teman sepantaran. Namun, soal nongkrong mendapatkan berbagai tanggapan bagi masyarakat. Karena persepsi setiap masyarakat berbeda- beda ada yang berasumsi baik dan ada yang beranggapan budaya yang negatif.
Seperti pada kalangan mahasiswa jaman sekarang pulang kuliah lalu dilanjutkan kebiasaan nongkrong di tempat-tempat favorit bagi mahasiswa, karena di situ lebih dapat berinteraksi dengan teman teman lawan interaksinya. Dan juga tempat nongkrong sebagai wadah untuk berdiskusi satu sama lain. Sekaligus, menambah wawasan, memperluas koneksi dan tempat menyalurkab aspirasi aspirasi yang ada. Selain itu sebagai ajang mencari jati diri dari kaum milleneal yang masih di bangku sekolah dan perguruan tinggi.
Karena di situlah tercipta hubungan yang harmonis antar sesama interaksi kaun milleneal. Beberapa stigma masyarakat terhadap budaya nongkrong ini masih berpandangan negatif karena nongkrong dinilai tidak bermanfaat serta cenderung menghabiskan waktu dalam hal hal yang tidak produktif. Sementara, aktivitas nongkrong ini juga menjadi ajang berdiskusi, karena masyarakat Indonesia lebih cenderung menyelesaikan masalah dengan musyawarah.
Dengan seiring perkembangan zaman dan perkembangan era industri nongkrong juga sebagai lifestyle tersendiri bagi kaum milenial karena dianggap memacu tingkat gaya hidup terutama suatu tempat seperti cafe. Coffee Shop yang kian menjamur khususnya pada kalangan anak muda . Kaum millenial juga menjadikan cafe sebagai tempat nogkrong bersama sambil berselancar di dunia maya, karena pemilik cafe wifi untuk kebutuhan pokok jaringan internet. Setelah itu , bisa ngobrol berjam-jam dan cenderung menjadi bahan untuk kebutuhan sosial media seperi instagram dan lain lain.
Maraknya cafe tersebut juga dibarengi dengan tema dan tujuan tertentu. Misalmua, beragam konsep dengan iringan musik, harga terjangkau, hingga sajian menu dengan nuansa tradisional sampai modern seakan menjadi daya tarik sendiri . Selama kebiasaan nongkrong di cafe itu dapat memicu generasi millenial untuk berbuat hal-hal yang positif yang sah- sah saja. Budaya nongkrong sudah mengakari kalangan genrasi muda era sekarang sebagaimana waktu malam pun tempat nongkrong masih ramai, lalu timbulah kecurigaan nongkrong ini hanya menjadi eksistensi bagi kalangan anak-anak muda.
Sebagai anak muda millenial yang baik, hendaknya kita memperhatikan kesopanan dan etika dalam setiap langkah. Taruh hormat kepada siapapun dan menunjukkan kepribadian yang mulia etika yang baik serta peduli terhadap lingkungan.
Berkaca pada era 90-an anak muda biasanya melakukan kegiatan nongkrong di rumah teman, sehingga lebih terkontrol. Itupun hanya dilakukan pada hari libur. Faktor lingkungan terutama teman sangat berperan dalam hal ini . Oleh karena itu kedewasaan seseorang mempunyai peranan yang sangat penting apakah nongkrong akan menjadi budaya positif atau negatif. (*)

Exit mobile version