Test Sederhana bisa Deteksi Dini Demensia?

Oleh: Dika Febrina S, Esra Meininta JMT dan Mira Ariyani M

Apakah demensia itu? Demensia adalah kumpulan sindrom penurunan fungsi kognitif yang menyerang otak. Hal ini membuat pasien demensia mengalami masalah memori seperti kesulitan mengingat, mudah lupa, hingga sulit mengambil pertimbangan dan memahami bahasa.

Bagaimana demensia ditemukan? Demensia ditemukan pertama kali oleh Alois Alzheimer, seorang Psikiater Jerman pada tahun 1910.

Hingga saat ini belum diketahui secara pasti pengobatan demensia. Demensia bisa terjadi pada siapa saja, karena demensia disebabkan degenerasi sel otak secara cepat kemudian mati (neurodegeneratif) kehilangan memori dan jenis penurunan kognitif lainnya sering di anggap sebagai gejala demensia.

Mengingat penyakit ini tidak bisa disembuhkan, selain dari gaya hidup tidak sehat, ada banyak hal yg menyebab kan demensia.

Taukah kalian apa penyebabnya? Merokok, mengkonsumsi alkohol, obat-obatan, obesitas, penyakit vaskular seperti Diabetes Mellitus, Hipertiroid dan Hipertensi.

Nah, test sederhana ini bisa mendeteksi Demensia sejak dini, test apa itu? Ada beberapa instrumen yg digunakan untuk mendeteksi demensia seperti MMSE, 6-CIT, AMTS, Mini-Cog dan CDT, mahasiswi STIKES HI menggunakan MMSE (Mini Mental State Examination) untuk menskrining demensia yg terdiri dari 11 pertanyaan (Ong et al., 2016) alat skrining ini telah diadaptasi dan divalidasi kemudian dirancang untuk digunakan di Indonesia mempunyai keunggulan spesifisitas dan sensitifitas tinggi, cara pengisian yang mudah, waktu yang digunakan singkat (+- 7menit), Biaya minimal dan pertanyaan yg mencakup semua aspek fungsi kognitif (Orientasi, Registrasi, Kalkulasi,Bahasa,Recall) (Creavin et al.,2016).

Dari hasil penelitian mahasiswi farmasi Stikes HI penyakit DM dan Hipertiroid diketahui tidak berhubungan dengan demensia dikarenakan dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti pasien teratur memeriksa kadar gula darah dan kadar hormon tiroid.

Pengobatannya terkontrol serta pasien memiliki tingkat kesadaran akan penyakit yang diderita dan diterapkannya pola hidup yang sehat, sementara pada penyakit hipertensi ada hubungan dengan demensia dikarenakan semakin tinggi tingkat hipertensi maka akan menyebabkan kematian sel saraf yang menjadi bagian dari sistem limbik yang mendukung proses mengingat.

Kematian sel-sel tersebut menyebabkan hilangnya memori sehingga dapat terjadi penurunan besar dari proses kognitif. Dan juga bisa terjadi karena pasien tidak mengkonsumsi obat secara teratur atau tidak sesuai pentunjuk dokter.

Adakah cara untuk mencegah demensia?
Cara untuk mencegah demensia adalah dengan rutin melakukan aktivitas fisik/pola hidup sehat, bermain musik (otak akan terbiasa merespon suara dan bahasa), menjaga tekanan darah (penderita hipertensi), menjaga kadar gula darah(penderita diabtes mellitus) seta menjaga hormon T3 T4 TSH (penderita hipertiroid). (*)

*) Penulis adalah Mahasiswi Farmasi STIKES Harapan Ibu Jambi yang melakukan penelitian dengan judul Deteksi Dini Demensia

Exit mobile version