PADANG, METRO–Loka Kawasan Konservasi Perairan Nasional (LKKPN) Pekanbaru mengunjungi Kota Padang dalam upaya mengembangkan wisata pulau-pulau kecil yang ada di bagian barat Kota Padang. Wako Hendri Septa menyebut baik keikutsertaan LKKPN Pekanbaru itu.
“Atas nama Pemerintah Kota Padang kami mengucapkan terima kasih dan apresiasi kepada LKKPN Pekanbaru telah membantu Pemerintah Kota Padang dalam mengembangkan pulau – pulau kecil di Kota Padang. Salah satunya Pulau Pandan yang telah dijadikan tempat konservasi penyu,” ucap Wako Hendri Septa, Sabtu (11/11), saat mengunjungi Pulau Pandan.
Wako Hendri Septa menambahkan, pengembangan pulau-pulau kecil merupakan bagian dari program unggulan Pemerintah Kota Padang yaitu, melanjutkan pengembangan Kawasan Wisata Terpadu (KWT) Gunung Padang, pulau-pulau kecil, wilayah timur Kota Padang.
“Sesuai visinya Kota Padang di bidang pariwisata, Pemerintah Kota Padang telah melakukan beberapa upaya. Pertama terkait dengan wisata terpadu gunung Padang, kita sudah bekerjasama dengan Pemerintah Provinsi Sumatera Barat dalam pengembangan kawasan Kota Tua,” kata wako.
Kemudian, pengembangan wisata Bagian Timur, dia menyebut sudah bekerjasama sama dengan PT. Semen Padang dalam pengembangan Goa Kelelawar Padayo. Dan, pengembangan pulau kecil-kecil bekerjasama dengan LKKPN.
Wako Hendri Septa berharap, Pulau Pandan ini dapat dikembangkan menjadi salah satu objek wisata berbasis konservasi alam di Kota Padang. Pulau Pandan memiliki banyak potensi diantaranya, vegetasi hutannya masih alami, memiliki bangunan peninggalan zaman Belanda, dikelilingi oleh batu karang, dan memiliki sumber mata air.
Pulau Pandan, salah satu pulau eksotis di sisi barat Kota Padang yang terletak sekitar 22,5 kilometer dari Muaro Padang. Pulau yang berada dalam Taman Wisata Perairan (TWP) Pieh dan pulau sekitarnya itu, menjadi rumah bagi ratusan ribu penyu yang dilindungi terutama penyu hijau.
Pulau Pandan menjadi salah satu penangkaran penyu semi alami yang dikelola Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Pulau dengan luas sekitar 16 hektar itu, masih tampak asri dengan pasir putih yang sangat halus.
Berkunjung ke Pulau Pandan, akan menjadi wisata bahari yang paling berkesan. Selain disapa oleh keeksotisan pasir dan pohon kelapanya, pengunjung akan diperkenalkan dengan penangkaran penyu semi alami dibawah naungan LKKPN Pekanbaru.
Saat menjalankan ekspedisi ke Pulau Pandan, akhir pekan lalu, wako mengapresiasi LKKPN Pekanbaru yang telah mengelola taman konservasi penyu di Pulau Pandan itu. “Terima kasih LKKPN Pekanbaru yang telah bersama mengawasi serta melestarikan penyu di Pulau Pandan. Tidak lupa kita imbau masyarakat agar mengunjungi pulau yang masih asri ini, ini taman konservasi serta wisata yang merupakan aset kita bersama,” katanya.
Sementara itu, Kepala LKKPN Pekanbaru Rahmat Irfansyah mengatakan, Pulau Pandan masuk dalam kawasan konservasi nasional Pulau Pie yang dikelola oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. Terdapat 3 pulau di Kota Padang yang dikelola, yakni Pulau Pandan, Pulau Air dan Pulau Toran.
“Pulau Pandan ini memiliki luas lebih kurang 16,4 hektar. Dulunya pulau ini bekas penjajahan Belanda. Hari ini kita dari LKKPN mengadakan bersih – bersih Pantai, melihat penangkaran penyu, dan mengunjungi bangunan bersejarah peninggalan Belanda,” sebutnya.
Sejak tahun 2018, total telur penyu yang berhasil diselamatkan oleh LKKPN Pekanbaru sebanyak 122 ribu. Dari jumlah itu, sekitar 90 persen berhasil jadi penyu yaitu penyu lokal dan didominasi penyu hijau. Sekitar bulan Mei, Juni, Juli akan menjadi pendaratan penyu terbanyak dan rilis terbanyak.
“Biasanya akhir tahun akan mengalami penurunan,” kata Ilham.
Terlihat dalam penangkaran itu, dituliskan berbagai informasi. Diantaranya, nomor sarang, jenis penyu, jumlah telur yang ditemukan di pesisir, tanggal ditemukan, dan prediksi atau waktu perkiraan menetas.
“Biasanya dalam 60 hari bakal menetas. Tapi ini tergantung kondisi panasnya pasir, adanya yang perkiraan kita bakal menetas dalam dua hari ke depan, namun sudah menetas satu atau dua hari yang lalu,” katanya.
Kondisi penetasan telur penyu juga tergantung cuaca. Jika curah hujan tinggi, maka penetasan juga akan semakin lambat. “Penyu melakukan pendaratan dominannya saat malam hari, sekitar pukul 02.00 atau 03.00 pagi. Nanti sekitar pukul 04.00 hingga 08.00 akan kita cek dan pindahkan ke penangkaran, lalu diberi tanda,” tutur Ilham lagi.
Dalam pengumpulan telur penyu, tim penangkaran penyu LKKPN yang merupakan warga lokal Kota Padang akan menyisi pantai dari utara ke selatan. Namun, saat berkunjung ke Pulau Pandan tim Pemko Padang tidak sempat melihat perilisan penyu. Sebab, waktu rilisnya hanya saat matahari akan terbenam.
“Konservasi penyu merupakan program nasional. Seluruh penyu yang kita temukan disini dilindungi tidak bisa dimanfaatkan,” tutupnya. (brm)
Komentar