SEJARAH kita sebagai sebuah bangsa mewariskan kekayaan tradisi yang melimpah. Salah satunya adalah pesantren yang berusia lebih sepuh dari Indonesia.Memang, sebagai lembaga pendidikan, pesantren tidak memiliki formulasi paten, baik secara institusional, kurikuler ataupun intruksional. Setiap pesantren memiliki kekhasannya masing-masing. Dalam pesantren tidak ada standar umum yang berlaku bagi semua pesantren.Inilah kelebihan pesantren.
Pola pendidikan di pondok pesantren memang berbeda dengan pola pengajaran di pendidikan formal (sekolah umum-red).Pendidikan di pondok pesantren tidak hanya mengajarkan keilmuan yang sifatnya ilmiah, akan tetapi lebih dari pada itu, seorang santri (siswa di pondokpesantren) juga dibekali keilmuan yang sifatnya amaliah, terlebih juga ketika dia mengabdi kepada sang Kyai/Buya (guru di pondokpesantren-red) maka seorang santri juga akan mendapatkan ilmu berupa pengalaman hidup dengan melihat dan mengikuti pola kehidupan sang Kyia, yang hal ini dapat menjadikan seorang santri siap menghadapi kehidupan dengan segala rintangannya.
Dari polapen didikan ala pondok pesantren ini, masyarakat menyebut anak yang selesainya ntri di pondok pesantren (Santri) sebagai sosok manusia serba bisa, terutama dalam masalah keagamaan, misalnya, ceramah, mimpintahlil, imam sholat, harus bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan seputar keagamaan, dan banyak lagi yang harus bisa dilakukan oleh seorang santri terkait dengan sosial keagamaan.
Dan anehnya terkadang seorang santri itu disuruh untuk mengobati orang sakit, padahal di pondok pesantren tidak ada pelajaran ilmu kedokteran dan anehnya lagi terkadang hanya dikasih air putih segelas saja dengan izin Allah bisa sembuh. Mungkin itu barokah dari pengabdian dan ilmunya wallahua’lam. Itulah uniknya seorang santri. Maka jangan sia-siakan waktu ketika ada di pondok pesantren, kalau perlu dibarengi dengan puasa dawud, Senin-Kamis (tirakat) Dengan pola pembelajaran seperti di atas seorang santri akan memiliki beberapa karakter yang ada pada diri mereka. Berikut beberapa karakter santri :
Pertama Santriitu Cerdas
Tentu saja seorang santri cerdas. Bagaimana tidak. Sehari-hari yang mereka baca Al-Qur’an dan kitab kuning (buku tentang agama islam berbahasa arab), selain itu mereka harus menghafal pelajaran yang diberikan olehKyai, biasanya pelajaran kitab nadhoman (berupa bait lirik atau syair) mulai dari pelajaran, tajwid, nahwu, shraf, tafsir, fiqih, ushulfiqih, tauhid, tasyawwuf, ilmumantiq, akhlak dan lain-lain. Hal ini yang membentuk karakter seorang santri itu menjadi cerdas.
Kedua Berakhlakul Karimah
Dengan pola pembelajaranAla-pesantren yang kental dengan prinsip “sam’anwatha’atan, ta’dhimanwaikramanlilmasyayikh” artinya mendengar, menta’ati, mengagungkan serta menghormati kepadaKyai, mereka terdidik untuk selalu menghormati orang lain yang lebih tua terlebih kepada orang tua dan guru dan menghargai kepada yang muda. Hal ini yang memunculkan sikap serta budi pekerti yang luhur.Termasuk pelajaran-pelajaran akhlak yang langsung dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari juga menunjang seorang santri memiliki karakter ini.
Ketiga Disiplin
Kehidupan di pesantren yang penuh denganaturan yang berupa kewajiban dan larangan serta hukuman bagi yang melanggar, menjadikan seorang santri memiliki karakter ini. Tentu saja, mulai dari jam 03:00 pagi mereka harus bangun untuk Qiyamullail (shalatmalam), lanjut mudarotsah (belajar), dan juga mereka wajib ikut shalat berjamaah 5 waktu. Kegiatan mereka sangat padat, bahkan kadang sampai jam 11 malam baru bisa tidur.yang membuat santri berkarakter disiplin.
Keempat Qonaah dan Sederhana
Seorang santri sudah terbiasa hidup seadanya terkadang sampai kekurangan-pun itu sudah lumrah. Mulai dari makanan, paling juga tahu tempe setiap harinya. Kadang malah ada yang sengaja tirakat puasa mutih (hanya makan nasi putih). Kalaupun makan enak itu karena ada kiriman dari orang tua. Begitu juga dalam hal pakaian, mereka membawa pakaian secukupnya dan itu pun pakaian yang sederhana, hanya untuk ngaji.
Kelima Mandiri
Hidup di pesantren memang dilatih untuk mandiri. Bagaimana tidak? Mereka jauh dari orang tua.Semua santri harus pandai-pandai mengatur waktu, mengatur keuangan dan lain sebagainya mulai dari nyuci baju, melipatnya serta menyetrika kadang kalau sempat. Mereka juga harus pintar-pintar memanage keuangan mereka agar tidak kehabisan sampai kiriman berikutnya. Begitulah hidup di pesantren, yang pernah nyantri tentunya sudah paham akan halini. Santri pesantren itu ulet, tangguh, istiqamah dan berifat terbuka. Maka jangan ragu lagi bagi orang tua untuk memondokkan anak-anaknya di pesantren. (**)