“Raungan mesin kendaraan pengangkut hasil bumi dan kebutuhan warga yang melintasi jalan rusak berlumpur, ketika menuju maupun keluar dari perkampungan Rurapatontang terasa sangat mengganggu pendengaran. Terutama di tanjakan. Perasaan wawas ketika dibonceng, memaksa kita harus berpegangan kuat. Kalau tidak, bisa saja lepas dan terlempar. Bebatuan besar dan jurang dalam yang ada di pinggir jalan, siap menanti kapan saja.”
ERVIN HASIBUAN—RURAPATONTANG
Rurapatontang merupakan sebuah perkampungan terpencil di Kenagarian Pamatangpanjang, Kecamatan Parit, Kabupaten Pasaman Barat. Akses jalan utama menuju perkampungan tersebut saat ini kondisinya rusakan parah dan butuh perbaikan yang serius dari pemerintah. Sore itu, Rabu (1/11), hujan mengguyur jalanan menuju Rurapatontang. Jalan tanah liat yang berwarna merah dan licin, terlihat jelas jejak garukan putaran roda sepeda motor acak acakan berbekas membelah badan jalan seolah membentuk saluran air. Jalan yang basah, membuat setiap pengendara roda dua yang melintas mesti berhati-hati. Harus bersusah payah melewati jalanan rusak dan licin, kaki kanan kiri siap menopang jika kendaraan tak seimbang, apalagi dalam kondisi beban berat. Terkadang kabel gas terpaksa dikejut untuk bisa lolos dari lubang jalan.
Tak jarang dijumpai sepeda motor yang terpaksa didorong karena mesin yang terlalu dipaksa tak mampu lagi menanjaki pendakian jalan-jalan licin dan berliku. Sulitnya akses jalan ini sudah dirasakan warga selama bertahun tahun. Kampung Rurapatontang, merupakan kampung paling sudut di Kenagarian Pamatangpanjang. Dikelilingi hutan belantara dan ladang warga. Kampung ini cukup unik, udaranya sejuk karena belum tercemari volusi. Warganya sangat ramah-ramah dengan jiwa sosial yang tinggi. Menuju kampung Rurapatontang, hanya satu akses jalan yang dilalui. Tidak ada akses alternatif yang menghubungkan kampung-kampung lain di Kenagarian Pamatangpanjang. Tapi sayang, kondisinya sudah rusak parah. Kalau musim penghujan, bagi warga yang takut naik roda dua, terpaksa jalan kaki hingga ketujuan.
Kampung Rurapatontang memiliki jumlah penduduk sekitar 105 KK. Rumah warga yang berada di kemiringan lereng perbukitan, meski sudah ratusan tahun lamanya, baru beberapa tahun belakangan ini bisa menikmati penerangan listrik. Selama ini warga hanya mengandalkan penerangan dari mesin genset. Untuk sampai ke perkampungan Rurapatontang dari kampung sebelumnya (Pegambiran), panjang jalan yang harus dilalui sekitar 4 Km. Sebenarnya jaraknya tidak terlalu jauh, namun karena akses jalan cukup parah, butuh waktu yang cukup lama untuk sampai ke tujuan.
Sebenarnya, sekitar 3 Km jalan tersebut sudah pernah diperbaiki, namun karena tidak ada pemeliharaan dari pemerintah, jalan tersebut kembali rusak. Apalagi banyak saluran air di pinggir jalan tak berfungsi. Kalau hujan deras datang, air akan berkumpul ke badan jalan dan menggerusnya. Karena tak ada perbaikan, seiring waktu kerusakan jalan semakin parah.
Imbas dari kerusakan jalan tersebut, warga pun kesulitan keluar masuk kampungan. Yang paling parahnya, warga sulit mengangkut hasil bumi mereka atau kebutuhan masyarakat.