JAKARTA, METRO–Presiden RI, Joko Widodo (Jokowi), mengungkapkan bahwa tambahan kuota haji yang diberikan oleh Pemerintah Arab Saudi untuk tahun 2024 akan mengurangi waktu menunggu jamaah sebanyak dua tahun lebih cepat.
Pada saat berpidato dalam acara Apel peringatan Hari Santri 2023 di Surabaya, Jawa Timur, pada hari Minggu (22/22), Presiden Jokowi menceritakan hasil pertemuan bilateralnya dengan Perdana Menteri (PM) Arab Saudi, Mohammed bin Salman al-Saud, yang berlangsung di sela-sela KTT ASEAN-GCC di Riyadh.
“Beliau saat itu menyampaikan banyak hal yang berhubungan dengan Indonesia dan Arab Saudi. Saya lihat kok kelihatannya senang banget ini pangeran MBS. Kemudian saya sampaikan Paduka Yang Mulia, Indonesia sekarang ini kalau mau haji harus nunggu 47 tahun,” kata Presiden Jokowi dalam sambutannya yang disaksikan melalui tayangan video akun YouTube Sekretariat Presiden.
Presiden Jokowi juga mengungkapkan bahwa Pangeran Mohammed bin Salman al-Saud, yang akrab disebut Pangeran MBS, terkejut ketika mengetahui bahwa jamaah haji di Indonesia harus menunggu hingga 47 tahun sebelum bisa berangkat.
Jokowi juga menyampaikan bahwa selama pertemuan bilateral tersebut, suasana hati Pangeran MBS terlihat sangat bahagia. Jokowi memanfaatkan momen tersebut untuk meminta Pangeran MBS mempertimbangkan penambahan kuota haji, mengingat jumlah penduduk Indonesia saat ini telah mencapai 278 juta orang.
Pangeran MBS dengan baik hati menyetujui permohonan Presiden Jokowi dengan menambahkan kuota keberangkatan haji untuk tahun 2024 sebanyak 20 ribu jamaah.
Dengan tambahan kuota tersebut, waktu tunggu untuk keberangkatan haji bisa dipersingkat dua tahun dari waktu maksimal 47 tahun menjadi 45 tahun.
“Ini jumlah yang sangat besar sehingga yang nunggu 47 tahun, bisa maju menjadi 45 tahun, ya masih lama tapi paling tidak maju,” kata Jokowi.
Sementara, Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas bergerak cepat untuk membahas tambahan kuota haji sebanyak 20 ribu orang. Tambahan itu datang lebih cepat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya yang biasanya disampaikan seusai penetapan biaya haji.
Yaqut bersyukur atas oleh-oleh dari kunjungan Presiden Joko Widodo ke Arab Saudi baru-baru ini.
Tambahan itu diberikan sebagai salah satu hasil pertemuan antara Presiden Joko Widodo dan Pangeran Muhammad bin Salman. “Ini kebahagiaan sekaligus tantangan,” ujarnya.
Menurut dia, tambahan kuota itu akan berdampak pada menurunnya antrean berangkat haji. Seperti diketahui, berdasar data Kementerian Agama (Kemenag), saat ini estimasi masa tunggu haji paling lama di Indonesia mencapai 47 tahun. Iya, nyaris setengah abad. Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan, menjadi daerah dengan masa tunggu paling lama tersebut.
Tetapi, lanjut dia, tambahan kuota juga menjadi tantangan tersendiri. “Ini harus disiapkan lebih baik. Tidak mudah menyiapkan keberangkatan 241 ribu jemaah kalau ada tambahan 20 ribu,” tuturnya.
Terlebih, Saudi juga mengubah beberapa regulasi. Salah satunya soal penetapan lokasi khusus bagi jemaah haji asal negara tertentu di Arafah dan Mina.
Gus Men, sapaan akrab Menag, menyatakan telah menggelar rapat virtual dengan jajaran Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kemenag. Dalam rapat itu, dia meminta seluruh jajaran Kemenag menyiapkan langkah seiring penambahan kuota haji. Dengan begitu, kuota bisa didistribusikan secara berkeadilan. Dia meminta pembagiannya tetap memprioritaskan lansia. Saat ini calon jemaah haji Indonesia (CJHI) lansia berjumlah sekitar 600 ribu. “Saya ingin supaya mereka juga bisa menjadi prioritas,” ungkapnya.
Pada bagian lain, Kementerian Agama akan membuat skema baru terkait syarat istitha’ah kesehatan CJHI. Yaqut mengatakan, dirinya sudah berkoordinasi dengan Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin guna merumuskan langkah terbaik untuk menjaga kesehatan jemaah haji. “Kita sepakat istitha’ah akan menjadi syarat jemaah melakukan pelunasan,” tegasnya. (jpg)