Pada kegiatan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5), penulis melihat masih ada perbedaan pemahaman guru tentang esensial yang ingin dituju dalam kegiatan tersebut. Misalnya, dalam kegiatan tema kearifan lokal, seperti pelaksanaan adat bertunangan di masyarakat Pariaman. Kegiatan ini memakai banyak biaya dalam memasak makanan hantaran, namun sebenarnya yang ingin dicapai adalah nilai-nilai yang ditanamkan, diantaranya adat sopan santun, etika berbicara, sakralnya sebuah pertunangan dan perÂnikahan, sehingga diharapkan anak didik dapat mewarisi nilai tersebut.
Implementasi Kurikulum Merdeka diharapkan mampu mengantarkan peserta didik kepada kebahagian dalam belajar atau pendidikannya, memberikan pelayanan yang sesuai dengan zamannya, namun ada sejumlah hambatan. Diantaranya, guru masih kurang terlatih dalam merencanakan pembelajaran diferensiasi, kurang tercovernya kegiatan pembelajaran dalam satu tatap muka dengan tiga model pelayanan pembelajaran.
Agar tujuan Implementasi Kurikulum Merdeka sesuai dengan yang dicanangkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Riset dan Teknologi tercapai, setiap guru harus terus belajar dan belajar. Berpegang kepada filsafat belajar sepanjang hayat. Memberdayakan berbagai pihak yang terkait dengan pendidikan.
Alam Takambang jadi Guru merupakan falsafah pendidikan di Minangkabau, sekaligus bekal bagi guru dalam mengemban tugasnya. Berusahalah kaÂrena produk dari pendidikan tidak bisa langsung dilihat hari ini, tetapi beberapa waktu kemudian. Seorang guru tak boleh berputus asa dalam mendidik generasi penerus.
Memakai istilah rang Minang, mamancuang indak sakali putuih, yang menggambarkan bahwa sebuah usaha tidak akan langsung terlihat hasilnya. Hal ini sejalan pula dengan Implementasi Kurikulum Merdeka; lakukan terus, lakukan perubahan, tingÂkatkan terus, terima kritik dan saran yang membaÂngun dari siapa saja. (***)
*Penulis adalah Guru SMAN 6 Pariaman




















