MENTAWAI, METRO–Himpunan Mahasiswa Islam Mentawai Sumatra Barat (HIM-SUMBAR) baru saja mengadakan pelantikan dan pengambilan sumpah jabatan ketua umum dan pengurus yang terpilih pada Rabu,(19/10) di aula Panti Asuhan khusus anak Mentawai Gurun Lawas yang dihadiri oleh dewan pendiri,dewan penasehat dan alumni dan senior himpunan Islam Mentawai. Sementara itu Jhoni Kusma S.Sos.i dan Cornelius Sabailatti S.H sebagai perwakilan dewan pendiri dan penasehat yang menjadi pelantik pengurus yang terpilih melantik sebanyak 40 orang pengurus yang terdiri dari ketua umum, sekretaris jendral, bendahara umum, dan anggotanya
Ketua umum yang terpilih Sabri Siritoitet berharap, dengan disahkannya kepengurusan yang baru kita berharap himpunan Islam Mentawai kedepan nya lebih baik dari yang sebelumnya. Dipengurusan saat ini harus mampu menjadi organisasi yang kuat, organisasi yang solid untuk menjawab tantangan kedepannya.
“Para kader himpunan Islam Mentawai harus memiliki mampuan untuk memetakan peradaban, setiap kader memiliki tanggung jawab atas terwujudnya masyarakat Mentawai adil makmur dan kita siap berkolaborasi ntuk kemajuan Mentawa,” ucap Sabri.
Di samping itu Cornelius Sabailatti S.H sebagai perwakilan dewan pendiri sekaligus pencetus mengingatkan kembali tentang sejarah lahirnya HIM-SUMBAR. Menurutnya generasi muda Islam Mentawai perlu mengetahui bagaimana cikal bakal HIM-SUMBAR. Himpunan Mahasiswa Islam Mentawai (HIM-SUMBAR) berdiri sejak tahun 1992 tepatnya Di Jakarta. Tahun 1992 Cornelius bersama rekannya Lahmuddin (Ujang) orang Siberut, berangkat dari Padang ke Jakarta dalam rangka rencana menghadap bapak presiden Suharto supaya diberi rekomendasi untuk kuliah SPDN waktu itu, test STPDN lolos lalu tingggal disana,
Pada bulan Mei tahun 1993 kembali ke Padang dan menyampaikan ide tentang HIM-SUMBAR kepada rekan-rekannya yang lain, Jhoni Kusma S.SOS.I, Amiruddin, Muslim, Basir , dan lainnya. Kemudian ide itu diterima dan diberi nama Himpunan Mahasiswa Islam Mentawai (HIPMIM). “Karena pada saat itu umat Islam Mentawai belum terlalu banyak maka HIPMIM berganti nama menjadi Himpunan Islam Mentawai (HIM-SUMBAR) yang komandonya tetap mahasiswa Islam Mentawai. Pada awal terbentuknya HIPMIM sudah melakukan da’wah di Mentawai, salah satunya di Desa Matotonan, Siberut selatan. Kemudian dilanjutkan generasi selanjutnya safari da’wah di Sipora, Sigitci, Marah, seterusnya sampai saat ini,” tuturnya.
Sedangkan lanjutnya, latar belakang pemikiran HIPMIM (HIM- saat ini) disadari bahwa bagaimana orang Mentawai, khususnya Islam mempunyai peran, bukan saja dalam rangka da’wah lailahaillah…tapi juga bagaimana Islam Mentawai terkhusus mahasiswa berperan aktif dalam pembangunan Mentawai. Maka melalui wadah HIM-SUMBAR, kita (Islam Mentawai) berharap peran kita semakin nampak, semakin luas, besar dan berkembang.
Cornelius mengatakan bahwa, dikemudian hari Mentawai mungkin saja akan terpecah menjadi provinsi sendiri, maka seiring dengan itu HIM-SUMBAR juga akan ikut berkembang. Dengan demikian kita berharap kedepannya bagaimana HIM-SUMBAR dari segi kuantitasnya masyarakat muslim di Mentawai semakin bertambah dengan demikian mahasiswa-mahasiswa Islam Mentawai ikut bertambah. Kita juga berharap peran HIM-SUMBAR ikut meningkat yang dahulunya mungkin saja hanya tingkat kabupaten/kota bisa sampai ke tigkat Nasional, apakah itu dari segi eksis keberadaannya dan eksis actionnya (gerakannya) dalam segala hal, apakah itu dari segi da’wah, pendidikan dan lain sebagainya. (rul)