Oleh: Reviandi
Nama Wali Kota Bukittinggi Erman Safar mencuat dalam dua hari terakhir. Tapi bukan sebagai Wali Kota, tapi Ketua DPC Partai Gerindra Bukittinggi. Selasa (10/10/2023), Erman bersama pengurus Gerindra menggelar jumpa pers pernyataan dukungan Gerindra Bukittinggi kepada Gibran Rakabuming Raka sebagai bakal calon wakil Presiden (Bacawapres) Prabowo Subianto.
Langkah Erman itu sebenarnya bukanlah mendadak dan tidak terprediksi. Karena sejak awal, Erman memang terindikasi sudah ingin putra sulung Presiden Joko Widodo (Jokowi) itu menjadi Bacawapres. Erman malah turut serta dalam melakukan gugatan ke Mahkamah Konstitusi (MK) terkait umur Capres-Cawapres minimal 40 tahun.
Erman maju ke MK melalui perkara nomor 55/PUU-XXI/2023 bersama Wakil Bupati Lampung Selatan, Provinsi Lampung Pandu Kesuma Dewangsa. Erman dan Pandu sama-sama politikus Partai Gerindra. Petitum mereka sama dengan petitum penggugat lainnya.
Diketahui, sidang pembacaan putusan dijadwalkan dilaksanakan tepat tiga hari sebelum KPU membuka pendaftaran capres-cawapres Pilpres 2024, 16 Oktober 2023. Jadwal pendaftaran Capres-Cawapres adalah 19 Oktober hingga 25 Oktober 2024.
Menarik kalau kita analisis, kenapa Erman sepertinya begitu ‘ngotot’ menjodohkan Wali Kota Solo Gibran dengan Ketua Umum Partai Gerindra yang sedang menjabat Menteri Pertahanan itu. Dari segi usia, Erman dan Gibran hampir sama. Gibran lahir di Solo 1 Oktober 1987 atau berusia 36 tahun. Sementara Erman lahir di Bukittinggi 13 Mei 1986 dan saat ini berusia 37 tahun.
Sebagai sesama Wali Kota muda, Erman tentu paham dengan kapasitas Gibran yang cukup apik memimpin Solo. Keduanya juga punya kemiripan dalam mengelola daerah mereka. Sama-sama suka dengan media sosial (medsos) dalam menyampaikan program-program daerah mereka masing-masing. Meski Gibran saat ini dapat dikatakan kalah dari adik kandungnya Kaesang Pangarep dalam bersedia sosial. Kaesang juga baru saja menjadi Ketua Umum PSI.
Kesamaan lainnya, sebelum menjadi Wali Kota, Gibran merintis bisnisnya dengan membuka usaha katering yang diberi nama Chilli Pari. Selanjutnya ada usaha-usaha lain yang berkembang, meski harus ditinggalkannya pascadilantik jadi Wali Kota Solo tahun 2021. Begitu juga dengan Erman Safar yang juga seorang pengusaha di Bandung, Jawa Barat, sebelum dilantik menjadi Wali Kota Bukittinggi 2021 juga.
Dari pengakuan Erman, dia mengusulkan nama Gibran setelah melakukan rapat dan mendapatkan kesepakatan dari kader, simpatisan dan sayap Partai Gerindra Bukittinggi. Jumlahnya mencapai 1.000 orang dan semua sepakat dengan nama Gibran Rakabuming Raka.
Erman berpendapat pengusulan Gibran ini dapat memenangkan Prabowo Subianto sebagai Presiden. Karena Gibran punya basis yang kuat di Pulau Jawa, utamanya Jawa tengah. Meski tak menjelaskan hal itu secara rinci, pastinya harapan Gibran membantu kemenangan Prabowo itu sangat besar. Apalagi Gibran juga putra dari Presiden saat ini.
Satu hal lagi, Erman menyebut, pasangan Prabowo-Gibran bisa menjaga situasi damai serta Pemilu yang kondusif di 2024, baik Pilpres atau Pemilihan Legislatif (Pileg). Apakah ini karena peluang yang besar dan memungkinkan menang satu putaran atau tidak, Erman tak menyebut dengan terang dalam video beberapa menit yang banyak tersebar sejak kemarin.
Langkah Erman mendukung Gibran ini sebenarnya cukup berani. Karena semua tahu, Gibran yang merupakan anak Presiden Jokowi belum mendapatkan tempat di hati masyarakat Sumbar. Apalagi sama-sama diketahui, Jokowi dalam dua kali Pilpres, 2014 dan 2019 tidak mendapatkan suara signifikan. Bahkan jauh menurun sampai hanya 20 persen pada Pilpres 2024.
Erman yang juga Ketua Gerindra Bukittinggi juga harus hati-hati dengan langkahnya itu. Apalagi dia akan memimpin Gerindra kembali memenangkan Pemilu 2024 seperti periode sebelumnya. Dan, di Bukittinggi suara dan partai pengusung Jokowi 2019 juga hancur lebur.
Meski muda, Erman sejatinya punya kalkulasi yang baik dalam politik. Karena itulah dia bisa mengalahkan incumbent Ramlan Nurmatias pada Pilkada Bukittinggi 2020 lalu. Meski akan kembali bertarung dalam Pilkada 2024, Erman pasti sudah menghitung untung dan ruginya mendeklarasikan diri mendukung Gibran mendampingi Prabowo Subianto.
Mungkin saja, apa yang dilakukan Erman adalah skenario besar, yang akan membuat namanya tetap eksis di perpolitikan Sumbar, utamanya Kota Bukittinggi. Apalagi jika pasangan ini terwujud dan menang dalam Pilpres. Erman juga akan terus mendapatkan dukungan penuh dari pemerintah pusat dan juga masyarakat pada Pilwako Bukittinggi 2024.
Tapi langkah Erman itu tetap harus menunggu keputusan MK yang telah menjadwalkan sidang pembacaan putusan atas permohonan uji materi pasal syarat usia minimum Capres-Cawapres, Senin (16/10/2023) pukul 10.00 WIB. Ketika ketok palu menyatakan bisa, banyak yang memperkirakan pasangan Prabowo-Gibran yang akan didaftarkan oleh Koalisi Indonesia Maju (KIM) ke KPU.
Meski KIM sendiri hanya beranggotakan Partai Gerindra, Partai Golkar, PAN dan Demokrat adi partai parlemen. Selain itu ada Partai Gelora dan Partai Garuda. PSI juga diberitakan akan segera menyusul mendeklarasikan dukungan kepada Prabowo. Namun tak ada nama PDIP dalam koalisi yang merupakan partai tempat bernaungnya Gibran dan juga Jokowi. Hal ini akan memicu perdebatan sengit di detik-detik pendaftaran Capres-Cawapres nanti.
Selain Erman, gugatan ini juga dilakukan oleh beberapa pihak. Seperti perkara bernomor 29/PUU-XXI/2023 yang diajukan oleh PSI dengan petitum meminta batas usia minimum capres-cawapres diturunkan dari 40 tahun menjadi 35 tahun. PSI merupakan partai yang mengaku tegak lurus kepada Jokowi. Jika Gibran ke Prabowo, pastinya PSI akan tegak lurus ke sana.
Kedua, perkara nomor 51/PUU-XXI/2023 diajukan oleh Sekretaris Jenderal dan Ketua Umum Partai Garuda, yakni Yohanna Murtika dan Ahmad Ridha Sabhana. Partai Garuda meminta MK menetapkan batas usia capres dan cawapres 40 tahun atau memiliki pengalaman sebagai penyelenggara negara. Ahmad Ridha Sabhana merupakan adik kandung Ketua DPD Partai Gerindra DKI Jakarta, Ahmad Riza Patria. Apalagi Garuda juga sudah menyatakan mendukung Prabowo.
Erman dan Gibran adalah dua pemuda yang tengah mengisi perpolitikan Indonesia hari ini. Seperti kata pahlawan nasional Tan Malaka, “Idealisme adalah kemewahan terakhir yang hanya dimiliki oleh pemuda.” Mungkin benar, Pilpres 2024 mendatang harus juga diikuti atau diberikan kesempatan kepada pemuda. Kalaupun tak Capres, Cawapres boleh juga. (Wartawan Utama)