PADANG, METRO–Era milenial saat ini ditandai dengan kemajuan teknologi digital. Kondisi ini berdampak pada perubahan tatanan kehidupan manusia. Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Provinsi Sumbar Jumaidi, mengatakan, perubahan itu tidak hanya berkontribuasi positif. Tetapi juga berdampak negative. Salah satu dampak negatifnya dapat menggerus sosok pahlawan dalam paradigma pemikiran masyarakat milenial.
Di mana sosok Superman, Batman, Iron Man, Satria Baja Hitam dan lainnya tampaknya lebih popular ketimbang Pahlawan Nasional. Padahal sumbangsih para pahlawan di dunia nyata lebih besar dibandingkan superhero yang hanya menjadi bahan tontonan belaka.
Berdasarkan fenomena di atas, maka sangatlah perlu dilakukan upaya merekonsiliasi segenap perbedaan pemahaman tentang pahlawan, menjadi suatu yang sangat urgen.
“Rekonsiliasi ini mencakup upaya pemulihan nilai-nilai kepahlawanan yang hakiki. Jika tidak dilakukannya maka akan bermunculan anggapan bahwa Pahlawan dan Superhero mengandung makna dan pengertian yang sama,” ujar Jumaidi saat pelatihan Penguatan Nilai Kepahlawanan dan Keperintisan Melalui Guru dan Tokoh Masyarakat, Senin (18/10) di Padang.
Dinas Sosial Provinsi Sumbar melaksanakan sosialisasi nilai-nilai kepahlawanan bagi guru dan tokoh masyarakat. Melalui sosialisasi nantinya sangat diharapkan sebagai perpanjangan tangan pemerintah dalam upaya menumbuhkan kembali semangat dan nilai-nilai kepahlawanan dan keperintisan.
Dalam pelaksanaan kegiatan penguatan nilai kepahlawanan, keperintisan, kesetiakawanan dan restorasi sosial dihadapkan beberapa kendala. Sehingga hasilnya belum mencapai secara optimal.
Kendala utamanya bagaimana mewujudkan sikap dan perilaku kehidupan sebagian generasi penerus bangsa di dalam pelestarian dan pendayagunaan nilai kepahlawanan, keperintisan dan kesetiakawanan sosial. Sehingga tidak mudah terpancing untuk melakukan berbagai tindak kekerasan yang cenderung mengarah pada terjadinya gejala disintegrasi.
Agar nilai kepahlawanan, keperintisan, kesetiakawanan dan restorasi sosial tersebut dapat dilestarikan dan didayagunakan, maka diperlukan suatu tahapan proses kegiatan penguatan nilai melalui guru dan tokoh masyarakat di Kota Padang.
Sebab mereka mempunyai posisi dan peran strategis sebagai mediator sekaligus katalisator kepada masyarakat melalui program yang berkesinambungan. Jumaidi menilai guru dan tokoh masyarakt mempunyai posisi dan peran strategis sebagai mediator sekaligus keteladanan antara penanggungjawab program dan masyarakat pada umumnya.
Hal demikian dimungkinkan mengingat guru dan tokoh masyarakat mempunyai banyak kesempatan untuk bertemu dan berkomunikasi dengan masyarakat yang berlangsung secara terus menerus dari waktu ke waktu dari generasi ke generasi. Sehingga dapat membantu pemerintah mensosialisasikan program kesejahteraan sosial langsung kepada masyarakat.
“Pembekalan pengetahuan tentang nilai kepahlawanan, keperintisan, kesetiakawanan dan restorasi sosial melalui PSKS dalam bentuk memperkuat restorasi sosial nilai tersebut sangat diperlukan,” jelasnya.
Dari penyelenggaraan kegiatan ini diharapkan tumbuh kembangnya para kader atau petugas pelestarian dan pendayagunaan nilai kepahlawanan, keperintisan, kesetiakawanan dan restorasi sosial di kalangan PSKS. Serta tertanamnya nilai-nilai tersebut di kalangan masyarakat pada umumnya. Narasumber dalam kegiatan tersebut Tokoh Masyarakat, Hasri Caniago, Kepala Dinas P2KB Edityawarman dan Kepala Dinsos Sumbar Jumaidi.(fan)