PADANG, METRO – Usai perayaan Imlek 2570, masyarakat Tionghoa Kota Padang akan melanjutkan tradisi Cap Go Meh yang jatuh pada 19 Februari 2019 ini. Berbeda dengan tahun lalu, pesta rakyat Cap Go Meh kali ini akan dibalut dengan sebuah konsep baru, yaitu Festival Multikultural.
Perayaan dengan agenda tahunan ini direncanakan akan dibuka oleh Menteri Pariwisata, Arief Yahya. Serangkaian kegiatan Cap Go Meh akan bermula dari Jalan Batang Arau, Padang lalu terus ke Jalan Nipah-Jalan Hos Cokroaminoto-Jalan Niaga dan berakhir di Jalan Kelenteng.
Anggota DPRD Sumbar, Albert Hendra Lukman mengatakan, inti acaranya memang pawai budaya, tetap sama setiap tahunnya. Namun, ada pembaharuan pada 16-18 Februari akan dihelat Festival Multikultural yang dilaksanakan di halaman klenteng lama.
“Nanti rencananya akan dibuka oleh Menteri Pariwisata. Puncaknya (Cap Go Meh) tanggal 19 Februari. Tapi sebelum itu digelar festival multikultural yang akan diikuti oleh etnis-etnis dan komunitas-komnunitas Tionghoa yang ada di Kota Padang ini,” kata Albert, Rabu (6/2) saat dihubungi.
Selain itu, kata Albert, masyarakat juga akan dimanjakan dengan hiburan rakyat berbasis komunitas Tionghoa, misalnya pawai sipasan, barongsai (Naga dan Kio), atraksi Wushu. Artinya di Cap Go Meh ini, kata Albert, Himpunan Tjinta Teman (HTT) dan Himpunan Bersatu Teguh (HBT) akan bersatu.
“Jadi seluruh komunitas HTT dan HBT akan ikut bersama-sama untuk memeriahkan acara Cap Go Meh ini,” kata Albert lagi.
Acara Cap Go Meh ini, sebut Albert, akan diadakan mulai pukul 14.00 WIB dan berakhir pada 21.00 WIB. Albert optimis acara kali ini akan dihadiri ribuan orang, pasalnya yang menyelenggarakan acara ini tidak hanya satu kelompok. Tetapi juga melibatkan etnis Tionghoa se-Indonesia.
“Nanti mengenai arak-arak diambil alih oleh HTT. Sedangkan, HBT khusus untuk kegiatan kio dan tandu raja. Sementara untuk peserta kio dan tandu raja diikuti dari luar Sumbar. Seperti, Bali, Surabaya, dan Jawa Tengah, Palembang, Jakarta, dan Banten,” jelas Albert.
Alasan Albert melibatkan etnis Tionghoa se-Indonesia, sebab pihaknya menginginkan Cap Go Meh di Padang bisa masuk dalam iven tahunan Dinas Pariwisata Sumbar dan mendapat dukungan dari segi anggaran di Pemprov Sumbar.
“Kalau ingin masuk kalender wisata tentu temanya harus bertaraf nasional. Seperti melibatkan etnis Tionghoa se-Indonesia,” ucap Albert.
Terpisah, Kepala Dinas Pariwisata Sumbar, Oni Yulfian menjelaskan, perayaan Cap Go Meh ini diusahakan meriah. Hal ini dikarenakan momen perayaan ini akan menjadi momen pariwisata yang potensial. Sumbar, kata Oni, sangat kaya akan ragam budaya yang bisa menjadi potensi pariwisata yang sangat besar.
“Di Sumbar ini ada banyak perbedaaan budaya. Perbedaan itu tak boleh menjadi sumber perpecahan. Sebaliknya, justru perbedaan kebudayaan itu bisa menjadi potensi yang berharga untuk Sumbar. Salah satunya sebagai aset pariwisata,” ujar Oni.
Oni mengatakan, Dinas Pariwisata memang harus mendukung acara kebudayaan yang digelar di Sumbar. Salah satunya kebudayaan Tionghoa yang berkembang di Kampung Pondok.
Hal ini dikarenakan acara-acara kebudayaan bisa menjadi momen-momen penarik wisatawan untuk datang.
“Kawasan Pondok-Batang Arau menjadi kawasan wisata kota tua (heritage). Komitmen ini salah satunya dilakukan dengan menjaga bentuk arsitektur dan peruntukannya,” pungkas Oni. (mil)













