Terpisah, Kepala Biro Administrasi Pimpinan (Karo Adpim) Sekretariat Daerah (Setda) Sumatra Barat (Sumbar), Mursalim mengatakan, pihaknya tidak terlibat dalam insiden yang dialami oleh Ahmad Zaki.
“Yang jelas kami tidak tahu soal (pengancaman) itu, karena setelah insiden itu, Gubernur Sumbar sudah memberi maaf dan tak memperpanjang lagi permasalahan beberapa waktu lalu itu, tak ada perintah dari Pemprov atau Tim Gubernur terkait pengancaman itu,” katanya.
Zaki dan kawan-kawan menilai Gubernur Mahyeldi tidak pantas datang ke UIN karena belum menyelesaikan persoalan sengketa tanah di Air Bangis, Kabupaten Pasaman Barat. Pada Selasa lalu beredar viral di sosial media Gubernur Sumatra Barat, Mahyeldi, diusir oleh mahasiswa saat menghadiri acara PBAK di Kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Sjech M Djamil Djambek, Bukittinggi.
Dalam video tersebut, terlihat Mahyeldi sudah duduk di atas panggung di Student Center UIN Bukittinggi. Di gedung tersebut memang sudah ada ratusan mahasiswa baru yang terlihat memakai pakaian putih hitam. Lalu ada satu orang mahasiswa berorasi dan menolak kedatangan Mahyeldi. Selama mahasiswa tersebut berorasi, seluruh mahasiswa yang ada bersorak dan memberi tepuk tangan.
Tidak terlalu jelas apa saja kalimat yang disampaikan orator di dalam video tersebut. Tapi di sisi lain, ada juga mahasiswa yang membentangkan spanduk bertuliskan ‘Tuntaskan Isu PSN Pak Gub’ dan tulisan ‘HAM dilangkahi’. Pada bagian akhir video, terlihat beberapa orang yang diduga panitia acara memaksa mahasiswa yang berorasi itu turun dari panggung.
Mahyeldi sendiri tidak mempersoalkan insiden aksi oknum mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Sjech M Djamil Djambek Bukittinggi, saat dirinya memenuhi undangan Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) di kampus tersebut pada Selasa (22/8) lalu. Mahyeldi menilai kritikan yang disampaikan mahasiswa merupakan hal biasa.
“Kritik secara langsung seperti itu hal biasa bagi kami sebagai penyelenggara pemerintahan. Saya melihat itu hanya wujud mahasiswa menegaskan eksistensi dan ekspresinya. Kami sudah terlebih dulu memaafkan” kata Mahyeldi. (cr2)
















