Hujan Es Guyur Sawahlunto

Sabtu (30/7) sore, warga di Kelurahan Tanjungsari, Kecamatan Lembah Segar, Kota Sawahlunto, sekitar pukul 17.05 WIB, dikejutkan dengan turunnya hujan es. Durasinya tidak lama, hanya sekitar satu menit.
SAWAHLUNTO, METRO–Wilayah Kota Sawahlunto dilanda hujan es, Sabtu (30/7) sore. Batuan es kecil dengan ukuran bervariasi, turun dan membuat sebagian warga terkejut. Karena fenomena ini sangat jarang terjadi.
Hujas es dirasakan oleh masyarakat Kelurahan Tanjungsari, Kecamatan Lembah Segar, Kota Sawahlunto, sekitar pukul 17.05 WIB. Durasinya tidak lama, hanya sekitar satu menit.
Berdasarkan pantauan POSMETRO di lapangan, curah hujan turun sekitar 17.05 WIB, diawali dengan hujan cukup deras. Tak berselang lama, batuan es mulai berjatuhan, suaranya terdengar, terutama saat jatuh di bagian atap rumah warga.
Salah seorang warga Tanjungsari, Kuga yang menyaksikan hal tersebut, mengatakan awalnya dia sedang di dalam rumah saat hujan lebat tersebut. Hempasan hujan yang jatuh di atap berbunyi lain dari sebelumnya hingga dia keluar dan ternyata diluar ada gumpalan-gumpalan es kecil.
”Saat saya pegang ternyata memang benar-benar es,” ujarnya.
Sementara itu, Kasi Observasi dan Informasi BMKG Sumbar Budi Imam saat dihubungi POSMETRO, kemarin mengatakan bahwa hujan es memang berpotensi terjadi untuk wilayah Sumbar. Dan, fenomena ini ada karena tingginya penguapan yang terjadi di awan, namun hal itu tidak akan berpengaruh apa-apa terhadap daerah yang mengalaminya.
“Biasanya hujan es terjadi karena teriknya panas dari pagi sampai siang hari kemudian pada sorenya hujan lebat dan terjadilah penguapan tinggi menghasilkan gumpalan es,” terang Budi.
Daerah yang mengalami hujan es ini, tambahnya, daerah yang mengalami hujan es ini biasanya adalah daerah yang berjarak dekat dengan dasar awan.
Turunnya buliran es yang menyerupai salju disebabkan gumpalan awan yang dekat dengan permukaan bumi. Bila gumpalan itu dekat permukaan bumi, akan menyebabkan gumpalan awan tersebut tidak lebur dengan baik sehingga turun ke bumi dalam keadaan masih berbentuk kondensasi (gumpalan).
Menurut Budi, hujan es mungkin merasa ganjil bagi masyarakat awam, namun bila dilihat dara kacamata Meteorologi ini merupakan fenomena biasa. Hujan es terjadi karena ada beberapa faktor penyebabnya yaitu karena adanya awan comulonimbus, dasar awan yg sangat rendah atau dekat dengan permukaan bumi dan adanya suhu udara yang dingin di bawah permukaan awan.
“Dengan adanya unsur tersebut diatas maka peluang kumungkinan terjadi hujan es lebih besar. Seperti disebut di atas dan bila dilihat dari stream line (garis angin) yang dikeluarkan Nassa, maka kelas tampak adanya konvergensi (penyempitan) masa udara,” jelasnya.
Dengan kondisi atmosfer yang demikian, maka bisa dipastikan diwilayah itu,  terjadi pertumbuhan awan comulonimbus. Karena, berdasarkan hasil konfirmasi dan data BMKG, ternyata hujan es terjadi, bersamaan munculnya awan yang membeku, terhempas angin kencang, sehingga pecah berbentuk butiran es.
“Dari fenomena itu, merupakan uap air (awan yang membeku) yg terdapat dalam awan cb ketika jatuh ke bumi tidak sempat mencair karena awannya rendah, yaitu di bawah permukaan awan dingin dan dihempas angin kencang,” jelasnya.
Kalaksa Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Sawahlunto Azwen saat dikonfirmasi, menyebutkan hal ini tidak akan berpengaruh apa-apa pada cuaca selanjutnya namun ini fenomena yang cukup langka terjadi di Sawahlunto.
“Karena hanya berdurasi sebentar, hal itu tidak akan membahayakan bagi masyarakat, ini juga hal biasa terjadi sebab suhu yang terlalu dingin di awan mengakibatkan hujan es sampai ke permukaan tanah,” tukasnya. (cr5)

Exit mobile version