Massa Marah Serang Mapolres Sijunjung

Ratusan orang dari Muaro Gambok, Pasar Jumat dan Jorong Pamatang Panjang, Kecamatan Sijunjung, Selasa (26/7) siang, mengepung Mapolres Sijunjung. Warga melempari Mapolres dengan batu.
SIJUNJUNG, METRO–Kantor Polres Sijunjung diserang ratusan orang dari Muaro Gambok, Pasar Jumat dan Jorong Pamatang Panjang, Kecamatan Sijunjung, Selasa (26/7) sekitar pukul 13.00 WIB. Warga yang datang dengan berjalan kaki serta mengendarai sekitar 50 motor terlibat aksi dorong dengan aparat yang berjaga di luar Mapolres. Massa yang sudah marah langsung melempari Mapolres dengan batu.
Kaca-kaca jendela ruangan, dan mobil yang ada di Mapolres itu pecah. Melihat aksi massa beringas, aparat Polres Sijunjung langsung mengeluarkan tembakan peringatan dan gas air mata. Mapolres Sijunjung sekitar pukul 13.25 WIB sudah betul-betul mencekam. Polisi sempat mengeluarkan tembakan peringatan dan menembakkan gas air mata ke arah kerumunan massa yang sudah mengepung Mapolres.
Mendengar ada tembakan, warga sempat mundur. Namun, massa kembali maju dan melempar batu. Puluhan tembakan peringatan dilepas serta tembakan gas air mata. Situasi makin menegangkan hampir selama dua jam.
Suasana yang makin mencekam dan massa sudah marah, akhirnya Polres Sijunjung berhasil meredam kemarahan warga. Perwakilan warga diajak berunding agar tak dilakukan penyerangan. Sekitar pukul 15.00 WIB, warga kembali berkumpul di simpang Logas, Nagari Muaro melakukan pembakaran ban dan merusak fasilitas umum milik pemerintah.
Dalmas dari Polres Sawahlunto dan juga satu kompi anggota Brimob dari Padangpanjang datang ke Mapolres Sijunjung untuk membantu pengamanan massa. “Massa sudah bisa ditenangkan. Rabu, sekitar pukul 09.00 WIB, kami akan mengajak berunding warga dan tokoh masyarakat terkait kejadian ini. Jika memang ada anggota polisi yang melakukan pelanggaran akan ditindak tegas. Terkait adanya pengrusakan fasilitas umum milik pemerintah seperti pos polisi dan lainnya, akan kita selidiki karena telah melakukan pengrusakan,” kata Kapolres Sijunjung AKBP Dody Pribadi, Selasa (26/7).
Diduga Oknum Polantas Tendang Remaja
Sementara informasi dihimpun POSMETRO, aksi serang warga disebabkan karena tak terima tewasnya anak mereka, Ahlan Wahyu (15), warga Jorong Muaro Gambok, Nagari Muaro, Kecamatan Sijunjung. Remaja ini meninggal dunia, Selasa (26/7) dinihari WIB.
Namun, warga tak terima, pasalnya informasi yang disebut sejumlah saksi, Ahlan Wahyu jatuh dan mengalami kecelakaan setelah ditendang seorang oknum Polantas Polres Sijunjung yang tengah melakukan razia, Senin malam, di depan rumah dinas Kapolres. Korban saat itu mengendarai sepeda motor tanpa menggunakan helm.
Ketika melewati depan rumah Kapolres ternyata anggota Satlantas menggelar razia. Saat diberhentikan Ahlan Wahyu mencoba kabur, namun dikejar anggota Polantas sehingga korban kaget dan terjatuh.
Melihat korban terjatuh, warga yang berada di sekitar TKP langsung membawanya ke Puskesmas terdekat, dan dirujuk ke RSUD Sijunjung. Akibat mengalami pendarahan pada bagian kepala akhirnya sekitar pukul 02.10 WIB dinihari korban meninggal dunia.
Keterangan lain dari warga di rumah duka, Selasa pagi, korban melaju dari arah simpang Pangeran menuju Muaro. Korban terjatuh setelah terkena hantaman, kemudian terjatuh ke trotoar dan terbentur ke beton yang ada di dekat trotoar. Kemudian warga bersama anggota Polantas berusaha menolong membawa korban ke RSUD Sijunjung, hingga akhirnya dirujuk ke RSUP M Djamil Padang. Namun, nyawa Ahlan tak bisa tertolong lagi.
Korban Jatuh karena Kaget
Kapolres Sijunjung AKBP Dody Pribadi melalui Wakapolres Kompol T Simanungkalit didampingi Kasat Lantas AKP Alkadri Trijaya mengatakan, telah melakukan pemeriksaan terhadap anggota polisi yang bertugas Senin malam.
”Dari keterangan anggota kami di lapangan, korban terjatuh karena terkejut melihat petugas yang sedang razia. Korban sempat menghindar dan menabrak trotoar kemudian jatuh. Motor korban masuk ke dalam selokan,” jelas Kompol T Simanungkalit.
Namun, jika memang ada saksi dari warga yang melihat secara langsung di TKP ada anggota Polres Sijungjung melakukan aksi tendang, Wakapolres berjanji akan mempertanggungjawabkan.
”Jika ada anggota kami yang salah di lapangan, kami siap bertanggung jawab. Razia Senin malam itu rutin dilakukan. Korban masih di bawah umur dan tidak pakai helm, dan hal tersebut jelas melanggar aturan,” tutur Wakapolres kepada wartawan di Mapolres.
Sementara itu, pantauan POSMETRO di rumah duka, warga silih berganti berdatangan melayat dan menyelenggarakan jenazah. Nampak hadir teman-teman sekolah dan guru Ahlan Wahyu. Tangis orang tua dan keluarga korban pecah. Terlihat ibu korban, Nuraini dan ayahnya, Jama’an, tak kuasa melihat jenazah putranya terbaring.
Usai disemayamkan di rumah duka, jenazah korban dimakamkan di TPU Muaro Gambok. Ahlan diketahui masih duduk di kelas IX SMP 7 Sijunjung.
“Ahlan anaknya selalu ceria, dan suka bergaul. Selama di sekolah di selalu baik, dia bukan anak nakal,” sebut Belia Aneri, Wali Kelas IX SMP 7, saat takziah di rumah duka.
Terpisah, Wakapolda Sumbar Kombes Pol Nur Afiah, mengatakan aksi dari warga di Mapolres dan berujung anarkis dipicu ketika salah seorang pengendara motor jatuh, dan tidak memakai helm. “Korban jatuh saat melihat ada polisi razia. Namun, pengendara itu meninggal dan menyebabkan warga marah. Namun, kita sudah bisa meredam kemarahan warga di sana,” sebut Wakapolda.
Hingga Selasa malam, anggota Polres Sijunjung masih berjaga-jaga untuk mencegah terjadi aksi demo warga. Personel Polres Sijunjung tetap bersiaga unuk mengantisipasi seandainya warga kembali melakukan penyerangan.
”Meski kondisi sudah kondusif, kita telah kirimkan personel Brimob 1 Satuan Setingkat Kompi (SSK) untuk membantu melakukan pengamanan di Sijunjung. Personel Brimob yang ditugaskan ke sana, tidak ada batas waktunya. Selain itu, 50 personel dari Polres Sawahlunto juga diperbantukan untuk mengantisipasi hal buruk yang bisa saja terjadi,” pungkas Nur Afiah. (cr1)

Exit mobile version