“Mesin Pembunuh” itu Bernama Sibinuang; Suami Tewas, Istri Kritis

Puluhan orang berkerumun di perlintasan rel kereta api Kayu Kalek, Jalan Adinegoro, Padang menyaksikan dua korban kecelakaan tragis tergeletak di aspal, Rabu (13/7).
PADANG, METRO–Braaakkk…. Suara dentuman hebat menggelegar, seiring suara rem kereta api yang mencicit. Orang-orang berlarian menuju rel. Semua terkesiap menyaksikan dua laki-bini tergeletak penuh darah di sisi rel. Jeritan pecah di Simpang Kayu Kalek, jalan lurus menuju Bypass Basarnas, Kecamatan Koto Tangah, Padang.
Sore Rabu (13/7) itu, Simpang Kayu Kalek Ramai. Macet tak terkira. Pengendara berhenti, menyaksikan kecelakaan maut tersebut. Darah muncrat dari luka kedua tubuh korban. Membentuk aliran-aliran kecil di aspal. Anyirnya menguar.
”Anak wak. Anak wak,” teriak Suli (65). Wanita parohbaya tersebut berteriak sejadinya ketika menyaksikan dua tubuh penuh darah tergolek. Tak jauh dari sepeda motor matic baru, yang ringsek. Wanita gemuk berdaster, dan penuh darah yang tergolek usai ditabrak kereta api jurusan Padang – Pariaman itu jalan anak baginya. Suli beradik kakak dengan orang Uslawati (37).
Teriakan pilu Suli diiringi isak tangis sebagian warga. Korban Uslawati dan suaminya Ben (35), rupanya warga sekitar lokasi. Mereka punya toko baju, yang jaraknya hanya seratusan meter dari rel. Dan, yang menyaksikan kejadian, adalah sanak-saudaranya. Itulah sebab, kenapa tangis pecah.
Suli sudah serupa orang hilang akal. Dia berputar-putar sambil menangis. Tidak tentu apa yang mau dikerjakannya. Sementara, warga lainnya, Syofyan sigap. Tubuh Suli direngkuhnya segera. Masih hangat. Nadinya berdetak. “Panggil ambulan, panggil ambulan,” teriak Syofyan kepada orang ramai, yang banyak menonton. Seketika itu juga, sebagian warga berlari ke Kantor Basarnas untuk meminjam ambulan. Hanya hitungan detik, ambulan tiba. Suli yang dari mulutnya keluar darah, digotong beramai-ramai ke atas ambulan, yang segera tancap gas menuju rumah sakit. Sirinenya meraung-raung.
Sementara, tubuh Ben sudah kaku di pinggir jalan. Berlainan nasib dengan istrinya, Ben tiada. Lukanya begitu parah. Separoh batok kepalanya pecah. Benaknya keluar dan berceceran di jalan. Pergelangan kaki sebelah kanannya juga layu. Berkemungkinan patah. Setelah diperiksa sebentar, akhirnya warga mengambil daun pisang dan menutupi tubuh Ben yang terbalut baju hijau. Dia sudah tiada.
Setengah jam kemudian, barulah mayat Ben dievakuasi ke rumah sakit menggunakan ambulans milik Angkasapura. Sementara, motor matic yang belum keluar pelat nomornya diangkut mobil polisi serta diamankan di Mapolsekta Koto Tangah. ”Sudah takdir, kita tak bisa menolaknya. Sekarang, doakan saja almarhum,” tutur beberapa warga yang mengenal mendiang Ben dan istrinya.
PT KAI Harus Bertanggung Jawab
Informasi yang dihimpun POSMETRO, pasangan suami istri itu baru saja dari kedai baju miliknya, yang tak jauh dari lokasi kejadian. Usai dari toko, keduanya berboncengan menuju Jalan Adinegoro, sekitar pukul 17.45 WIB. Tak ada yang tahu pasti, bagaimana detail kejadian. Tahunya, kereta api lewat dan keduanya tertabrak.
Sebagian warga menyebut, sewaktu melintas, klakson kereta api nyaris tidak terdengar. Suaranya kecil. Mungkin karena itulah, Ben yang membawa motor, tidak sadar, jika kereta api sudah dekat. Dia tetap melintas. “Suara klaksonnya mirip pula klakson mobil. Sulit membedakan,” kata sebagian warga.
Kejadian ini memancing kemarahan warga. Kecelakaan sepeda motor atau mobil dengan kereta api sudah seringkali terjadi. Namun, pihak PT KA, serupa besar kepala. Tak sekali pun mengakui kesalahan atau melakukan evaluasi. Perusahaan milik negara tersebut tetap bersikukuh, kereta api tak salah, karena berjalan di relnya, sesuai aturan UU. Malahan, PT KA menyalahkan, banyaknya jalan ke perumahan, yang melintasi rel. Padahal, rel duluan daripada perumahan. “Ini sudah puncaknya. PT KA mesti bertanggungjawab. Jangan hanya pandai menyalahkan. Harusnya mencari solusi,” ucap Rinto (32), warga Jalan Adinegoro.
Lebaran kemarin, dua kali kecelakaan yang melibatkan Kereta Api. KA di Padang, keduanya menabrak dua unit mobil di dua tempat dan waktu yang berbeda. Sebelumnya, kecelakaan lalu lintas menimpa satu keluarga di kawasan SMA N 7 Padang, Jalan Adinegoro, Kecamatan Koto Tangah pada Rabu (6/7) sekitar pukul 11.00 WIB.
Lalu, kejadian serupa juga menimpa Neli Sartini (56) warga Batipuah Panjang, Kecamatan Koto Tangah pada hari yang sama sekitar pukul 17.30 WIB di kawasan Bypass KM. 25 RT 05 RW 01 Kelurahan Batipuh Panjang, Kecamatan Koto Tangah atau persimpangan menuju Kantor SAR Padang.
Kejadian berawal saat mobil jenis Toyota Avanza dengan nomor polisi (nopol) BA 1433 XY yang dikendarai korban hendak melintasi perlintasan kereta api, namun disaat bersamaan, datang kereta api Sibinuang dari arah Padang menuju Pariaman yang melintas cukup kencang. ”Dari jarak lebih kurang lima meter, mobil korban mati kemudian datang kereta api datang sebelum bagian samping kiri mobil dihantam oleh kereta api tersebut hingga mobil berputar arah 180 derajat,” papar Kapolsek Koto Tangah, Kompol Jon Hendri.

Akibat dari kejadian tersebut, mobil yang dikendarai korban rusak parah dan korban mengalami luka robek di bagian pelipis mata dan dilarikan ke RSUD Sungai Sapih, Kecamatan Kuranji. Jon mengimbau agar masyarakat yang mengendarai mobil agar berhati-hati setiap melintasi perlintasan rel kereta api.

“Mengingat di kawasan Tunggul Hitam hingga Batas Kota Padang terdapat perlintasan rel kereta api, masyarakat agar selalu waspada dan hati-hati mengingat banyak simpang yang tidak diberi palang pintu. Bagi pengendara mobil agar jangan menutup kaca kendaraannya terlalu rapat,” imbaunya. (b)

Exit mobile version