PADANG, METRO–Aksi dugaan pencabulan oknum guru membuat puncak kada warga Kampuang Pinang, Kecamatan Bungus Teluk Kabung, Padang, tersinggung. Warga yang geram akhirnya menggeruduk Sekolah Dasar (SD) tempat oknum guru cabul itu mengajar, Selasa (18/8) siang. Alih-alih bisa melepaskan uneg-uneg pada Kepseknya, para guru di sana malah menghilang. Mereka tak masuk sekolah.
Dalam aksi unjuk rasanya, warga meminta para guru untuk menjaga sikap dan moral mereka sebagai pendidik. ”Jangan malah mempertontonkan hal-hal di luar koridor. Guru itu pendidik, bukan pemberi kabar petakut kepada didikannya. Kejahatan psikis seperti ancaman kepada murid-murid juga mesti dihentikan,” terang David (29), Ketua Pemuda Kampung Pinang, sekaligus orator dalam aksi yang diikuti puluhan wali murid tersebut.
Dalam unjuk rasa, warga menuding para guru terlalu banyak meminta sumbangan ilegal kepada wali murid. ”Banyak sekali pungutan di sini. Mulai dari pungutan uang pesta, uang melahirkan, uang kantin sekolah, uang duka yang tidak pernah diberikan kepada yang berduka, uang baju seragam belum ada titik terang, beras genggam hingga iuran Jumat,” sebut David.
Para pengunjukrasa geram karena kedatangan mereka membuat para guru ngacir dari sekolah. ”Sangat disayangkan guru-guru tidak hadir. Padahal ini jam dinas. Sebenarnya kami hanya ingin berdiskusi dengan para guru bukan, jika seperti ini bagaimana kami bisa memberikan masukkan,” sebut David.
Sementara itu, Syamdani, Kasi Tenaga Teknis Dikdas Dinas Pendidikan Kota Padang menilai, unjuk rasa yang dilakukan wajar. ”Ini merupakan bentuk kepedulian warga terhadap dunia kependidikan. Itu wajar-wajar saja,” kata Syamdani.
Terkait dengan adanya pungutan di sekolah itu, sebut Syamdani, tidak dibenarkan. ”Jika itu benar, akan kita proses dan segera memanggil Kepsek yang bersangkutan. Sedangkan untuk guru yang tidak datang nantinya akan diberikan sanksi tegas,” ucapnya.
Sementara itu Mulyadi, orang tua korban pelecehan oknum guru menginginkan kasus anaknya diproses sesuai hukum dan diberhentikan dari pekerjaannya sebagai guru. ”Harus diproses seberat-beratnya. Anak saya menjadi trauma berat karena ulahnya. Setiap diajak sekolah selalu menolak. Kemudian saya minta pihak Dinas Pendidikan untuk memecatnya,” sebut Mul. (cr10)
Komentar