Pembongkaran Kafe Taplau Padang Ricuh

Pedagang menolak pembongkaran kafe di Tepi Laut (Taplau) Padang.
PADANG, METRO–Pembongkaran kafé yang ada di sepanjang Pantai Padang (Taplau-red), Kamis (5/11) berlangsung ricuh. Sejumlah pemilik kafé berusaha melawan petugas dan menghalangi pembongkaran. Tapi, aksi itu tak membuahkan hasil. Pembongkaran yang dikawal ratusan Pol PP, TNI, Polisi Militer dan polisi tersebut tetap dilaksanakan.
”Indak bautak. Barang urang dirusak rusak. Alah mambana awak, masih juo dibongkanyo,” teriak seorang ibu yang histeris. Ia mengaku tak terima, perabot dan seng cafenya rusak dirobohkan petugas.
Pantauan koran ini, pembongkaran yang dijadwalkan pukul 14.00 WIB, molor ke pukul 15.00 WIB lewat. Pasukan Pol PP tak kunjung datang ke lokasi. Sementara polisi, TNI, PM serta aparatur lainnya sudah berada di lokasi. Entah apa yang menjadi penyebab terlambatnya kedatangan Sat Pol PP. Namun menurut rumor yang beredar, Pol PP belum berani turun sebelum polisi datang ke lokasi untuk mengamankan. “Gajah maram Sat Pol PP ko. Harus pulo tunggu polisi datang baru turun ka lokasi,” kata salah seorang aparatur SKPD Pemko Padang.
Setelah pukul 15.00 WIB lewat, kemudian ratusan anggota Sat Pol PP dengan mobil Dalmas baru turun. Baru kemudian dilakukan apel persiapan. Pada awalnya pembongkaran berjalan lancar. Namun ketika proses pembongkaran mendekati cafe dekat jembatan Purus, tiba tiba beberapa pemilik cafe yang didominsi kaum ibu ribu dan berteriak histeris.
Bahkan ada pemilik yang nekat naik ke atas atap cafe. Sementara di bawah petugas Sat Pol PP dan TNI sedang bersiap meruntuhkan cafe tersebut dengan cara mendorongnya secara beramai-ramai.
Kepala Dinas Pariwisata Kota Padang, Medi Iswandi mengatakan, pembongkaran itu dilakukan untuk membersihkan kawasan pantai Purus dari cafe cafe yang menutupi view laut. Semua pedagang dipindahkan ke LPC. Saat ini, kata dia, ada sebanyak 68 orang pedagang yang sudah ditempatkan di LPC. Namun sebagian mereka enggan memindahkan barang karena dilanag halangi oleh oknum pedagang dari kalangan tenda ceper yang belum mendapat tempat.
”Mereka ada yang masih enggan pindah ke LPC. Makanya kita bantu membongkarnya,” ujar Medi.
Terkait adanya 19 orang pedagang eks tenda ceper yang belum mendapat tempat, pihaknya terang Medi akan berupaya mencarikan tempat. Tapi para pedagang tersebut harus membuat komitmen dulu tidak akan memberi tempat pada tindakan asusila. “Pedagang tenda ceper itu ada 19 orang.  7 orang sudah bertindak berdagang dalam bentuk cafe. Sementara 12 pedagang lainnya masih diupayakan mencair tempat,” kata Medi.
Dikatakannya, total kios di LPC secara keseluruhan sebanyak 110 unit. Yang sudah selesai dibangun sebanyak 70 unit. 30 lagi sedang dalam pengerjaan. Sementara 10 unit lagi direncanakan untuk dibangun pada tahun 2016 nanti. (tin)

Exit mobile version