Dahlan Iskan: Saya Menolak Keras saat Ditunjuk jadi Dirut PLN

Dahlan Iskan meresmikan Graha Pena Riau, di Pekanbaru, Sabtu (08/08/2015).
PEKANBARU, METRO– Dahlan Iskan membagi cerita bagaimana dari orang paling berkuasa di jaringan media terbesar di Indonesia Jawa Pos Group hingga dia ditunjuk menjadi Direktur Utama PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN). Ia sejak awal menolak keras penunjukan itu, namun Presiden kala itu, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ngotot tetap menunjuk dirinya.
Cerita ini dituturkannya saat peresmian Graha Pena Riau, Sabtu (8/8). Tanpa direncanakan sebenarnya, karena sejak awal dalam agendanya menghadiri peresmian ini dia tidak mau memberikan kata sambutan.
Namun, sebagai sosok yang mendirikan Jawa Pos Group, induk perusahaan yang menaungi Riau Pos Group adalah kemustahilan jika dia tidak diminta maju dan memberikan sambutan. Saat mempersilakan Dahlan maju, Master of Ceremony (MC) menyebut dirinya sebagai Chairman Jawa Pos Group.
“Itu kesalahan yang disengaja,” sebut Dahlan disambut tepuk tangan tamu undangan yang hadir.
Dengan santai, dia kemudian mengungkapkan bahwa dirinya bukan lagi unsur pimpinan apapun di Riau Pos Group. “Saya tidak punya jabatan apa-apa di Riau Pos. Saya sejak sakit tahun 2006, berhenti dari pimpinan Jawa Pos. Dan saya sudah berniat mengurusi penyakit saya. Dua tahun saya pulang pergi ke luar negeri,” jelasnya.
Dahlan menjelaskan, semenjak sakit dia dan keluarga mengurus 110 pesantren miskin. Pesantren yang diurus ini kini berprestasi salah satunya menjadi pesantren internasional, lulusannya bisa melanjutkan sekolah di Cambridge tanpa harus tes.
Saat sedang menikmati mengurus pesantren itulah panggilan datang pada dirinya untuk memimpin PLN. “Saya menolak keras saat itu. Saya sampaikan pada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, saya lulusan madrasah, nanti Presiden dikecam. Tapi beliau ngotot. Akhirnya saya menerima,” ungkapnya.
Namun, meski menerima jabatan ini, Dahlan menyaratkan beberapa hal pada SBY. Ia tidak mengambil fasilitas apapun baik itu gaji, mobil maupun rumah dinas. Ia juga menegaskan akan menertibkan PLN dari kecurangan dan penyelewengan. Di masa Dahlan, PLN memang membaik.
Bahkan, pengadaan mesin untuk 500 KV yang biasanya mengeluarkan biasa Rp120 miliar dipangkasnya menjadi hanya Rp40 miliar. “Saya mau jadi Direktur asal seluruh Dirut saya yang tunjuk. Saya tidak mau seperti yang lain. Kemudian saya mengajukan syarat saya tidak mau lima tahun, saya mau tiga tahun saja,” bebernya.
Saat ditunjuk itu, sang istri, Nafsiah Sabri sangat berkeberatan. “Bilang nanti kamu masuk penjara. Kalau ada orang ditangkap saya digandeng depan TV, ditunjukkan nanti kamu kayak gitu. Karena orang berbuat seperti apapun bisa dicari-cari kekurangannya. Ternyata istri saya sakti, saya kena perkara,” katanya merujuk perkara yang sempat dituduhkan padanya terkait 21 gardu induk PLN.
Belakangan, Dahlan memenangkan praperadilan dan status tersangka yang ditetapkan Kejaksaan Tinggi (Kejati) DKI Jakarta dinyatakan hakim tidak sah dan harus dicabut.
Meski berjanji hanya mau memimpin PLN tiga tahun, Dahlan kemudian dipanggil SBY lagi saat baru 22 bulan menjabat. Ia diminta menjadi menteri BUMN. “Saya sampai menangis menolak. Beliau bilang listrik sudah beres. Saya bilang belum, Riau belum beres, Kalimantan belum, saya mau bereskan. Presiden bilang sudahlah, saya tetap diminta jadi Menteri. Akhirnya, kecelakaanlah saya jadi Menteri. Tentu saya harus berhenti dari seluruh aktifitas bisnis,” tuturnya.
Dahlan dahulu menjabat sebagai Direktur Utama di sekitar 220 perusahaan di bawah bendera Jawa Pos Group. Niatannya berhenti pernah disampaikan.
“Suatu hari saya sampaikan pada Pak Rida dan Pak Alwi saya mau berhenti. Mereka bilang apa bisa berkembang, saya bilang bisa. Anak muda yang bisa membawa kemajuan. Kemudian tak lama saya berhenti dari seluruh jabatan. Saya diberi memilih satu wewenang, saya disuruh memilih. Saya pilih wewenang bisa memberhentikan siapa saja. Dengan demikian teman-teman jika mengangkat seseorang sudah memperhitungkan,” urainya.
Hadir pada peresmian Graha Pena Riau adalah kebanggan bagi Dahlan Iskan. Ia lebih bangga lagi dengan Rida K Liamsi, Chairman Riau Pos Group. Rida dimatanya adalah sosok yang komplit. Sebagai seniman, Rida memiliki kemampuan manajemen yang sempurna hingga membangun RPG menjadi perusahaan besar.
“Saya bangga sekali dengan Pak Rida. Tokoh melayu yang betul-betul bersejarah. Saya tahu beliau seniman, penulis puisi, pencipta lakon teater, budayawan. Biasanya seniman tidak punya kemampuan manajemen, sulit diatur. Tapi, Pak Rida seniman yang manajerialnya sempurna sekali,” puji Dahlan.
Dengan bercanda, dia mengomentari ungkapan Rida yang mengatakan Graha Pena Riau dibangun terakhir dibanding Batam, Medan dan Aceh karena alasan dagang dan bisnis adalah bohong.
“Bahwa beliau baru mewujudkan Graha Pena baru sekarang. Biasanya seniman hati nuraninya halus. Sehingga Pak Rida memilih punya sikap rendah hati. Kalau alasannya dagang dibangun dulu Batam, Medan, Aceh baru Pekanbaru itu bohong. Itu karena hati nuraninya,” kelakar Dahlan.
Dahlan menyebut, pembangunan Graha Pena sendiri di luar kendalinya. “Saya serahkan sepenuhnya pada beliau (Rida). Ternyata jadi. Walau belum sepenuhnya jadi, maklum kalau cat belum kering, maklum seniman,” katanya.
Dahlan kemudian mengenang awal berdirinya Riau Pos. “Riau Pos luar biasa. Saya ingat sekali saat pertama mengajak Pak Rida, praktis Pekanbaru seperti kampung. Tapi sekarang begini modern. Saya bahagia bahwa Pak Rida dalam umur 72 masih melihat peresmian ini,” tutupnya. (ali/jpnn)

Exit mobile version