Gara-Gara Bunga, Fino Kehilangan Nyawa

ilustrasi
PASAMAN, METRO–Isak tangis menyertai kepergian Fino (18) seorang pemuda, warga Macu, Jorong Rumah Nan XXX, Nagari Air Manggis, Kecamatan Lubuk Sikaping, Kabupaten Pasaman, yang ditemukan tewas di Sungai Batang Sumpur, Kamis (29/10) sore.
Peristiwa penemuan mayat tersebut, sontak membuat sang ibu Yusnidar (51) dan pihak keluarga lainnya histeris. Mereka, melihat dengan mata telanjang anaknya tenggelam di sungai dengan kedalaman lima meter itu.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, tenggelamnya Fino terjadi saat Yusnidar dan suaminya, Maswar menyiang padi mereka yang sudah siap dipanen. Sekitar pukul 13.15 WIB, sang ayah pergi mengantar satu karung padi mereka ke tepian jalan. Saat itulah, Fino yang sebelumnya sudah diperingatkan kedua orang tuanya, tetap nekat main ke sungai yang berada di tepi sawah mereka.
Informasinya, Fino nekat mengambil sekuntum bunga ditepian sungai terpanjang di daerah itu. “Ia sudah saya larang untuk tidak bermain di sungai. Karena saya tahu, dia tidak bisa berenang, namun dia hanya membalasnya dengan senyuman dan diam-diam tetap pergi,” kata Yusnidar.
Namun siapa sangka, senyuman tersebut merupakan senyum terakhir untuk sang ibu tercinta. Tidak begitu lama setelah larangan tersebut dilayangkan, Fino tiba-tiba saja berteriak dari arah sungai. “Saya kaget, tiba-tiba saja Fino berteriak minta tolong sebelum seluruh tubuhnya tenggelam. Melihat kejadian tersebut, saya pun langsung berteriak,” kata Yusnidar.
Mendengar teriakan Yusnidar, ayah korban, para petani dan warga sekitar tempat kejadian langsung terjun ke sungai dan berusaha mencari korban. Di sisi lain, masyarakat lain pun memberitahu kejadiaan naas tersebut ke Satpol PP dan BPBD Pasaman.
“Setelah mendapat kabar, kamipun langsung terjun ke lapangan, serta langsung melakukan pencarian,” kata Jun Aprizal didampingi Netra anggota Satpol PP Pasaman dan Hendra Jepri salah seorang warga setempat yang ikut melakukan pencarian.
Setelah 30 menit lebih pencarian korban pun berhasil. Korban ditemukan di dasar sungai. Saat dibawa ke tepian, korban sudah tak bernyawa lagi. “Fino tenggelam dan ditemukan di dasar batang sumpur dengan kedalaman 5 meter dalam keadaan tertelungkup,” kata Hendra.
Diakui Hendra, ketika diperiksa, korban diperkirakan meninggal karena menelan banyak air. Ini dibuktikan saat diperiksa, dari dalam mulut, hidung dan telinga korban banyak keluar buih air. “Setelah dipastikan meninggal, kamipun menggontong jasad korban ke rumah duka yang berjarak sekitar 500 meter dari lokasi kejadian,” lanjut Hendra.
Setiba di rumah duka, suasana semakin histeris. Ibu korban tak henti-hentinya menangis. Masyarakat sekitar rumah duka pun memenuhi ruangan tempat korban dikafani.
Dari pengakuan tetangga,  mengakui korban, sehari-harinya dikenal sebagai anak yang penurut. Ia kerap membantu orang tuanya pergi ke sawah. Apakah itu untuk menanam padi, menyiang, hingga memanen. “Kalau siang hari, ketika ayah korban pergi ke sawah, Pino kerap membawakan nasi yang dimasak sang ibu untuk ayahnya. Dia sudah tidak bersekolah lagi,” kata Dimar, salah seorang tetangga korban.
Tidak saja membantu orangtua, Fino yang kesehariannya disibuki membantu orang tua juga tak jarang membantu para tetangga. Apakah itu pergi ke pasar maupun kegiatan lainnya. “Kami tak menyangka, Pino meninggal karena tenggelam. Semoga saja arwah korban dapat diterima dan amal ibadahnya diterima di sisi Tuhan,” tutup Dimar. (y)

Exit mobile version