Mahasiswa FKG Unand Demo Dekan

Seratusan mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Unand berunjuk rasa di depan Fakultas Kedokteran gigi, Jumat (23/10/2015) pagi.
PADANG,  METRO–Dinilai kinerja Dekan Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Unand tak becus dalam meminpin fakultas tersebut, ratusan mahasiswa lancarkan aksi demo. Setidaknya, ada 100 orang dokter muda profesi  berunjukrasa depan Fakultas Kedokteran gigi yang tergabung.
Ratusan dokter muda tersebut menuntut pelayanan pihak kampus yang dinilai masih banyak ketimpangan dan kekurangan. Kekurangan tersebut dimulai dari tidak memperhatikan aturan yang jelas bagi kilinik.
Selanjutnya, peralatan media unit klinik banyak yang rusak, alat detail unit bagi klinik rumah sakit gigi dan mulut juga tidak berfungsi dengan baik. Kemudian, penanggung jawab modul tidak tepat sasaran karena penanggung jawab (Pj) yang di tunjuk tidak spesialis. Sampah medis yang dibiarkan terlantar di lorong klinis. Selanjutnya jam jaga dosen yang tidak sesuai, sehingga sering terlambat dan tidak masuk, hal ini tampak seperti adanya pembiaran.
Pantauan POSMETRO Jumat (23/10) pagi pukul 9.00 terlihat ratusa dokter muda duduk bersila di halaman parkir fakultas kedokteran gigi. Tidak ada orasi yang mereka sampaikan dalam demo tersebut. Mereka mengenakan masker untuk menutup mulut dan membawa poster yang bertuliskan “Sampai Kapan”.
Dekan Fakultas Kedokteran Gigi, Afriwardi mengatakan, bahwa para mahasiswa yang demo tersebut merupakan mahasiswa profesi. “Semua tuntutan mahasiswa profesi tersebut akan dipertimbangkan dan akan kita ajukan pada pihak kampus. Mereka menuntut agar adanya perbaikan sistem dan auran yang baku dari pihak kampus,” katanya.
Dia menjelaskan, untuk kejelasan dan persoalan terhadap pembuangan sampah medis perlu dipertimbangkan. ”Selama ini kita membuang sampah medis bekerja sama dengan RSUP Djamil. Membayar Rp5.100.000 per tahun. Namun, saat ini destinasi sampah medis RSUP Djamil Sedang rusah,” jelasnya.
Dengan hal tersebut, sehingga sampah medis RSUP Dr Djamil dibuang ke Bandung. Maka, langkah yang kita ambil adalah menjalin kerja sama dengan pihak Rumah Sakit Swasta yang biayanya cukup mahal pula. Meskipun demikian sampah medis juga perlu distinator yang lebih baik, pengelolaan sampah medis dengan baik pula. (da)

Exit mobile version