JAKARTA, METRO–aPemerintah melalui Kementerian Kesehatan (Kemenkes) terus melakukan koordinasi terkait perbaikan program Makan Bergizi Gratis (MBG). Pasalnya, Kemenkes menerima hampir 12 ribu laporan kasus dugaan keracunan yang terkait dengan program MBG hingga 5 Oktober 2025.
Data ini dihimpun melalui aplikasi Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR), platform resmi Kemenkes untuk pelaporan dan pemantauan penyakit menular serta kejadian luar biasa (KLB).
Temuan tersebut disampaikan dalam webinar sosialisasi pembaruan aplikasi SKDR. Kegiatan ini diikuti oleh perwakilan dari berbagai unit kesehatan mulai dari pusat, provinsi, kabupaten/kota, puskesmas, dinas kesehatan, hingga balai laboratorium kesehatan daerah.
Direktur Surveilans dan Karantina Kesehatan Kemenkes, Dr. Sumarjaya, menjelaskan bahwa menu baru pada aplikasi SKDR kini secara khusus memantau kasus keracunan pangan dari program MBG. “SKDR ini sekarang sudah membantu memilah data dan kebutuhan epidemiologi serta surveilans terkait program MBG,” kata Sumarjaya, Jumat (10/10).
Berdasarkan data SKDR per pukul 17.00 WIB, 5 Oktober 2025, tercatat 119 kejadian keracunan dengan total 11.660 kasus. Kejadian tersebut tersebar di 25 provinsi dan 88 kabupaten/kota, dengan laporan terbaru berasal dari Karanganyar, Kuningan, Purworejo, dan Temanggung.
“Kita sudah memiliki laporan 119 kejadian dengan 11.660 kasus. Cut off-nya jam 17.00 WIB,” jelasnya.
Ia menambahkan, tren mingguan menunjukkan puncak kasus terjadi pada minggu ke-39 tahun 2025. Dari total 10.104 Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) atau dapur MBG di seluruh Indonesia, 1,2 persen, 119 unit tercatat mengalami kejadian keracunan pangan. Tiga provinsi dengan jumlah kasus terbanyak yakni Jawa Barat 34 kejadian, Jawa Tengah 15 kejadian, dan Jogjakarta 13 kejadian.













