JAKARTA, METRO–Keputusan kontroversial UEFA yang mendiskualifikasi Crystal Palace dari ajang Liga Europa 2024/2025 menuai gelombang protes besar-besaran dari para pendukung klub. Mereka menilai keputusan tersebut tidak adil dan mencerminkan dominasi kepentingan finansial dalam tubuh organisasi sepak bola Eropa.
UEFA resmi mencoret The Eagles dari kompetisi karena dianggap melanggar aturan kepemilikan multi-klub. Sang pemilik, John Textor, diketahui juga memiliki saham di klub Prancis, Olympique Lyon, yang juga lolos ke kompetisi Eropa musim ini. Berdasarkan regulasi UEFA, dua klub yang dimiliki oleh entitas yang sama tidak boleh berlaga di kompetisi Eropa yang sama demi menjaga integritas kompetisi.
Ketidakpuasan para fans Palace memuncak lewat aksi protes langsung di markas UEFA di Nyon, Swiss, serta di kantor Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS) di Lausanne.
Kelompok suporter fanatik Holmesdale Fanatics memimpin aksi tersebut dengan membawa koper berisi uang palsu sebagai simbol bahwa keputusan UEFA lebih berpihak pada kepentingan finansial dibandingkan keadilan olahraga. Tak hanya itu, mereka juga menyerahkan surat langsung kepada Presiden UEFA Aleksander Ceferin, menuntut pembatalan keputusan dan pengembalian hak Palace untuk tampil di Liga Europa.
“Protes terhadap pihak yang bertanggung jawab akan terus berlanjut,” tulis Holmesdale Fanatics di platform X.
Di depan markas CAS, para pendukung membentangkan spanduk dan menyerukan kembalinya Palace ke kancah Liga Europa, menyuarakan semangat perlawanan terhadap keputusan yang dinilai berat sebelah.













