JAKARTA, METRO–Olahraga lari tak lagi identik dengan kaum muda atau atlet profesional. Para dokter spesialis ortopedi justru merekomendasikan lari sebagai aktivitas fisik aman dan menyehatkan. Olahraga lari ini juga aman bagi pernah mengalami cedera ortopedi hingga operasi tulang dan para lansia.
“Stigma ‘saya tidak bisa lari lagi karena pernah patah tulang’ itu yang ingin kami ubah. Selama ditangani dengan baik oleh dokter, penyintas bisa kembali sehat dan berlari,” tegas spesialis ortopedi dr Kiki Novito, SpOT di Surabaya pada Jumat (11/7).
Kiki Novito tergabung dalam Perhimpunan Dokter Spesialis Orthopaedi dan Traumatologi Indonesia (PABOI). PABOI ingin menebarkan pesan bahwa olahraga lari boleh dilakukan oleh penyintas cedera. Untuk menegaskan itu digelarlah event Surabaya Orthopaedic Half Marathon (SOHM) 2025 yang dijadwalkan berlangsung pada 13 Juli 2025 di kawasan Pakuwon City Surabaya.
Dalam SOHM 2025 ini disediakan kategori khusus bagi para penyintas cedera ortopedi, seperti pasca operasi tulang belakang, sendi, atau tungkai bawah. Dengan adanya nomor lomba khusus, para penyintas tidak bersaing dengan pelari umum, melainkan sesama penyintas, sehingga membuka peluang juara yang lebih adil dan memotivasi.
“Kami ingin menyampaikan bahwa lari adalah olahraga ritmis, bersifat aerobik, dan memberi dampak baik untuk tulang. Bahkan lebih baik daripada olahraga tanpa beban lain seperti bersepeda,” terang dr Kiki.
















