Brigjen Pol Ricy mengungkapkan, hampir 80 persen sabu-sabu yang beredar di Indonesia, sudah bisa dipastikan berasal dari jaringan internasional yang dibawa ke indonesia via jalur laut.
“Hal itu dikuatkan dengan pengagalan peredaran 2 ton sabu-sabu dari Andaman yang baru saja dilakukan BNN RI beberapa waktu lalu. Hampir 80 persen sabu berasal dari luar Indonesia. Keberadaan Laboratorium sabu-sabu klandestin, bahkan sangat minim di Indonesia,” kata dia.
Brigjen Pol Ricky menuturkan, nangkapan ini bermula dari informasi masyarakat mengenai peredaran gelap narkotika di Sumatera Barat yang dibawa melalui bus ALS. Menindaklanjuti informasi tersebut, BNNP Sumbar segera melakukan penyelidikan.
“Saat sebuah bus ALS dari arah Medan berhenti di pool bus di Bukittinggi, petugas memeriksa identitas dan barang bawaan para penumpang yang mencurigakan. Dari pemeriksaan inilah, AL, NH, dan S teridentifikasi,” jelasnya.
Saat penggeledahan, petugas menemukan sabu yang disembunyikan dengan modus operandi yang beragam. Pada AL alias L, ditemukan satu paket sabu yang dibalut lakban hitam dan dimasukkan ke dalam kaus kaki, disimpan di dalam celana di bawah perut, dengan berat bersih 458,58 gram.
“Pada NH alias C, ditemukan dua paket sabu yang dibalut lakban hitam dan bening, disimpan di dalam celana di bawah perut, dengan berat bersih 993,81 gram. Pada S alias F, ditemukan tiga paket sabu yang dibalut plastik bening dengan total berat bersih 424,54 gram. Selain narkotika, petugas juga menyita lima unit Hp dan 1 dompet cokelat berisi uang tunai Rp1,5 juta,” tutupnya. (rgr)












