LIMAPULUH KOTA, METRO —Mahasiswa yang melakukan aksi demonstrasi di depan Kantor Bupati Limapuluh Kota, di Bukik Limau, Sarilamak, Kecamatan Harau, mengaku sangat kecewa kepada Bupati dan Wakil Bupati Limapuluh Kota, Safni-Rito, pada Rabu pagi Rabu (4/6).
Mereka melampiaskan kekecewaaannya itu dengan melakukan penyegelan kantor Bupati Limapuluh Kota. Puluhan masa yang berasal dari kampus Politeknik Pertanian Payakumbuh di Tanjung Pati, kecewa karena Bupati dan Wakil Bupati tidak berada di tempat.
Di depan Kantor Bupati Limpauluh Kota itu, mereka membentangkan spanduk bertuliskan “Gedung Ini Disegel oleh Mahasiswa PPNP. Wanted Bupati Limapuluh Kota”.
Semula, mahasiswa hendak memasang spanduk itu di depan pintu masuk utama gedung Bupati Limapuluh Kota. Namun keinginan mereka dihambat oleh aparat kepolisian yang mengamankan jalannya aksi pagi itu. Meski sempat saling bersitegang dengan aparat karena mahasiswa hendak menerobos memasang spanduk kedepan pintu masuk gedung.
Namun, akhirnya mahasiswa memilih membentangkan spanduk itu dengan memegang saja. Sebelumnya dalam orasinya mahasiswa menyebut tidak ada langkah kongkrit yang dilakukan Bupati dan Wakil Bupati Limapuluh Kota, Safni-Rito selama masa 100 hari kinerjanya memimpin Limapuluh Kota.
“Tidak ada langkah kongkrit, tidak ada bupati yang menemui kita, apakah Bupati kita pengecut. Kita sampaikan keresahan, kegelisahan, tapi bupati tidak mau menemui kita kawan-kawan. Bupati sekarang berbeda dari yang sebelumnya, tidak mau menemui kita kawan-kawan,” ucap salah seorang orator dalam aksinya.
Rozi, salah seorang orator menyebut dulu 2021-2026 banyak kajian yang disusun, antaranya Sarilamak dijanjikan jalur dua tapi tidak dikerjakan. Korupsi seragam sekolah di dunia pendidikan banyak merugikan negara. Kemudian janji lahan 20 ribu hektare tapi hanya 6 ribu hektare.
Selain itu mahasiswa juga menyorot masalah di sektor pertanian, masalah IKK, audiensi saja dengan dinas sulit. Pungli masuk objek wisata, jalan Galuguah, murahnya harga komoditi gambir dan berbagai persoalan lainnya yang tidak terselesaikan. Mereka juga menyinggung sekaligus mempertanyakan kinerja aparat hukum di Limapuluh Kota.
“Kita pertanyakan kinerja aparat hukum Limapuluh Kota. Tambang galian C, tanah diserobot, pohon-pohonnya ditebangi, rokok ilegal, kemana aparatur hukum,” sebut mahasiswa dalam orasinya.













