Di daerah kita ini, alhamdulillah lumayan banyak masjid yang masih menghidupkan sunnah tadaarus. Biasanya dilaksanakan di masjid setelah usai shalat tarawih dan witir berjamaah. Namun dalam pelaksanaannya perlu disempurnakan beberapa hal.
Pertama, tadarus itu dipimpin oleh seseorang yang paham dengan Al Quran. Minimal dia memiliki kualitas tajwid yang baik, sehingga dia bisa menjadi guru/pembimbing dalam memperbaiki bacaan peserta tadaarus kalau ada yang salah dalam hukum tajwidnya. Kalau tidak diperbaiki, maka tidak terjadi apa yang dinamakan tadaarus. Dan kesalahan tersebut akan berlanjut terus sampai usia tua.
Kedua, fokus tadarus hendaknya jangan mengejar target khatam sampai akhir Ramadhan. Lebih baik targetnya adalah peningkatan kualitas bacaan dan kemudian pemahaman. Walaupun nantiknya hanya tuntas separo Al Quran atau mungkin kurang. Tidak mengapa, itu lebih baik. Sehingga tadarus itu bukanlah membaca Al Quran cepat-cepat agar segera khatam.
Ketiga, sebaiknya tadarus Al Quran itu tidak menggunakan pengeras suara (microfon). Sebab cukup banyak peserta tadaarus itu yang bacaannya masih jauh dari standar dan yang tajwidnya belepotan.
Akibatnya adalah memperdengarkan ayat-ayat Alquran yang salah kepada publik. Lebih dari itu, juga untuk menjaga perasaan para tetangga masjid. Mungkin diantara mereka ada yang sakit, atau ada yang ingin tidur lebih awal untuk dapat bangun lagi di tengah malam melaksanakan tahajjud. Maka tidak ada keperluannya mengeraskan suara tadarus keluar masjid. Cukup hanya bagi peserta tadaarus saja, atau memakai microfon dalam.
Tadarus Alquran adalah sunnah Rasulullah Saw, mari dilaksanakan juga dengan cara yang terbaik. Wallahu A’lam bishshawab. (*)
Komentar