Uwais menjawab, “Dengan terampuninya dosa ibu, maka ibu akan masuk surga. Cukuplah ridha dari ibu yang akan membawaku ke surga.”
Seketika Allah SWT memberikan karunia untuknya, keinginan tulusnya dan cinta ibunya membuat ia sembuh dari penyakit kulitnya, dan tertinggal bulatan putih sebesar dua dirham di tengkuknya.
Bekas penyakit yang ditinggalkan tersebut ternyata membawa hikmah dan tujuan kebaikan. Tanda tersebut teruntuk Umar Bin Khaththab dan Ali bin Abi Thalib, dua sahabat Rasulullah untuk mengetahui Uwais Al-Qarni.
Rasul pernah berpesan kepada dua sahabatnya “Di zaman kamu nanti akan lahir seorang manusia yang doanya sangat makbul. Kalian berdua, pergilah cari dia. Dia akan datang dari arah Yaman, dia dibesarkan di Yaman.”
Siapakah dia? Dia adalah Uwais Al Qarni, dalam sebuah hadits riwayat tertuang dirinya sebagai manusia yang dirindukan Surga.
Uwais Al-Qarni menunjukkan tingkat kesabaran dan ketabahan yang luar biasa selama perjalanan ini. Bagi Uwais, menggendong ibunya bukanlah beban, melainkan bentuk ibadah yang harus dilakukan dengan sepenuh hati. Meski fisiknya lelah dan terpapar cuaca yang keras, semangatnya tidak pernah pudar.
Selama perjalanan ini, Uwais juga mengajarkan kita tentang pentingnya ketabahan dalam menjalani ibadah. Dia tidak mengeluh atau mengharapkan pengakuan dari orang lain. Ia tetap tekun berjalan, melayani ibunya dengan kesetiaan yang tak tergoyahkan, serta memperlihatkan ketulusan hati yang memancar dari setiap langkahnya.
Kisah heroik Uwais Al-Qarni telah menjadi sumber inspirasi bagi generasi selanjutnya. Nilai-nilai kebaktian, cinta kasih, kesabaran, dan ketabahan yang ditunjukkan oleh Uwais mengajarkan kita tentang pentingnya menghormati dan mengasihi orang tua, terlepas dari seberapa besar pengorbanan yang harus dilakukan.
Sebagai generasi muda, kita dapat belajar banyak dari kisah ini. Ketika kita berjuang menghadapi kesulitan dalam menjalani kehidupan sehari-hari, kita dapat terinspirasi oleh semangat dan keteguhan Uwais Al-Qarni. Kita dapat merenungkan betapa berharganya hubungan anak dengan ibu, dan bagaimana cinta filial dapat menjadi sumber kekuatan yang luar biasa. (***)
Komentar