JAKARTA, METRO–Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar prihatin dengan pembelajaran agama, yang cenderung menyalahkan atau mengecilkan agama lain. Bahkan sampai mengkafirkan agama lain. Sebagai gantinya dia ingin pendidikan yang berbasis kasih sayang dan empati, lewat Kurikulum Cinta.
Nasaruddin memaknai Kurikulum Cinta dengan seperangkat sistem dan fondasi hidup bersama dalam keragaman untuk kerukunan. Baik intra maupun antar umat beragama. Dia mengatakan dalam agama, cinta adalah inti dari segala tindakan kebaikan.
“Kurikulum cinta adalah konsep yang menekankan pentingnya pendidikan berbasis kasih sayang, empati, dan penghargaan terhadap perbedaan,” kata Nasaruddin dalam Seminar Internasional Curriculum of Love and Eco-Theology as The Basis for The Istiqlal Declaration Implementation Movement di Universitas Islam As’adiyah, Kabupaten Wajo, Selasa (4/2).
Baginya nilai-nilai itu harus menjadi bagian utama dalam sistem pendidikan di Indonesia. Mulai dari di lingkungan lembaga formal maupun sosial dan keluarga. Termasuk dalam kehidupan pondok pesantren.
Selain Kurikulum Cinta, Nasaruddin juga menyampaikan soal eco-teologi. Itu merupakan landasan spiritualitas dalam upaya pelestarian lingkungan. Menjaga bumi bukan sekadar upaya ilmiah dan kebijakan negara, tetapi juga merupakan bagian dari spiritualitas dan ibadah seorang umat beragama.
Nasaruddin menyadari bahwa gerakan lingkungan berbasis keagamaan telah berkembang di banyak tempat di Indonesia. Misalnya, masjid ramah lingkungan, pesantren hijau, gereja berkelanjutan, dan lainnya. Karena itu, upaya-upaya ini harus terus dikembangkan secara lebih masif ke depannya.
Komentar