Dalam garis polisi, Christina meratapi kepergian putranya. Ia mengaku sangat kecewa apa yang terjadi di Mapolres Solok Selatan itu.
“Siapapun itu, pasti merasa sangat sakit, dan merasa sangat merasa kecewa. Anak saya, seharusnya dia aman di sini, di tempat kerjanya, di rumahnya di sini, tetap ternyata yang terjadi dia tewas di sini. Saya mengenang anak saya menghembuskan nafas di kampung orang dengan cara luar biasa, keji dan sadis, keji,” sesalnya.
Meski diarungi kesedihan yang sangat mendalam, Christina bersyukur masih bisa mengikuti rekonstruksi kasus tewas anaknya secara detail dari awal. Ia pun masih percaya, polisi bekerja secara profesional.
“Saya percaya bahwa polisi bekerja secara profesional, dan itu yang kita harapkan semua. Bahwa yang dilakukan ini hanyalah untuk proses hukum yang akan membuat semuanya transparan lewat rekonstruksi yang ada,” katanya.
Rekonstruksi ini juga menjadi momen bagi Christina melihat langsung orang yang membunuh anaknya, Dadang. Selama ini, hanya terlihat di televisi.
“Saya tidak pernah bicara langsung dengan pelaku. Saya perdana bertemu dengan pelaku. Selama ini hanya lihat di televisi,” ungkapnya.
Kapolres Solok Selatan AKBP M Faisal Perdana mengatakan, dalam rekonstruksi ini pihaknya hanya sebatas dalam proses pengamanan. Rekonstruksi sepenuhnya menjadi kewenangan Bareskrim.
“Kami sebagai tim pengamanan. Yang melakukan rekonstruksi adalah tim (dari Bareskrim). Ini kan (rekonstruksi) tujuannya untuk mencari sistematis ataupun urutan urutannya,” ujar Faisal ketika diwawancarai wartawan.
Tak hanya itu, kata AKBP Faisal, rekonstruksi juga untuk mengecek kembali kesesuaian keterangan saksi-saksi dalam kasus ini. “Ini (rekonstruksi) tidak tertutup, cuman beberapa (adegan) kita sesuaikan, koordinasikan dengan tim Mabes, seperti itu,” tutup dia. (*)












