PELATIH sudah diganti. Main sudah di kandang. Rumputnya rumput lapangan sudah oke, tapi mainnya antah barantah. Kalah 1-8, merupakan kekalahan terburuk Semen Padang FC di liga lokal, sejak tim ini berdiri, 30 November 1980. Tim ini sudah layak untuk “Cuci Gudang” sebab target diawal cukup tinggi. Delapan besar.
Semen Padang FC mengawali debutnya di liga sepakbola Indonesia, saat tampil di Divisi I Galatama, musim 1982-1983. Langsung promosi karena tampil sebagai juara. Aprius menjadi pencetak gol terbanyak.
Saat itu, ada dua jenis kompetisi sepakbola di Indonesia. Pertama, Kompetisi Perserikatan. Diperuntukkan untuk bonden, atau tim yang identik dengan daerah. Kedua, Kompetisi Galatama diperuntukkan kepada tim yang semipro. Konon, Malaysia dan Jepang mempelajari kompetisi galatama tersebut untuk dikembangkan menjadi liga profesional di negaranya.Kompetisi Perserikatan jauh lebih tua dibandingkan galatama.
Awal mengarungi Divisi Utama Galatama, 1983-1984, galatama Semen Padang menempati peringkat ke lima di wilayah barat. Sebelas tahun kemudian, kompetisi galatama dan kompetisi perserikatan digabung jadi satu, hingga sekarang. Ketika itu, Semen Padang diperingkat lima wilayah Barat.
Kompetisi yang kini dijalani, merupakan kali ke 37 Semen Padang FC berpartisipasi. Ada empat kali kompetisi tidak selesai, yakni tahun 1997-1998, 2015, 2020, 2022-2023. Sepanjang waktu tersebut, kekalahan inilah yang paling pahit. Terjengkang di kandang sendiri.
Memang, Semen Padang pernah membawa hampir selusin kebobolan dari Yokohama, Jepang. Ketika itu dibantai Yohokama Marinos, 11-0, namun peristiwa tersebut terjadi saat Kabau Sirah tampil di putaran kedua Piala Winners Asia. Saat main di Padang, tuan rumah menang, 2-1.
Tak seorang pun pecinta Semen Padang yang bisa menerima kekalahan kali ini. Masyarakat Sumbar yang notabene bukan pecinta sepakbola, juga turut melampiaskan rasa kecewanya ketika mengetahui hasil tersebut. Apalagi sejak awal sudah diumumkan ke publik, soal anggaran yang disediakan. Ada Rp 70 Miliar.
Eduardo Almeida mendapatkan tim yang dinahkodainya dalam kondisi sulit. Ketika Ia masuk menggantikan Hendri Susilo, Kabau Sirah sudah masuk zona merah. Dua kekalahan terakhir semakin menegaskan posisi tim. Berada di dasar klasemen sementara.
Benar, putaran pertama masih ada delapan partai lagi. Tapi bukan hal yang mudah bagi Semen Padang FC mencuri point, sebab lawan yang dihadapi adalah tim-tim besar dengan performa yang sedang “Menyala” di liga.
Persebaya, Persib Bandung, PSM Makasar, Persija, sangat kokoh di papan atas. Poin yang dimiliki terpaut jauh di atas Semen Padang, dengan produktivitas gol yang sangat tinggi.
Persik Kediri dan Arema FC berada di posisi tujuh dan delapan. Memimpin papan tengah klasemen sementara.
Jika membaca statistik ke enam tim tersebut, di atas kertas mereka akan sulit dikalahkan oleh Semen Padang. Point yang mereka kumpulkan memberikan gambaran kekuatan tim tersebut. Arema sudah menyelesaikan 8 kali pertandingan, mengantongi point 14 dari 4 menang, 2 seri, 2 kalah. Lima tim lainnya, di atas Arema FC. Tertinggi, Persebaya Surabaya, nilai 18 dari 5 kali menang, 3 seri dan 1 kalah.
Kalau pun dua tim lain yang akan dihadapi, berada di papan bawah, sama dengan Semen Padang, namun posisinya sedikit lebih baik. PSIS Semarang memiliki point 7, Madura United (6).
Terhadap hal tersebut, Almeida harus benar-benar berhitung dengan kondisi tim, termasuk dalam melakukan rotasi pemain. Keliru sedikit saja, akan semakin fatal. Tanggungjawab penuh harus diambil, tak boleh ada alasan apa pun, sebab ketika komitmen sudah dibuat dalam bentuk kontrak, maka sepenuhnya tanggungjawab beralih kepada Almeida. Tak boleh melihat ke belakang lagi.
Tak ada alasan lagi kalau pemain adalah pilihan pelatih sebelumnya, sebab Almeida tentu sudah memperhitungkan semuanya. Ia “Naik di Jalan” dengan kondisi apa adanya, lalu menerima tawaran, tentu sudah siap dengan risiko “Manyandang Lamang Angek”.
Usai kalah telak dari Dewa United, Andre Rosiade sang Penasihat Tim SPFC, mengeluarkan pernyataan keras. Akan dilakukan Revolusi Besar di tubuh SPFC untuk menghadapi putaran kedua. Pernyataan itu disampaikan dalam kondisi suara serak. Terlihat juga raut wajah lelah dan kecewa luar biasa darinya.
Khusus pernyataan ini, ada dua sisi yang perlu jadi perhatian. Pertama, statemen Andre Rosiade dapat dipahami bahwa, niatnya sekaligus menjadi bukti komitmen serta tanggungjawab manajemen kepada fans dan masyarakat terhadap masa depan tim. Komitmen itu sudah dibeberkan secara terbuka kepada publik. Revolusi Besar akan dilakukan.
Secara internal tim, statemen tersebut bisa saja mendatangkan bahaya baru bagi keutuhan tim disisa laga putaran pertama. Revolusi Besar atau “Cuci Gudang” baru bisa dilakukan setelah bursa transfer, ketika jeda kompetisi dibuka, Desember 2024, sementara menjelang dibuka, SPFC masih akan memainkan delapan laga lagi.














