PADANG, METRO–Pemerintah Provinsi Sumatra Barat (Pemprov Sumbar) di bawah kepemimpinan Gubernur Mahyeldi Ansharullah dan Wakil Gubernur (Wagub) Audy Joinaldy memberikan perhatian penuh terhadap penanganan masalah sosial.
Kegiatan penanganan masalah sosial yang rutin dan terus ditingkatkan kua-litas dan kuantitasnya adalah, pemenuhan kebutuhan dasar ribuan penghuni panti asuhan dan panti sosial. Panti-panti tersebut terdiri dari delapan panti milik pemerintah dan 109 panti milik swasta. Seluruh panti tersebut mendapatkan alokasi anggaran setiap tahunnya.
Mahyeldi menyebutkan, anggaran tersebut dialokasikan untuk seluruh penghuni panti. Mulai dari panti asuhan bagi anak-anak keluarga miskin atau yatim piatu, panti sosial anak terlantar dan putus sekolah, panti bagi anak disabilitas, panti bagi penduduk lanjut usia (lansia), hingga panti sosial bagi wanita tuna sosial.
“Total ada 127 panti dibantu Pemprov Sumbar setiap tahunnya, yang dibantu pemenuhan dasar dan kebutuhan makan. Pada tahun 2024 kita alokasikan anggaran Rp42 miliar. Tahun 2025 kita siapkan lagi Rp49 miliar,” sebut Mahyeldi di Padang, Senin (16/9).
Mahyeldi mengatakan, dengan dukungan anggaran, diharapkan keberadaan panti di Sumbar terus maju dan berkembang. Terutama dalam memberikan pembinaan, pelatihan, dan keterampilan bagi masyarakat Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS) yang bermukim di panti-panti. Panti asuhan berfungsi sebagai pengganti orang tua bagi mereka dalam pemenuhan kebutuhan fisik, mental, dan sosial.
“Panti sosial terus memberikan pelayanan kesejahteraan sosial kepada anak-anak terlantar, fakir miskin, dan anak jalanan, serta memberikan pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi penyandang masalah kesejahteraan sosial, agar berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat,” jelasnya.
Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Provinsi Sumbar, Syaifullah mengatakan dengan alokasi anggaran tersebut, akan memenuhi kebutuhan sehari-hari setiap penghuni panti swasta selama 10 bulan. Sementara untuk dua bulan lainnya, diharapkan dapat dibantu para donatur. Tentu saja, bantuan tersebut untuk membantu meringankan tugas para pengelola panti swasta.
Sementara itu di panti sosial milik pemerintah, sambung Syaifullah, program rehabilitasi sosial terus berlangsung di UPTD Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Harapan Padang Panjang, UPTD Panti Sosial Asuhan Anak Bina Remaja (PSAABR) Budi Utama Lubuk Alung Padang Pariaman, dan UPTD Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) Andam Dewi Arosuka Kabupaten Solok.
“Di PSAABR Budi Utama Lubuk Alung, ada 100 anak putus sekolah atau anak terlantar yang diberikan keterampilan di bidang elektronik, listrik, otomotif, dan las selama enam bulan. Selain keterampilan dan peralatan penunjang berkarier, mereka juga mendapatkan sertifikat. Dalam setahun, sekitar 200 remaja putra mendapatkan pembinaan di PSAABR Budi Utama. Saat ini telah banyak lulusan yang sukses bekerja. Termasuk juga membuka usaha sendiri,” terangnya.
Ia menyampaikan, di UPTD PSBR Harapan Padang Panjang yang diperuntukkan bagi 100 remaja putri, pelatihan yang diberikan selama enam bulan berupa keterampilan menjahit, menyulam, dan memasak.
“Kita berharap setelah enam bulan itu mereka bisa mandiri, bahkan menjadi entrepreneur. Sehingga juga bisa membantu masalah sosial di lingkungan tempat tinggal mereka. Selama enam bulan di panti, selain keterampilan mereka juga mendapatkan pembinaan mental. Sehingga, mereka bisa menjadi tulang punggung keluarga dan membantu peningkatan perekonomian,”jelasnya.
Begitu juga di PSKW Andam Dewi di Sukarami, Kabupaten Solok, di mana ratusan perempuan diberikan pelatihan keterampilan menjahit dan memasak, serta penguatan di bidang keagamaan selama empat sampai enam bulan setiap tahunnya.
“Setelah pembinaan di panti ini, mereka dapat berkelakuan baik, tidak melakukan aktivitas yang membuat mereka dikirim ke panti. Dengan program rehabilitasi sosial, kerawanan ketertiban masyarakat, pelaku penyimpang, dan tindakan kriminal dapat terselesaikan,” ungkapnya.
Syaifullah menambahkan, pembinaan juga dilakukan di PSBN Tuah Sakato, Kalumbuk, Kota Padang. Selain membantu disabilitas tuna netra untuk belajar mandiri, penghuni panti ini juga diajarkan memiliki keahlian pijak (massage), shiatsu, kesenian, hingga pembuatan serbuk jahe merah.