“Setelah dilakukan analisis pada foto yang dihasilkan kamera trap, terindentifikasi berjenis kelamin betina dengan kondisi kaki depan sebelah kiri cacat (buntung). Kemungkinan sebelumnya juga terkena jerat, namun belum bisa dipastikan demikian, baru dugaan,” pungkasnya.
Tulang Rawan Pecah
Terpisah, Kepala Rumah Sakit Hewan Provinsi Sumbar, drh Idham Fahmi mengatakan, harimau Sumatera yang ditemukan mati diduga terjerat di Nagari Sungai Pua, Kecamatan Palembayan, Kabupaten Agam, kondisi tulang rawan trakea atau batang tenggorokan pecah.
“Sebelum dibuka saat nekropsi, kita mendapatkan tulang rawan trakea mengalami pecah akibat troma hiferemi atau darah yang mengalir lebih banyak dari biasanya, sehingga kita menduga ambang kematian akibat gagal pernapasan,” katanya, Jumat (26/7).
Menurutnya, kematian harimau tersebut yang disebabkan gagal napas diduga karena adanya benda yang melilit di leher harimau betina tersebut, sehingga udara dari luar ke paru-paru tidak bisa mengalir dan menyebabkan hewan dilindungi tersebut sesak napas hingga tewas.
“Udara tidak bisa masuk ke paru-paru, sehingga harimau mengalami sesak napas dan mati. Kami juga telah mengirimkan beberapa sampel organ tubuh untuk pemeriksaan lanjuttan di Laboratorium Veteriner Bukittinggi,” tambahnya.
Selain itu, ditemukan juga kelainan pada hati harimau tersebut. Untuk konfirmasi lanjutan akan dibawa ke Laboratorium Veteriner Bukittinggi, sehingga penemuan diagnosa awal dari harimau bisa scientific dan dapat dipertanggungjawabkan.
“Hasilnya bisa keluar lima sampai tujuh hari. Hasilnya bakal disampaikan ke BKSDA Sumbar dan hasil akan dikonsultasikan ke dokter hewan Rumah Sakit Hewan Sumbar. Harimau tersebut diperkirakan berusia tiga sampai empat tahun berdasarkan temuan gigi geliginya. Artinya, satwa tersebut remaja menuju dewasa dan belum pernah melahirkan berdasarkan organ reproduksi,” ujarnya. (pry)