PADANG, METRO–Seratusan mahasiswa dari beberapa kampus yang tergabung dalam Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Sumatra Barat (Sumbar) menggelar aksi unjuk rasa di depan Markas Polda Sumbar, Kamis (4/7). Mereka mendesak Polda Sumbar mengusut tuntas kasus kematian Afif Maulana di bawah Jembatan Kuranji.
Para peserta aksi juga membawa kertas dan spanduk bertuliskan kritik terhadap Polisi. Beberapa isi tulisan itu, antara lain, “Solidaritas untuk Afif”, “Kami yang Viralkan”, “Polisi Pelindung ’or’ Perundung”. Selain itu, mereka juga secara bergantian menyampaikan orasinya.
Mereka mengkritik sikap kepolisian terkait dengan penanganan kasus Afif Maulana yang berjalan lambat dan seolah-olah melindungi anggotanya yang bersalah dalam kasus tersebut.
“Polisi mengayomi, polisi mengayomi. Pak Polisi, Pak Polisi, jangan bunuh orang lagi!” kata para peserta aksi bernyanyi bersama-sama dalam unjuk rasa.
Presiden BEM Universitas Andalas (Unand) Firdaus dalam orasinya mengatakan, pihaknya mempertanyakan penegakan hukum dari Polda Sumbar, utamanya terkait kasus kematian Afif Maulana pada Minggu (9/6) lalu.
“Kami menuntut Kapolda Sumbar mengusut kasus Afif Maulana secepat-cepatnya, tidak ada yang ditutup-tutupi dan dialihkan faktanya,” kata Koordinator Lapangan Aksi sekaligus Presiden BEM Universitas Andalas Firdaus.
Firdaus mengatakan, Aliansi BEM Sumbar mengutuk keras segala macam bentuk penyiksaan dan penindasan terhadap rakyat. Dia menyebut polisi seharusnya mengayomi, bukan menindas masyarakat.
“Jika tidak (dihiraukan), Aliansi BEM Sumbar akan datang lagi ke sini dengan massa berlipat ganda,” ujarnya.
Selain kasus Afif Maulana, massa aksi juga mengkritik sejumlah kasus hukum di Sumbar yang tidak ditangani serius oleh kepolisian. Sebagai contoh, kasus kehilangan sepeda motor yang dialami mahasiswa. Meskipun sudah dilaporkan ke kepolisian, tindak lanjutnya tidak jelas dan sepeda motor korban tidak kunjung kembali.
Selain itu, massa juga menuntut Kapolda Sumbar Inspektur Jenderal Suharyono menemui mereka untuk mendengarkan orasi secara langsung. Meski tuntutan ini tidak dipenuhi, para peserta aksi akhirnya ditemui aro Ops Polda Sumbar Kombes Pol Djadjuli, Kabid Humas Polda Sumbar Kombes Pol Dwi Sulistyawan Waka Polresta Padang AKBP Ruly Indra Wijayanto.
Kepada para peserta aksi, Kombes Pol Dwi mengungkapkan sejak awal Polda Sumbar ingin agar kasus kematian Afif Maulana segera tuntas. Kapolda Sumbar juga sejak awal menyampaikan informasi sesuai data dan bukti-bukti yang ada bahwa Afif tidak mengalami penyiksaan, tetapi melompat dari jembatan ke Sungai Kuranji.
“Kapolda Sumbar sangat terbuka. Anda yang punya saksi, mana saksi-saksinya. Sampai saat ini kami minta saksi dan bukti, jangan katanya-katanya saja. ugaan. Katanya mau cepat selesai. Kami turut berduka cita dengan kejadian ini, sehingga kita berusaha secepatnya untuk menuntaskan kasus ini,” kata Kombes Pol Dwi.
Kombes Pol Dwi menambahkan, Polda Sumbar sejak awal konsisten ingin segera menuntaskan kasus ini. “ “Kasihan keluarga almarhum yang harusnya saat ini bisa berdoa, konsentrasi, berdoa untuk almarhum, tapi sekarang kemana-mana. Sementara ada yang menari-nari di atas penderitaan orang lain,” ujarnya.
Setelah memberikan pernyataan itu, Karo Ops, Kabid Humas Polda dan Wakapolresta Padang masuk kembali ke dalam Mapolda. BEM SB kembali melanjutkan aksi, diantaranya aksi teatrikal hingga pembacaan puisi. Unjuk rasa diakhiri dengan pernyataan sikap BEM SB. (brm)