PADANG, METRO–Masalah kesehatan menjadi fundamental, karena biayanya sangat tinggi. Untuk itu perlu menanamkan prilaku disiplin dan pembiasaan hidup bersih dan sehat melalui pendidikan di sekolah.
Gubernur Sumatra Barat (Sumbar), Mahyeldi Ansharullah mengatakan, prilaku hidup sehat ini dapat dibiasakan melalui sekolah dengan mengoptimalkan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dan mengimplementasi Gerakan Sekolah Sehat (GSS).
Mahyeldi mengingatkan, sekolah harus memiliki pusat kesehatan yang representatif untuk siswanya. Saat ini, diakui Mahyeldi, dirinya melihat masih ada sekolah yang toiletnya tidak bersih. Bahkan ada juga yang telah menjadi gudang. Tentunya pemandangan itu sangat tidak baik untuk siswa yang belajar banyak hal di sekolah. Jadi berikan contoh yang baik kepada anak-anak untuk menjaga kebersihan dan kesehatan.
“Menghadirkan sekolah yang sehat dan bersih tidak boleh hilang, naik turun, tidak boleh musim-musiman. Harus menjadi hal yang rutin. Sebagian yang kita lihat tidak seperti itu. Contoh ada sekolah yang punya tempat cuci tangan atau wastafel, tapi airnya mati, wastafelnya tidak diperbaiki,” ungkap Mahyeldi saat membuka Sosialisasi UKS Tahun 2024 bertajuk “Implementasi GSS dengan Mengoptimalkan Peran UKS pada Satuan Pendidikan”, Jumat (28/6) di salah satu hotel di Kota Padang.
Demikian juga menanamkan nilai-nilai gotong royong menjaga kebersihan kepada anak didik di sekolah. Mahyeldi mengatakan, pihak sekolah harus belajar dari TNI dan Polri yang tidak punya tenaga kebersihan, tapi kantor dan lingkungannya tetap bersih.
“Kita sudah ada petugas kebersihan tapi tidak bersih-bersih juga. Karena tidak ada kesadaran, Ini harus dirubah. Ada petugas piket di sekolah, jelang guru masuk semuanya sudah lengkap. Ini menanamkan dan membiasakan disiplin hidup bersih,” tegasnya.
Mahyeldi mengingatkan, mulailah disiplin menjaga kebersihan dengan meminimalisir hasil sampah sendiri, kelolalah untuk menciptakan lingkungan yang sehat. Pisahkan yang organic dan non organic, buanglah hingga tidak berpengaruh besar terhadap Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Mahyeldi juga menambahkan, kepala sekolah dan guru memiliki tanggungjawab yang besar membangun budaya pendidikan disiplin dan hidup sehat. Budaya pendidikan disiplin itu tidak boleh hilang. Contohnya, dulu guru meminta murid melipat tangan di meja dan memeriksa kuku siswa yang hitam.
Bahkan dengan melibatkan puskesmas, dahulu gigi siswa juga diperiksa, jangan sampai ada yang kuning tidak gosok gigi. Termasuk juga memeriksa baju siswa yang tidak masuk ke dalam celana. Sekarang pemeriksaan itu tidak dilakukan lagi. Kenapa tidak diperiksa lagi. Padahal sangat penting untuk membentuk disiplin anak. Bahkan sekarang ada siswa yang bertato.
“Kita sudah melalui pendidikan di sekolah selama 12 tahun, mulai dari SD, SMP dan SMA. Ada 14 tahun karena ada pra SD. Seharusnya sudah bisa menanamkan karakter hidup sehat dan bersih kepada anak kita melalui pembiasaan dan pendidikan. Pola hidup sehat dengan menjaga kebersihan merupakan anjuran agama, maka jauhilah hal-hal berpotensi merusak kesehatan dari segi apapun,” katanya.
Mahyeldi juga mengingatkan, konsep pendidikan bukan hanya sekedar belajar dan mengajar, namun juga menjaga murid dari hal-hal yang berbahaya. Mahyeldi menyoroti kondisi Sumbar yang mulai digerogoti oleh upaya memproduksi narkotika, di antaranya menanam ganja dan mencetak XTC. Jadi tantangan dunia pendidikan untuk menjaga, jangan hanya fokus pada kesehatan tubuh, namun juga menjaga diri paparan obat-obatan terlarang.