Kasus Tewasnya Pelajar SMP di Jembatan Kuranji, Kapolda Siap Bertanggung Jawab Penuh jika Anggotanya Terlibat, Irjen Pol Suharyono: Tak Ada Saksi dan Bukti Korban Dianiaya

barang bukti— Kapolda Sumbar, Irjen Pol Suharyono saat memperlihatkan barang bukti pada konferensi pers di Mapolresta Padang, Minggu (23/6).

PADANG, METRO–Kasus kematian pelajar SMP di Padang berna­ma Afif Maulana (13), yang jasadnya ditemukan mengambang di bawah jembatan aliran Sungai Batang Kuranji, Kelurahan  pada Minggu (9/6) lalu, mendapat respon dari Kapolda Sumbar, Irjen Pol Suharyono.

Tak tanggung-tanggung, Polisi berpangkat bintang dua itu menegaskan dirinya siap bertanggung jawab sepenuhnya jika seandainya terbukti ada oknum anggotanya yang terlibat atas kematian almarhum Afif Maulana.

Pernyataan itu diung­kapkan Irjen Pol Suharyono saat konferensi pers di Mapolresta Padang, pada Minggu siang (23/6), menyikapi tudingan masyarakat adanya dugaan kekerasan oleh oknum Polisi terkait kematian Afif yang viral di media sosial.

Selain personil kepolisian, konferensi pers tersebut juga dihadiri oleh pihak-pihak eksternal seperti Ketua Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau (LKAAM) Sumbar Fauzi Bahar dan omisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) Sumbar.

“Kami menyampaikan ucapan belasungkawa untuk keluarga Almarhum Afif Maulana. Saya selaku Kapolda Sumbar bertanggung jawab penuh atas kejadian itu tetapi saya juga akan secara profesional sesuai SOP yang berlaku dalam mengungkap kasus kematian Afif Maulana. Yang jelas kita akan kawal penuh kasus ini, bagaimana kelanjutan ini akan terus kita sampaikan kepada media,” katanya.

Kata Irjen Pol Suhar­yono, pihaknya ingin me­lakukan klarifikasi terha­dap informasi yang kadung viral di media sosial (medsos) dengan menjustifikasi seolah-olah polisi bertindak salah dan menganiaya yang berakibat pada hilangnya nyawa orang lain.

“Itu tidak ada saksi, tidak ada bukti sama sekali. Bahkan dalam penyelidikan dari 18 orang yang diamankan, tidak ada nama Afif Maulana. Hanya ada pengakuan dari saudara Aditya (rekan Afif) untuk menceburkan diri ke sungai. Ini cerita yang sebenarnya. Afif Maulana tidak termasuk yang diamankan, salah satu yang diamankan itu membawa senjata ta­jam (sajam),” katanya.

Menurut Irjen Pol Suharyono, dalam penanganan kasus tawuran di wi­layah Kuranji tersebut, Polisi sudah bergerak cepat dengan mengerahkan 30 personel pengurai massa (raimas). Saat pencegahaan tawuran, sudah ada rekaman video yang diabadikan anggota saat mengajak para pelaku yang membawa parang untuk membubarkan diri.

“Sehingga pada dini hari itu, polisi sudah bergerak cepat, memang setiap malam minggu kami me­lakukan patroli. Saat anggota melakukan patroli, Polisi sudah melerai kelompok massa yang hendak melakukan aksi tawuran. Di dalam massa yang hen­dak melakukan rencana tawuran itu, diduga ada Afif Maulana. Tapi, Afif Maulana tidak termasuk yang diamankan malam itu,” katanya.

Petugas kepolisian yang berada di TKP, katanya, mengamankan barang bukti senjata tajam dan belasan remaja yang di­duga tawuran itu ke Polsek Kuranji hingga dibawa ke Polda Sumbar.

“Polisi sibuk mengamankan 18 anak-anak ini, tidak tahu Afif berada di bawah jembatan itu. Pengakuan Aditya, dia diajak oleh korban Afif untuk men­ceburkan diri ke sungai, namun Aditya mengajak untuk menyerahkan diri saja ke Polisi,” katanya.

Dilanjutkannya, pada hari yang sama, yakni tanggal 9 Juni 2024, ditemukan seorang remaja yang tewas dengan kondisi tubuh sudah mengambang di per­mukaan air yang ditemukan oleh seorang warga setempat. Usai ditemukan tersebut, barulah warga tersebut melaporkan ke pihak kepolisian, dan segera di tindaklanjuti dengan mendatangi lokasi.

“Tapi kasusnya itu berbeda antara remaja tawuran dan penemuan mayat di bawah jembatan Sungai Kuranji Padang,” katanya.

Kejadian itu menjadi viral, katanya, Afif dianiaya dan disebut-sebut dibuang ke sungai, namun tanpa memiliki bukti yang kuat. Namun, dari video yang beredar terkait penyataan Aditya (teman korban Afif), mengatakan Afif mengajak dirinya untuk melompat ke sungai.

“Ini yang perlu saya luruskan di sini. Otomatis kami akan secara berjenjang melaporkan ke pimpinan Polri dan masyarakat umum. Saya juga mengapresiasi anggota, kalau tidak dicegah, sudah memakan sekian korban jiwa. Ini anak-anak kecil kelayapan tengah malam, membawa senjata tajam, ini yang kami cegah,” katanya.

Meski begitu, kata Ka­polda, 30 anggota dari Direktorat Samapta Polda Sumbar yang dini hari itu terlibat di dalam penegakan hukum terhadap pen­cegahan tawuran sudah diperiksa selama dua hari.

“Kami dalami seperti apa duduk permasalahannya, sampai saat ditemukan Afif Maulana di bawah jembatan itu perlu pembuktian akurat perlu pe­nyelidikan dan penyidikan yang akurat jadi tidak bisa kita menyertakan sesuatu yang terjadi itu tanpa fakta,” ujarnya.

Sebagai seorang Ka­polda, Irjen Suharyono mengaku akan sangat bertanggungjawab jika seandainya oknum anggota Polri yang melakukan penganiayaan terhadap korban.

“Kami masih mempro­ses itu secara internal. Tapi kami yakini pada kejadian itu, jelas-jelas yang diamankan itu 18 anak-anak terlibat tawuran itu, di da­lamnya tidak termasuk Afif Maulana. Sementara semua petugas sudah merapat ke Polsek, Polresta dan Polda dari 30 orang ini. Ini terstruktur, ada pimpinan, anak buah, ada SOP-nya yang memang sudah dite­tapkan untuk mengurai massa. Jangan sampai Polisi juga sampai jadi korban pembacokan,” katanya.

Irjen Pol Suharyono menuturkan, untuk mengungkap secara pasti penyebab kematian korban, penyidik juga sudah melakukan autopsi di Rumah Sakit Bhayangkara Padang dan hasilnya bisa diketahui oleh publik jika sudah keluar.

“Saat ini, penyidik telah berkoordinasi dengan dokter forensik untuk mengetahui penyebab kematian dari Afif Maulana. Yang didalami, apa penyebab kematian, apa terjadi sesuatu, benturan apapun, itu kan nanti dokter forensik yang mengeluarkan hasil autopsi itu. Sampai sekarang kami masih me­nunggu hasil resmi dokter yang melakukan autopsi,” katanya.

Irjen Pol Suharyono mengatakan, pihaknya ju­ga masih menunggu pe­nyebab luka-luka yang dialami Afif dari hasil pemeriksaan dokter forensik. Dirinya tidak akan pernah mempercayai apapun asumsi yang berkeliaran terkait kematian Afif Maulana sebelum penyelidikan dan penyidikan selesai dilakukan.

“Bisa saja disebabkan terjatuh dari motor, jatuh dari ketinggian atau selama tujuh jam itu dia saat jatuh meninggal ada bekas-bekas lebam, kan ada lebam mayat, lebam mayat selalu terjadi jika sudah mencapai tujuh jam. Itu kan masih didalami. Masih prematur kami sampaikan, karena hasil autopsinya belum keluar. Tidak ada kendala sejauh ini,” tukasnya. (brm)

Exit mobile version