Hansastri mengungkapkan, dukungan penanganan selama status tanggap darurat dari pemerintah pusat cukup besar. Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto, S.Sos., M.M hadir langsung dan tinggal sekian hari bersama lengkap dengan deputi di lokasi bencana. Juga ada kunjungan Presiden RI, Joko Widodo (Jokowi) yang membawa bantuan langsung kepada korban bencana.
Termasuk juga kunjungan sejumlah menteri. Yakni, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK), Menteri Pertanian, Menteri Sosial, Menteri Perdagangan, Menteri Pertahanan. Termasuk juga kunjungan Ketua PMI, Kepala Basarnas, Kepala BMKG, Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Istri Panglima TNI dan Staf.
Operasi yang dilakukan selama bencana berupa, pencarian korban hilang, pemenuhan kebutuhan dasar korban terdampak, pemetaaan mengkaji penyebab dan dampak bencana, relokasi korban bencana. Juga dilakukan pemecahan batu di hulu sungai, pendampingan masyarakat, perbaikan infrastruktur, sinkronisasi data korban meninggal dan hilang dengan Basarnas dan Tim DVI Polri dan membentuk posko pendamping di Istana Bung Hatta Bukittinggi.
Tindaklanjut Penanganan Bencana
Upaya penanganan bencana meliputi, normalisasi sungai dan pembersihan material, perbaikan akses jalan ke Lembah Anai yang terputus, pembangunan jembatan bailey, demolis atau pemecahan batu ukuran besar di hulu sungai.
Juga dilakukan modifikasi cuaca, trauma healing, merencanakan relokasi rumah di rawan bencana. “Rumah yang hanyut tidak dibangun lagi di lokasi yang sama. Tapi disediakan tempat baru. Atas permintaan dari pemerintah kabupaten, ada tanah aset Pemprov Sumbar yang layak disediakan, yakni di Rambatan Kabupaten Tanah Datar. Aset tanah ini sudah diserahkan seluas 3,6 hektar untuk membangun 150 rumah yang bisa dibongkar pasang,” terangnya.
Termasuk juga kegiatan memasang plang larangan membangun di Lembah Anai. Dalam penanganan bencana juga melibatkan masukan dari Forum Rektor dari 27 perguruan tinggi di Sumbar, banyak masukan strategis. “Termasuk juga libatkan mahasiswa KKN,” terangnya.
Untuk tindaklanjut penanganan bencana ini, Gubernur Sumbar, Mahyeldi Ansharullah, terang Hansastri juga sudah menemui Komisi V DPR RI mengusulkan dukungan bantuan untuk penanganan bencana jangka panjang. Terma suk juga ada kunjungan Komisi IV DPR RI ke Sumbar.
Sesuai usulan yang diajukan Gubernur Sumbar kepada Komisi V DPR RI dan Presiden RI Jokowi, untuk penanganan bencana jangka panjang, direncanakan dibangun 56 sabo dam. Juga akan dibangun alat early warning system (EWS) Gunung Marapi.
Tindaklanjut lainnya penanganan pascabencana juga dilaksanakan normalisasi empat sungai dan empat daerah irigasi. Normalisasi sungai dilaksanakan oleh Balai Wilayah Sungai Sumaera (BWSS) V. Juga ada perbaikan tujuh ruas jalan nasional oleh Balai Pelaksana Jalan Nasional (BPJN) dan juga ada penanganan 46 titik longsor.
Kepala BWSS V M Dian Almaruf mengatakan, pembangunan sabo dam sudah masuk RPJM nasional. Anggaran yang dipersiapkan Rp1,4 triliun. “Sudah dicanangkan. Tinggal lagi pelaksanaanya,” terangnya.
Sabo dam yang bakal dibangun di 56 titik itu tersebar di Kabupaten Agam, Limapuluh Kota dan Tanah Datar. “Jumlahnya belum pasti. Tapi lebih banyak di Tanah Datar. Ada 25 sungai akan dipas ang sabo dam,” ungkapnya.
Khusus perbaikan jalan terputus di Lembah Anai, Hansastri menambahkan, waktu pelaksanaan pengerjaannya 69 hari kerja. Diperkirakan selesai 21 Juli 2024. Sementara progres perbaikan jalan selama masa tanggap darurat di 13 titik, saat ini bobot pengerjaannya sudah mencapai 11, 51 persen.
Kepala Dinas Peternakan Sumbar, Sukarli mengatakan, pihaknya juga sudah mengajukan usulan bantuan ke Kementan, namun sampai saat ini untuk pengantian ternak terdampak bencana belum ada alokasi anggarannya. Hal ini dikarenakan fokus Kementan saat ini perbaikan lahan pertanian, untuk mendukung ketersediaan pangan, khususnya tanaman pangan.
Untuk Pemprov Sumbar, bagi peternak yang tergabung dalam kelompok ternak, menjadi prioritas untuk difasilitasi tahun depan sesuai usulan pemerintah kabuoaten/kota.
Sementara, Kepala Dinas Kesehatan Sumbar, dr Lila Yanwar melalui Kepala Dinas Kominfotik Sumbar, Siti Aisyah mengatakan pihaknya melakukan kajian cepat krisis kesehatan (rapid health assesment) bersama dinas kesehatan kabupaten/kota. Pihaknya juga menurunkan Tim EMT (emergency medical team) bersama Tim EMT kabu paten/kota.
“Kita juga mendirikan Pos Pelayanan Kesehatan di daerah yang terdampak bersama dinas kesehatan kabupaten/kota dengan melibatkan rumah sakit, organisasi profesi, PMI, NGO. Mendirikan HEOC di kabupaten/kota terdampak dengan pendampingan pusat krisis kesehatan dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes).
Juga dilaksanakan pemantauan kesehatan dan pelayanan gizi pada kelompok rentan (ibu,bayi, anak balita, lansia) dan serta pelayanan kesehatan reproduksi, melakukan surveilans penyakit berpotensi KLB. Selain itu juga melakukan pemantauan ketersediaan sarana bersih, melakukan uji bakteriologis sampel air minum, pemantauan kesehatan keliling (kesling). Terutama di dapur umum dan tempat pengungsian, penyemprotan desinfektan.
Juga memberikan bantuan berupa obat obatan, PMT balita dan ibu hamil dan kantong mayat. Selain itu mobilisasi pelayanan kesehatan, memberikan edukasi PHBS di pengungsian, melakukan pelayanan trauma healing/ pendampingan psikososial. (AD.ADPSB)